Bab 11

43.2K 2.5K 28
                                    

Kakak beradik itu saling melirik satu sama lain. Meskipun mulut mereka terkunci rapat, keduanya tetap saling melirik. Kedatangan Farren beberapa menit yang lalu membuat adiknya tak banyak bicara.

"Pulang sana!" usir Farren kesekian kalinya.

"Males," jawab Darren kesekian kalinya.

"Minggir! Ngapain kamu ambil alih tugas Mas sebagai Papanya Zayyan?"

Darren mendelik kesal. "Apaan sih, Mas? Mas baru datang, nggak usah sok-sokan jadi Papanya Zay."

"Mas juga mau jagain Zay, kamu minggir dulu!"

"Nggak mau!"

Farren melotot kesal melihat tingkah adiknya. Memang sejak dia datang, seseorang yang berada di sisi Zayyan adalah Darren. Menurut Keyra, adiknya itu tidak pernah meninggalkan Zay barang sedikit pun, kecuali ke kamar mandi dan ketika akan makan.

"Omong-omong, mama mana?"

Darren mengangkat bahunya ringan. "Emang aku pengasuhnya?"

Farren mendelik. "Biasa aja dong! Kok ngegas?"

Kali ini Darren yang mendelik. "Biasa aja dong! Situ yang ngegas!"

Mendapat balasan seperti itu, Farren semakin kesal. Namun, kekesalannya itu tergantikan dengan perasaan cemas ketika melihat Zayyan yang merengek-rengek.

"Aduh, duh duh. Anak Papa kenapa?"

Dengan gesit Farren mengambil alih anaknya dari Darren. Tak tanggung-tanggung, lelaki itu sampai harus menyingkirkan adiknya yang menghalangi jalan.

"Biasa aja dong, Mas! Yaelah! Sampe kejedot nih!" gerutu Darren.

Laki-laki itu mengelus keningnya yang agak memerah. Dorongan Farren sebelumnya memang tidak begitu keras, namun dikarenakan posisi Darren saat itu sedang tak seimbang alhasil dia oleng dan kepalanya mendarat tepat di dinding.

"Salah sendiri, kenapa nggak minggir?" sahut Farren tak mau kalah.

"Ngomong dulu dong kalau mau lewat!"

"Kamu lelet!"

"Kenapa juga harus buru-buru? Santai dikit dong. Nggak tau, ya, kalau kepala aku kejedot? Tuh, liat! Merah nih!"

"Alah lebay! Salah kepala kamulah. Kenapa kepala kamu nggak mendarat di tempat yang empuk?"

Darren menghela napas dalam-dalam. Susah nih, kalau sudah adu mulut dengan Farren karena pastinya dia selalu kalah. Memang bukan hanya otaknya Farren saja yang spontan, mulut laki-laki itu pun kelewat spontan. Darren curiga kalau otak milik kakaknya terbelah menjadi dua, sebagian ada di dalam kepala, sebagian lainnya ada di mulut.

"Kenapa mendelik? Pasti kamu lagi ngedumel kan?" tuding Farren.

"Aku mah apa atuh selalu aja salah dan salah melulu," balas Darren mendramatisir.

Laki-laki itu memandang Farren dan Zayyan secara bergantian. Sudah berulang kali dia menyadari kalau anak dan bapak itu kelewat mirip. Zayyan sudah seperti copy-an Farren. Namun, sampai detik ini Darren merasa tidak terima kalau kebanyakan orang mengatakan hal itu. Baginya, Zayyan justru sangat mirip dengannya.

"Kenapa sih?"

Darren mengernyit bingung. "Apaan?"

"Kenapa manggut-manggut sambil komat-kamit gitu? Kamu punya ajian apa kok komat-kamit begitu?"

"Ajian apaan sih, Mas? Ngaco deh."

Farren memandang Darren penuh curiga. "Halah, jujur aja!"

"Nggak penting, Mas!" Darren beranjak bangun untuk berpindah tempat duduk. "Mas, aku heran sama orang-orang. Kenapa sih, orang-orang bilang kalau Zay mirip sama Mas, emang mirip, ya?"

Oh, My Ex! (END) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang