Bab 10

52.8K 2.9K 19
                                    

Pintu ruang rawat Zayyan terbuka disusul kemunculan Keyra. Darren yang sejak tadi menjaga Zayyan tak pernah mengeluh sama sekali. Karena sejujurnya saat ini adalah waktu untuknya beristirahat setelah selesai menyelesaikan tugas. Namun, ada rasa jengkel di hatinya melihat Si Keponakan hanya ditunggu oleh dia dan mamanya.

"Ck! Parah banget," gumamnya.

Darren bersyukur karena Zayyan hanya demam, lagipula kondisi keponakannya itu sudah membaik. Meskipun masih rewel, tapi bukan sesuatu yang berbahaya melihat suhu tubuhnya yang sudah kembali normal. Wajar bila Zayyan rewel karena seumur-umur Zayyan belum pernah dirawat. Ei, Darren lupa, Zayyan baru berusia satu tahun, lebih sedikit. Rasanya terlalu berlebihan kalau dibilang belum pernah dirawat seumur-umur.

"Ck! Hah!"

"Kamu kenapa sih? Dari tadi begitu terus."

"Bapaknya nih anak ke mana sih, Mbak?" tanya Darren sambil mencubit lembut pipi Zayyan.

"Kerjalah, memangnya kamu malah nongkrong di sini!"

Darren mendelik kesal, kemudian menormalkan ekspresi wajahnya ketika melihat Zayyan yang memberengut seperti akan menangis. Yah, wajar sajalah. Dia tidak sengaja mengencangkan cubitan di pipi keponakannya sebagai pengalihan rasa kesal kepada bapak keponakannya itu.

"Aku di sini kan mau jagain Zay. Sebagai oom yang baik dan penyayang sudah tugas aku menjaga Zay, bukan macam bapaknya yang entah di mana."

"Halah, kamu bilang begitu karena sedang luang. Tapi, ngomong-ngomong kenapa kamu nggak pulang?"

"Males ah. Mending di sini, jagain Zay." Darren mencium pipi keponakannya, namun hal itu justru membuat Zayyan menangis. "Eh, kok Si Ganteng malah nangis?"

"Kamu sih! Dia udah anteng tidur malah kamu gangguin mulu!" sembur Keyra.

Perempuan beranak satu itu lantas memangku anaknya meskipun tampak kesulitan karena selang infus yang menghalangi.

"Cup cup cup, Zay kok nangis? Om Darren ganggu bobonya Zay, ya?"

"Minggir, Darren. Risih tau."

"Yaleah. Aku mau bujukin Zay supaya berhenti nangis, Mbak."

"Kamu nggak liat dia tambah nangis?"

"Huh! Repot banget." Darren memberengut sebal. "Kesel, pengen marah tapi nggak tega."

Keyra menengok. "Kenapa?"

"Abisnya sayang pake banget sama anaknya Mbak Key."

"Oh."

"Udah, gitu aja?"

"Ya, terus harus gimana? Jingkrak-jingkrak?"

"Mbak Key lama-lama nyebelin kayak Mas Farren. Semoga aja Zay nggak kayak bapaknya," ucap Darren sambil memandang Zay yang mulai tertidur. "Etdah! Cepet banget tidurnya, padahal tadi masih nangis-nangis."

"Biar cepet istirahat. Jangan nangis mulu." Keyra merebahkan tubuh Zay pada ranjang setelah memastikan anaknya sudah tidur.

"Mbak."

"Hm?"

"Ada rencana tambah anak?"

Keyra mendelik mendengar pertanyaan Darren. "Apa maksudnya? Kamu nggak lihat Zay masih kecil?"

"Bukan gitu. Tapi aku mau punya keponakan cewek. Kayaknya lebih lucu dari Zay. Eh, tapi bukan berarti aku nggak sayang atau udah bosen sama Zay, sampai kapan pun aku sayang kok sama Zay. Meskipun bapaknya nyebelin."

"Daripada nunggu adiknya Zay lahir yang entah kapan. Lebih baik kamu yang buat, kasih mama cucu baru."

Darren mendongak menatap kakak iparnya. "Buat anaknya pake apa?"

Oh, My Ex! (END) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang