Bab 38

21.1K 1.2K 14
                                    

Darren menerima uluran tangan Alika untuk menopang tubuhnya. Keduanya berjalan masuk ke dalam rumah sakit untuk melakukan pemeriksaan. Juwita sendiri yang akan menyeret anaknya kalau Darren menolak diperiksa oleh dokter.

Alika sendiri tidak banyak membantah karena dia memang ingin Darren diperiksa langsung oleh dokter, takutnya ada sesuatu yang membahayakan bila tidak segera diperiksa. Jadi, dengan senang hati Alika mendampingi suaminya untuk periksa.

Baru saja membuka pintu transparan IGD, keduanya langsung melihat Aden yang baru selesai mendatangi pasien. Darren mendadak dilanda perasaan tidak nyaman, apalagi Aden langsung menghampirinya.

"Hei, Bro. Kenapa nih?" Aden memindai kaki Darren sebentar. "Kaki lo patah?"

Darren berdecak, tak mau menjawab. 

"Eh, sini duduk dulu. Jangan berdiri di tengah jalan."

"Maaf, Dok. Kami mau langsung masuk ke dalam," tolak Alika halus. "Darren mau diperiksa dulu."

"Nah, itu. Darren kenapa? Saya malah kaget karena kalian ada di sini padahal seharusnya kalian ada di Hawaii."

"Lo bisa liat kaki gue diperban, Den?" tanya Darren.

Aden mengangguk. "Ho-oh, kenapa sih?"

"Kaki gue sakit, gue kena musibah." Darren melangkahkan kakinya meninggalkan Aden yang masih bergeming di tempat.

"Kami pamit dulu, ya, Dok," pamit Alika tak enak.

Aden tersentak. "Oh, iya."

Alika memerhatikan wajah suaminya yang memerah. "Kamu kenapa?"

"Malu," jawab Darren dengan suara pelan.

"Kenapa bisa malu?"

"Pokoknya malu."

"Malu sama siapa?"

"Sama Aden."

Alika mengernyit bingung. "Lah, kenapa harus malu?"

"Kamu liat ekspresi wajah Aden nggak?"

"Lihat, kan dia berdiri di depan kita. Tapi, yang aku lihat ekspresi wajah Dokter Aden biasa aja, bahkan beberapa kali terlihat khawatir dan bingung. Memangnya ada yang salah dari ekspresi wajahnya?"

Darren menggeleng pelan. 

"Kamu pasti berpikir kalau Dokter Aden kemungkinan ngejek kamu kan?" tebak Alika.

"Pokoknya aku malu."

"Nggak perlu malu. Kamu sakit bukan karena keinginan kamu. Dokter Aden pasti paham."

"Aku malu karena kita balik ke Indonesia dengan kondisi seperti ini, padahal kita harusnya happy karena baru pulang bulan madu, Sayang."

Alika menghela napas panjang. "Namanya juga musibah, jangan menyalahkan diri sendiri. Jangan begini dong, kamu selalu menyalahkan diri sendiri. Ujung-ujungnya kamu badmood."

"Ya, maaf." Darren menunduk.

"Kita jadi periksa kan?"

"Jadi."

Keduanya kembali berjalan namun lagi-lagi langkah mereka dihentikan oleh seseorang. Darren sampai menghela napas panjang karena harus menunda pemeriksaannya lagi.

"Selamat pagi, Dokter Darren dan Dokter Alika."

"Selamat pagi juga, Suster Eni," jawab Alika.

"Ada apa gerangan? Kakinya kenapa, Dok? Lho, bulan madunya sudah selesai, ya?"

Oh, My Ex! (END) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang