18🥧

210 29 5
                                    

Entah sudah lembar tisu keberapa yang di berikan yesung kepada Nana. Ia sudah tak terisak seperti tadi. Namun sesekali air matanya terus berjatuhan.

Yesung menusukan sedotan pada susu pisang yang tadi Ia beli saat meninggalkan Nana dan Wooya. Lalu mengulurkannya pada Nana.

"Minum dulu"

"Maaf harus melihat ku seperti ini" ucap Nana dan kemudian mengambil susu pisang dari tangan yesung.

"Aku biasanya tak begini.." ucap Nana

"Emm.. gwenchana. Kamu pasti lapar, kita cari sesuatu dulu untuk di makan?"

Nana menggeleng "aku tidak lapar. Aku hanya ingin pulang sekarang"

Yesung menganggukan kepalanya. Ia pun duduk dengan benar di mobilnya. Menunggu Nana memakai sabuk pengamannya barulah yesung menjalankan mobilnya.

Sepanjang jalan Nana hanya menyandarkan kepalanya pada kaca mobil menatap keluar tanpa mengatakan apapun. Sesekali air matanya masih terjatuh. Harusnya Iya tak begini. Ini sudah lebih dari yang Ia bayangkan. Ia bisa bertemu wooya. Mengapa rasanya justru terus kesal dan sedih. Bukankah harusnya Ia berterimakasih pada yesung?

Tapi tak bisa, moodnya sungguh buruk. Berapa kalipun Ia pikirkan Ia tetap menyesal karna tak bisa bicara apa-apa di depan wooyanya. Semua kata yang sudah Ia siapkan mendadak menguap begitu saja. Dan entah kapan lagi Ia bisa bertemu dengan Han seung woo. Rasa sedih di hatinya saat ini seolah tak akan sembuh dengan apapun. Ia masih ingin melihat wooya sedikit lebih lama. Paling tidak Ia harus bicara. Ia harus mengatakan agar wooya tetap baik-baik saja. Ia harus cerita pada wooya. Bahwa Ia sudah mengirimi hadiah juga sebelum ini dan juga banyak surat. Ia harusnya melakukan itu bukan hanya menganggukkan kepalanya begitu.

"Kau benar-benar tidak mau makan sesuatu dulu?" Tanya yesung

Nana menggeleng. Ia mana bisa menelan makanan. Minum susu saja sulit untuk Ia telan.

Yesung pun pasrah. Ia tak ingin membuat mood nana semakin berantakan karna dirinya. Yesung merasa bersalah karna gagal membuat hari ini menjadi hari terbaik untuk Nana. Ia pikir semua rencana yang sudah Ia buat sejak pagi akan memberikan hari paling indah tak terlupakan untuk nana. Tapi sayangnya Ia tetap tak bisa melakukan itu. Sekeras apapun Ia berusaha Ia tetap saja hanya seorang yesung membosankan.

Mobil yesung berhenti di hotel tempat nana tinggal.

"Terimakasih untuk hari ini.. aku turun dulu. " Ucap Nana

"Emm.. sukses untuk persentasi akbir  mu besok."

Nana menganggukan kepalanya. Ia membungkuk singkat lalu keluar dari mobik yesung. Bahkan tanpa melambaikan tangannya Nana hanya pergi begitu saja. Berjalan lesu menuju hotel menjauh dari mobil yesung. Seperti biasa juga yesung tak langsung pergi. Ia memastikan bahwa Nana sudah benar-benar masuk ke dalam hotel.

Perasaan khawatir menyelimuti hati yesung. Coba saja Ia eunhyuk atau Donghae. Ia pasti sudah bisa menghibur Nana.

Yesung mengambil ponselnya. Sejenak Ia menatap layar ponsel itu dengan ragu. Menimbang-nimbang apakah yang akan di lakukannya ini salah atau benar. Tapi jika tak Ia lakukan Ia pasti tak akan bisa pulang dengan tenang malam ini.

Yesung menggulir nomor yang ada dan berhenti saat menemukan nama Lee Donghae di sana. Sekali lagi yesung memejamkan matanya lalu menghela napasnya.

.....
....

Nana sudah berganti pakaian, sudah membersihkan diri. Harusnya Ia segera bergabung dengan yang lain untuk mempersiapkan bahan yang akan Ia gunakan esok. Tapi tubuhnya terlalu lemas. Ia merebahkan tubuhnya di atas kasur dan memejamkan matanya sesaat. Meski tak benar-benar lelap Nana tertidur. Sialnya di dalam mimpinya Ia kembali di ingatkan akan wooya hingga membuatnya kembali menitikan air mata dan bahkan kembali terisak kecil.

My Last MeringueTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang