21🥧

202 34 15
                                    

Perjalanan pulang ke Jakarta kali ini membawa luka untuk Nana. Sepanjang jalan Ia tak bisa berhenti memikirkan apa yang Ia lihat. Hatinya terus saja sakit bahkan meski bukan Ia yang di khianati.

Apa yang harus Ia katakan saat bertemu Donghae? Bagaimana caranya Ia bisa menghadapi Donghae? Nana terus meremas jarinya sendiri. Ia sungguh benci menyaksikan ini. Kenapa Ia harus tau, kenapa Ia harus menangkap itu dengan mata kepalanya sendiri? Kenapa harus dia?

Hingga sampai di Jakarta, perasaan Nana belum juga membaik. Setelah tiba di rumah Nana langsung masuk ke dalam kamarnya, membersihkan diri dan kemudian bergelung di dalam kamar. Tetap begitu hingga cahaya matahari bertukar dengan cahaya bulan. Nana tak bergerak, namun juga tak tidur. Hanya menatap pada jendela kamarnya. Ia tak menyalakan lampu. Membiarkan saja semuanya gelap. Seperti suasana hatinya saat ini. Nana juga mengabaikan ponselnya yang terus bergetar karna panggilan masuk, pesan atau notifikasi lainnya. Nana enggan melakukan apapun. Benar-benar engga, perlahan Nana memejamkan matanya. Pengkhianatan-penkhianatan itu kembali membayanginya.

.....
.....

Ascott Kuningan di pilih lagi untuk menjadi tempat tinggal sementara para idol dari korea yang tak lain adalah yesung.

Sejak masuk ke dalan apartemen Donghae terus saja mencebik. Ada beberapa hal yang membuatnya begitu. Pertama karna Chloe yang mendadak bilang ada tugas lalu mematikan ponselnya. Kedua karna menurut Donghae kamar yang di berikan untuk yesung jauh lebih besar dan mewah di bandingkan dengan yang di berikan padanya. Ketiga karna Ia lapar dan hanya ingin makan bubur buatan chloe.

"Hyung.. kau pacaran dengan tim yang memberikan akomodasi ya?"

Yesung tak menanggapi keluhan adiknya yang makin random saja. Sudah sejak di jemput Donghae berkomentar ini itu. Mulai dari mobil yang di gunakan hingga kamar apartemen. Yesung tentu saja tau bayi besar itu hanya sedang crangky atas chloe.

"Aku mandi duluan" ucap Donghae dan masuk begitu saja ke kamar utama.

Di apartemen itu hanya ada dua kamar. Satu untuk menejer satu lagi untuk yesung dan Donghae? Dia menumpang di kamar yesung. Yesung tetap tak menggubris Donghae. Ia memilih duduk di pinggir kasur menyambungkan koneksi Wifi lalu membuka Instagram nya.

Tadi di bandara Ia sudah menghubungi Nana bahwa dia di Indonesia. Tapi sampai di apartemen Nana belum juga membaca pesannya.

Yesung menatap nomor nana, harus kah Ia menghungi Nana? Yesung melirik jam di ponselnya yang secara otomatis sudah teratur pada jam Jakarta.

Pukul delapan malam, yesung mencoba menghubungi Nana tak ada jawaban. Panggilan kedua pun sama. Ia pun memilih untuk tak menghubungi lagi 

....
...

Pagi ini masih sama buruknya untuk Nana. Ia bahkan tak mengindahkan panggilan sang ibu. Mengabaikan permintaan sang ibu untuk mengantar belanja dengan alasan Ia sakit. Ya, sakit.. sakit hati.

Untung saja Ia masih dapat izin hari ini. Jadi Ia tak perlu mengabari. Ia terlalu malas melakukan itu. Ia hanya ingin istirahat. Entah jenis istirahat apa yang Ia butuhkan.

Ponselnya berdering. Meliriknya saja Nana bahkan enggan. Ia hanya membalik tubuhnya dan memilih untuk tertidur lagi saja.

....
...

Sedangkan Lee Donghae sudah sejak pagi menghilang dari apartemen. Katanya hanya ingin mencari sarapan tapi hingga pukul sebelas siang tak juga kembali. Yesung tak berusaha mencari Ia tau, kemana lagi Lee Donghae selain menemui kekasihnya itu.

Menejer yesung pun izin untuk mengurus persiapan sebelum senin Yesung sudah mulai melakukan pekerjaanya.

Tinggal lah yesung sendiri di dalam rumahnya. Ia mencoba menghubungi Nana namun tak ada respon. Haruskah Ia mendatangi rumah sakit tempat nana kerja? Tapi bukankah itu  keterlaluan dan mengganggu privasinya?

My Last MeringueTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang