Bab 19

34.8K 2.1K 26
                                    

Langkah kaki  Darren teratur ketika menuruni anak tangga rumah orang tuanya. Dari kejauhan Arga sedang duduk membaca koran, sedangkan Juwita sedang memainkan ponselnya membuka aplikasi toko online.

Arga mengerutkan keningnya ketika melihat Darren. "Lho, kapan anak itu pulang, Ma?"

Juwita menoleh sekilas. "Tadi malam, Pa."

Darren duduk bergabung bersama orang tuanya. Mukanya masih lecek karena bangun tidur. Arga melipat korannya sedangkan Juwita bergeser agak jauh karena merasa kurang nyaman dengan keadaan putranya.

"Dar, kamu mandi dulu deh. Mama nggak tahan sama bau badan kamu," cetus Juwita dengan hidung yang kembang kempis.

Darren tak menyahut. Lelaki itu malah berbaring dengan bantal sofa di kepalanya, sedangkan bantal sofa lainnya dijadikan sebagai guling. Matanya terpejam karena rasa kantuk menyerangnya lagi.

"Seminar kemarin gimana, Dar?" tanya Arga.

Juwita melempar Darren dengan majalah terbarunya. "Heh, ditanya lho, kok nggak dijawab?"

"Nggak enak, Pa. Capek, ngebosenin, bikin kesel juga," sahut Darren ogah-ogahan.

"Lho, kok bisa?"

"Nggak tau."

Arga mengangguk-anggukan kepalanya. "Tapi kok tumben kamu pulang ke rumah, Dar. Biasanya semedi terus di apartemen. Kamu pulang ke rumah kalau terpaksa aja."

"Papa kenapa sih?" Juwita melotot marah. "Lagian malah bagus kalau Darren pulang ke rumah daripada ke apartemen. Kalau dia pulang ke rumah, ada yang ngurusin."

"Tau tuh Papa, anaknya pulang malah dimarah, nggak pulang ke rumah malah diamuk. Harus gimana sih?" sungut Darren.

"Bukannya marah, Dar. Papa cuma heran aja," sahut Arga. "Gitu aja kok emosian. Sarapan dulu sana. Anak bujang kok bangun siang."

"Yang nggak boleh itu anak gadis bangun siang, Pa."

"Anak bujang juga nggak boleh lho, kan kamu sebagai laki-laki harus gesit, mau makan apa anak istrimu kalau sudah siang begini masih di rumah? Baru bangun tidur pula, memangnya anak istrimu mau dikasih makan daun?"

Darren membuka matanya kemudian menatap papanya. "Lah, Papa sendiri kok masih di sini? Mau dikasih makan apa anak istrinya kalau sudah siang begini Papa masih di rumah?"

Arga menghela napas panjang. "Anak-anak Papa sudah dewasa, sudah bisa menghasilkan uang sendiri. Sedangkan istri Papa sedang belanja online," ucapnya sambil melirik Juwita. "Sudah jelas kan kalau istri Papa sangat sejahtera?"

Juwita berdeham canggung, pura-pura saja dia tidak mendengar obrolan anak dan suaminya. Tangannya masih sibuk berselancar di layar mencari barang yang menarik minatnya kemarin.

"Tapi, kan tetep aja Papa harus giat bekerja untuk bekal ke depannya."

"Anak-anak Papa selalu mengerti kondisi orang tuanya. Kalau Papa lagi butuh uang, mereka pasti menawarkan bantuan."

"Kalau tiba-tiba istri Papa ngabisin semua uang Papa gimana?"

Lagi-lagi Juwita tersindir, dengan mata mendelik dia menoleh ke arah anak dan suaminya. Hanya mendelik, Juwita tidak mau ribut pagi-pagi begini.

"Uang Papa nggak akan habis karena istri Papa belanja online," sahut Arga yang seolah tidak sadar dengan delikan istrinya.

Darren pun melakukan hal yang serupa, meskipun Juwita berkali-kali mendelik ke arahnya. "Papa jangan terlalu tenang begitu. Ibu-ibu kalau sudah candu belanja nggak bisa berhenti gitu aja. Apalagi kalau lagi diskon di hari-hari tertentu, semua barang bisa dibeli tanpa pikir panjang."

Oh, My Ex! (END) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang