Bab 35

28K 1.6K 24
                                    


Alika pikir pesta pernikahannya memang telah diatur sedemikian rupa sehingga tak membuatnya kelelahan. Namun, tetap saja dihari pernikahannya ini Alika merasa lelah luar biasa. Keluarga Wijayana memiliki banyak kerabat, sehingga banyak undangan yang disebar luas, sedangkan dari pihak Argadinata jangan diragukan lagi berapa banyak kerabat yang diundang. Gabungan dua keluarga itu mampu membuat Alika kewalahan dihari pernikahannya.

Sampai detik ini teman-teman Alika maupun Darren masih berdatangan. Belum lagi teman-teman dari orang tua mereka yang datang dari berbagai penjuru kota. Alika bersyukur karena Darren tetap berdiri di sampingnya dan membantu Alika ketika rasa lelah menderanya.

Darren mengulas senyuman ketika istrinya tampak cemberut. "Sabar, sebentar lagi selesai kok."

Alika menoleh, kedua alisnya menukik tajam. "Sabar? Udah 20 juta kali kamu bilang sabar sebentar lagi selesai." Alika menarik bibirnya agar tersenyum ketika segerombolan muda-mudi menghampiri mereka.

"Selamat menempuh hidup baru, Bro."

Darren tersenyum lebar. "Thank's. Gue pikir lo nggak datang."

"Datanglah. Lo kan sohib gue."

"Nanti gantian, gue nggak sabar dapet surat undangan dari lo."

"Masih lama, gue masih kuliah."

"Mau sampai kapan kuliah terus? Kan lo udah dapet gelar master."

"Sampe nama gue panjang kayak jalan tol."

"Sialan lo! Buruan nikah, jangan nunggu kadaluarsa."

"Sialan lo!"

Alika merasakan kaku pada wajahnya karena harus di-setting selalu tersenyum dan menampilkan ekspresi bahagia. Bukannya dia tidak merasa bahagia di hari pernikahannya, hanya saja Alika tidak menyangka berdiri di atas pelaminan akan semelelahkan ini.

Alika mendengus pelan ketika teman-teman Darren bergantian mengobrol dengan suaminya. Sialan! Kalau setiap orang mengajak Darren berbincang lalu kapan antriannya akan habis?

"Geser!" usir teman Darren yang lain. "Lo mau anak cewek atau cowok? Buruan nyicil, gue udah mau tiga nih."

Darren tertawa. "Sabar dulu, nanti malam gue mulai kerja rodi."

"Buruan, gantian dong!" usir temannya yang lain.

Alika kembali menarik lebar senyumnya. Sumpah! Teman-teman Darren sudah seperti mengantri sembako saja. Alika curiga kalau sebenarnya Darren mengundang semua temannya mulai dari zaman Sekolah Dasar sampai mendapatkan gelar spesialis.

Berganti orang, kini rombongan para wanita cantik yang mengaku sebagai teman Darren bergantian mengucapkan selamat kepada kedua pengantin itu. Ada juga yang meminta untuk difoto bersama. Alika merasa lega ketika diajak berbincang dengan teman-teman Darren itu.

Beruntungnya karena tidak ada satu pun dari perempuan-perempuan itu yang mengaku sebagai mantan Darren atau sejenisnya. Interaksi Darren dengan mereka tampak akrab dan tidak mencurigakan. 

"Dar, aku mau ngomong," bisik Alika ketika antrian sudah habis. Selagi menunggu antrian selanjutnya Alika dan Darren memilih istirahat di singgasana.

Kepala Darren mendekat. "Kenapa?"

"Dari sekian banyaknya perempuan yang ngaku sebagai teman kamu, yakin nggak ada satu pun mantan kamu? Atau gebetan kamu, gitu?"

Alis Darren terangkat dengan ekspresi heran. "Nggak ada. Emang kenapa?"

"Mungkin perempuan yang pernah ada sesuatu sama kamu, gitu? Coba ingat-ingat lagi deh."

Sudut bibir Darren berkedut gemas. "Kamu cemburu? Atau takut kalau aku melirik mereka?"

Oh, My Ex! (END) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang