Bab 28

23.2K 1.6K 24
                                    

Suara rengekan anak kecil bisa Darren dengar ketika dia memasuki bagian tengah rumah kakaknya. Sore hari menjelang malam hari adalah saat-saat yang paling dia senangi ketika datang ke rumah kakaknya. Penampakan kakak ipar dan keponakan menyambutnya di ruang tengah.

"Halo, zay. Udah mandi, ya?" Lelaki itu mencium pipi keponakan laki-lakinya. "Harum banget, jadi gemes."

Keyra mendorong pipi Darren menjauhi putranya. "Kamu dari mana? Dari rumah sakit?"

Darren mengangguk dengan kepala mendongak.

"Jangan cium Zay, bersihin dulu badan kamu."

Darrem berdecak kesal, tetapi tetap menuruti perintah kakak iparnya. Matanya mengedip satu kali kepada Zayyan. "Zay, nanti main sama Om Darren, ya. Om mau mandi dulu."

"Ya!" Bocah lelaki itu menjawab semangat. Fokusnya kembali menatap sang mama yang sedang memberinya buah-buahan. "Mau!"

Lelaki itu menuju kamar tidur yang menjadi ruangannya selama menginap di rumah kakaknya. Darren memang sengaja tidak menghabiskan banyak waktu di dalam kamar. Setelah membersihkan diri dan berganti pakaian dia segera memangku Zayyan yang sedang berlarian mengekori mamanya menuju dapur.

"Zay, sini. Mau ke mana?"

"Mama!"

"Sama Om aja, kita main di sana, ya."

Bocah kecil itu menggeleng, berusaha melepaskan diri dari pamannya. "Mama!"

"Mama mau masak. Zay main sama Om dulu."

"Mama ..." Sepasang mata mungil itu menatap Darren berkaca-kaca.

"Dar, mainnya di ruang tengah aja." Keyra mengusap pipi anaknya yang masih kering meskipun matanya sudah berkaca-kaca.

"Mau masak kan?"

"Udah masak, ini mau beres-beres."

"Oh." Darren mengangguk-angguk. Lelaki itu lantas membawa keponakannya ke ruang tengah.

Melihat mainan Zayyan yang berceceran di lantai dia lantas memunguti satu persatu kemudian diletakkan didekat tempat duduknya. Setelah membujuk Zayyan agar fokus menonton kartun di TV, Darren berbaring lurus di sofa. Tangannya terulur memeluk tubuh keponakannya yang sedang anteng menonton kartun.

"Seru, ya?" Darren mencolek pipi Zayyan. "Fokus amat sih, Zay."

Darren terkekeh karena merasa gila lantaran bicara sendiri. Sosok yang diajaknya bicara justru mengabaikannya. Wajahnya datar tanpa ekspresi sama sekali.

"Halo, Zay! Papa pulang!" seru Farren dari arah pintu. Lelaki beranak satu itu menyipitkan matanya begitu melihat sosok adiknya sedang menjaga Zayyan.

Tanpa peduli dengan kehadiran adiknya, Farren mendekati anaknya dan memberinya sebuah ciuman di pipi sebelum berlalu menuju kamar tidur untuk membersihkan diri.

Darren yang juga berpura-pura cuek diam-diam melirik kakaknya. "Papa kamu buta kali, Zay. Masa Om sama sekali nggak disapa."

Bocah itu menoleh dengan ekspresi berbinar. "Papa?"

Darren mengangguk. "Iya, Papa kamu."

Zayyan tersenyum lebar kemudian meraih satu mainan mobil-mobilan dan mengabaikan tontonan kartun tadi. Sementara Zayyan sedang anteng dengan mainannya, Darren membuka ponselnya. Entah kenapa malam ini dia merasa sepi. Tidak ada satu pun notifikasi di ponselnya.

Tiba-tiba saja sebuah ide cemerlang mampir di kepalanya. Senyumnya mengembang dan dia segera mendekati keponakannya. "Zay mau videocall sama Tante Alika nggak?"

Oh, My Ex! (END) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang