Bab 26

28.1K 1.8K 33
                                    

Alika itu sulit ditebak. Maunya dimengerti, dan tidak mau disalahkan. Tapi, kalau sudah terlanjur sayang, perempuan itu akan berubah lembut dan manja. Kalau sudah terlanjur marah, bisa mengakibatkan perang. Perempuan itu siap melakukan apa saja demi menuntaskan amarahnya.

Darren dibuat kewalahan saat mengejar Alika yang sedang berlari menuju ruangan Julian. Bukannya apa-apa, Darren hanya ingin lihat apakah Alika berpakaian sopan atau tidak karena mengingat sebelumnya perempuan itu hanya memakai atasan tanktop yang sangat seksi di mata Darren. Demi hidup dan matinya, Darren tidak sudi kemolekan tubuh calon istrinya dilihat orang lain.

"Alika!"

Perempuan itu berdiri di depan ruangan Julian. Dan untungnya perempuan itu sudah berpakaian dengan normal, Darren bisa bernapas dengan lega.

"Kenapa ada di luar?" Darren mengatur napasnya, lelah habis berlari. Orang yang melihatnya berlari pasti merasa keheranan. "Kamu bilang mau mendisiplinkan Fresica kan? Kenapa masih di luar?"

Alika cemberut, kepalanya menunduk. "Aku nggak berani masuk," cicitnya.

Daren sontak terbahak. "Gaya kamu kayak mau melabrak pelakor. Tau-tau melempem kayak kerupuk kena air."

Alika melirik sinis. "Masalahnya cewek itu ada di dalam ruangan Dokter Julian, Darren!"

"Kamu belum sadar, ya?"

"Sadar apa?!" sungut Alika. Perempuan itu menghela napas panjang.

"Aku udah bilang kan kalau Sica datang ke sini karena mau bertemu papanya?"

"Tau! Memangnya aku pikun sampai lupa omongan kamu tadi?"

"Kamu memang ingat, tapi belum sadar."

"Hah? Maksud kamu apa sih? Kamu mau belain cewek itu?" Alika menyipitkan matanya. "Kamu mau ngatain aku bodoh, ya?"

Darren menggeleng cepat. "Kamu mah gitu, jelek terus mikirnya. Sini deh, aku jelasin pelan-pelan. Tapi, janji jangan marah dulu."

Alika mendengus kesal. Dia sengaja tak menjawab. Sepertinya Darren memang mau membela perempuan itu. Lihat saja, Alika akan melawan dengan memberikan ancaman batal menikah.

Diamnya Alika membuat Darren beranggapan Alika setuju. "Sica datang ke sini karena mau bertemu papanya. Terus aku bilang kalau dia ada di dalam kan? Diruangan Dokter Julian, menurut kamu kenapa dia ada di ruangan Dokter Julian padahal seharusnya dia bertemu papanya?"

"Ya, karena papa—" Alika melotot kaget. "Jangan bilang kalau cewek itu ...."

Darren mengangguk puas, senyumannya lebar. "Paham kan? Makanya jangan emosian. Hampir aja kamu melabrak orang yang salah."

"Dia sepupu kamu?" Alika melongo dengan ekspresi syok. "Cewek itu anaknya Dokter Julian?"

Darren mengangguk-angguk.

Alika tersentak pelan. Sebelum dirinya mempermalukan diri sendiri, Alika memutuskan untuk kabur dari tempat itu. Namun, betapa malang nasibnya karena Darren justru menahan tangannya.

"Ey, mau ke mana?" Darren menyeringai. "Karena kamu udah di sini sebaiknya kita masuk ke dalam."

Alika melotot, dia sontak memberontak. "Nggak mau! Jangan nekat, ya, kamu!"

Darren tertawa keras. "Ayo masuk, labrak Sica karena udah buat kamu cemburu. Bilang sama Sica kalau aku adalah calon suami kamu, milik kamu."

Alika menghempaskan tangan Darren yang menahannya. Dengan cepat juga Darren menghalangi jalan Alika. Lelaki itu nekat memeluk Alika agar tidak kabur. Secepat kilat juga Darren membuka pintu ruangan Julian tanpa mengetuk lebih dulu. Yah, dia memang tidak punya sopan santun.

Oh, My Ex! (END) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang