Bab 4

68.8K 3.7K 12
                                    

"Dokter!"

Langkah perempuan berambut panjang yang diikat rapi itu terhenti ketika seseorang memanggilnya dari kejauhan. Dilihat dari seragamnya yang sama-sama berjubah putih, Alika bisa menebak kalau seseorang yang memanggilnya tadi adalah seorang dokter. Seprofesi dengannya.

"Dok, kenapa jalannya cepet banget? Saya capek lari-lari," keluh orang itu dengan napas ngos-ngosan.

Alika memerhatikan lawan bicaranya dari atas hingga ke bawah, kemudian kembali lagi ke atas. "Maaf? Dokter memanggil saya?"

"Santai aja, Dok." Orang itu tertawa sambil menepuk bahu Alika. "Nama saya Andin. Tapi, bukan Andin yang ada di televisi itu, ya."

Alika tersenyum tipis. Candaan perempuan di depannya ini kalau boleh jujur sangat tidak lucu. Namun, demi menghargainya Alika terpaksa ikut tertawa meskipun hambar.

"Kalau nggak mau tertawa juga nggak apa-apa kok, Dok."

Alika meringis pelan. "Maaf. Oh, ya, ada apa, ya, Dok?"

"Eh, saya udah sebutin nama, sedangkan Dokter belum."

"Oh, ya, nama saya Alika." Ia buru-buru membalas uluran tangan Andin.

"Sudah tau kok, Dok." Andin tertawa lagi.

Alika sampai heran dengan perempuan itu. Ada saja yang dia tertawakan padahal jelas tidak ada yang lucu.

"Dokter Alika mau ke mana?"

"Saya mau orientasi ruangan."

"Sebelumnya apa sudah ada yang mengarahkan?"

"Maksudnya?"

"Maksudnya orientasi. Kenapa Dokter Alika orientasi sendirian? Kenapa tidak minta ditemani yang lain?"

"Saya belum memiliki teman."

Andin tersenyum lebar. Spontan saja dia merangkul Alika. Kemudian, membimbing Alika untuk melanjutkan orientasi ruangannya.

"Seharusnya Dokter Alika minta bantuan saya."

Alika mengernyit. "Kenapa?"

"Hah?"

"Maksudnya kenapa saya harus merepotkan Dokter Andin? Saya pikir Dokter sedang sibuk."

"Oh, itu, sebenarnya hari ini saya hanya cadangan. Saya tidak terlalu dibutuhkan hari ini, bisa dibilang saya ini cuma membantu dokter yang lain."

"Membantu?"

"Iya. Kalau ada hal mendesak, saya biasa dipanggil meskipun saya sedang libur."

"Oh, berarti Dokter Andin ini termasuk Dokter yang berkompeten."

"Berkompeten?"

"Iya. Karena Dokter sering diminta tolong untuk membantu, bukannya itu berarti keahlian Dokter Andin tidak diragukan lagi?"

Andin menggaruk kepalanya bingung. "Sebenarnya bukan karena saya berkompeten atau kemampuannya tidak diragukan lagi."

"Lalu?"

"Saya masih tergolong Dokter baru."

Alika mengernyit. "Maaf?"

Andin tertawa. "Saya masih baru di sini. Hm, baru beberapa bulan. Bisa dibilang saya masih junior. Jadi, wajar kalau saya sering diminta untuk datang membantu. Pahamkan?"

Alika menganggukkan kepalanya pelan.

"Jangan dipusingkan, Dok. Jangan takut kalau diminta untuk membantu, justru itu kesempatan kita untuk lebih mengasah kemampuan, mencari pengalaman dan juga menunjukkan kemampuan kita."

Oh, My Ex! (END) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang