Bab 17

35.9K 2.5K 69
                                    

Alika duduk dengan gelisah diantara keluarga Argadinata. Rupanya papa dan mama Darren tetap menunggu mereka untuk sarapan bersama. Seperti perkiraan Darren sebelumnya, ternyata memang benar kalau orang tua Darren tidak mempertanyakan kejadian hilangnya Alika dan tiba-tiba saja muncul dari dalam kamar putra mereka.

Juwita bersikap biasa saja, seperti halnya tidak terjadi apa pun. Mau tak mau Alika pun bersikap netral. Meskipun terlihat seperti perempuan tak tahu malu Alika rasa dia memang tidak punya pilihan lain.

"Suka kan? Nanti kita coba masak bersama."

Alika mendongak dan mendengarkan dengan baik ucapan Juwita. Ibunda Darren itu sedang menanyakan pendapatnya perihal ikan panggang dengan resep barunya. Katanya, Juwita nekat memanggang ikan tersebut dengan rempah-rempah yang lain dari biasanya.

"Enak banget, Tan. Alika mau banget diajarin buat ini."

Juwita tersenyum senang. Moodnya hari ini sangat baik sekali.

"Alika sudah lama kenal dengan Darren?" tanya Arga tiba-tiba.

Mata Darren melirik papanya. "Udah lama."

"Papa nggak tanya kamu."

"U-udah lama, Om. Darren itu senior Alika dulu waktu kuliah," sahut Alika pelan.

"Rumah kamu di mana?"

"Dia tinggal sama saudaranya, Pa," sahut Juwita. "Tapi, memang rumah orang tuanya masih sekitar Jakarta. Katanya supaya lebih dekat dengan tempat kerja makanya dia tinggal bareng saudara."

"Terus kenapa tadi malam tidur di sini?"

"Mama yang ajak. Mama kangen Karren, kalau lihat Alika menurut Mama seperti lihat Karren."

"Okay, sekarang Mama diam dulu. Papa mau Alika sendiri yang jawab." Arga menatap Alika dengan mata menyipit. "Kamu dari keluarga mana?"

Darren mendengus. "Papa nggak bisa tahan dulu rasa penasarannya sampai kita selesai makan?"

"Lho, Papa mau tau sekarang."

"Pa, berhenti. Papa udah kelewatan."

Arga semakin memicingkan matanya. "Apakah kamu senang sekali melawan Papa?"

"Bukan melawan, Pa. Tapi, pertanyaan Papa membuat Alika nggak nyaman."

Arga sontak menatap Alika. "Benar begitu, Alika?"

"Nggak begitu, Om." Alika mengerjap beberapa kali.

"Tuh, lihat. Alika nggak merasa keberatan dengan pertanyaan Papa."

"Pa, please," erang Darren.

"Alika kurang nyaman, ya, dengan pertanyaan Om?"

"Bu-bukan gitu, Om." Alika menarik napas dalam-dalam. "Alika dari keluarga Wijayana, Om."

"Wijayana? Kamu anaknya Yoyo?"

Kening Alika mengernyit bingung. "Yoyo?"

"Iya, Yoyo. Om memang panggil dia Yoyo."

Alika menggigit bibir bawahnya, menatap Argadinata dengan perasaan cemas. Itu, Om Arga nggak salah ngomong kan? Nggak salah orang kan?

"Papa kenal?" Juwita menanggapi.

"Kenal," jawab Arga seraya mengangguk.

"Rekan bisnis?"

"Best friend forever," jawabnya dengan senyum mengembang.

Darren mendengus menyaksikan tingkah songong papanya. Cih! Best friend forever? Kok sama anak temannya sendiri nggak tau?

"Jadi, Om temannya papa?" tanya Alika.

Oh, My Ex! (END) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang