Bab 31

23.6K 1.7K 45
                                    

Tidak ada semangat sama sekali ketika Darren melangkahkan kakinya memasuki kediaman orang tuanya. Begitu sampai di ruang tengah dia menyaksikan keluarganya sedang bersenda gurau lalu tertawa melihat kelucuan Zayyan. Orang yang pertama kali melihat kedatangannya pun adalah Zayyan, bocah kecil berwajah tampan itu berlari kecil menghampirinya seraya merentangkan kedua tangan. Dengan senang hati Darren menyambut keponakannya.

"Udah makan, Zay?"

"Dah!"

"Zay, kita makan buah yuk," ajak Keyra kepada anaknya. Bocah kecil itu melepaskan diri dari pamannya dan berlari mengejar mamanya. Juwita mengikuti dari belakang.

Oke, sepertinya hanya papa dan Farren yang akan menyidangnya. Setidaknya Darren bisa bernapas dengan lega karena kedua banteng betina itu memilih tidak ikut campur.

"Duduk, Dar," titah Arga kepada anak keduanya.

Darren menurut tanpa banyak protes. Melihat raut datar papanya, Darren menebak kalau lelaki tua itu sedang menahan diri. Sedangkan ekspresi Farren tidak perlu dipertanyakan lagi. Kakak sulungnya itu seperti siap memotong lehernya saat itu juga.

"Gimana kabar kamu?"

Darren mengerjap ketika mendapatkan pertanyaan tak terduga dari papanya. Oke, basa-basi Arga lumayan keren. Buktinya saja Darren sampai kesulitan untuk menjawab.

"Sehat kan?" tanya Arga lagi.

"Sehat, Pa." Darren menjawab kalem. Sebaiknya Darren bertanya balik demi mencari muka di depan papanya. "Papa sendiri gimana, sehat?"

Decakan Farren membuat Darren menoleh. Ekspresi kakaknya itu sudah tidak bisa ditutupi lagi. Farren kelewat emosi padanya. 

"Sehat kok. Papa sering konsultasi kesehatan," jawab Arga.

Darren mengangguk-angguk karena bingung harus merespon apa.

"Kita langsung saja, ya." Arga menarik napas panjang sebelum berucap, "Papa takut tekanan darah Papa naik karena kamu, Dar."

Darren menelan air ludahnya susah payah. Oke, papanya sudah masuk dalam mode serius. Saat ini tentunya Darren mulai merasakan perasaan was-was.

"Kemarin sore Papa dapat telepon dari Yoyo, Papa diminta datang ke rumahnya." Arga menatap putranya dengan ekspresi datar. "Papa dikejutkan oleh sesuatu."

Keringat dingin mulai mengucur di pelipis Darren. Namun, Darren tetap dalam mode kalem.

"Yoyo menyampaikan keinginan Alika terkait rencana pernikahan kalian. Alika ingin membatalkan pernikahan kalian."

Darren tetap tersentak meskipun sudah tahu hal apa yang akan dikatakan Arga. "Pa ...."

Arga mengangkat tangan kanannya. "Papa belum selesai bicara. Jangan potong ucapan Papa sebelum Papa suruh kamu untuk bicara."

Darren mengangguk patuh. "Iya, Pa."

"Keinginan Alika itu sungguh mengejutkan dan nggak pernah Papa duga sama sekali. Papa lebih dikejutkan dengan alasan Alika saat itu." Arga memijat pelipisnya. "Bagaimana bisa kamu selingkuh menjelang hari pernikahan kamu, Dar?"

Darren mendongak, mulutnya terbuka lebar dengan ekspresi bingung.

"Kalau mau selingkuh, lakukan dengan rapih. Kalau bisa selingkuhlah setelah kalian menikah," lanjut Arga yang semakin membuat Darren melongo.

"Pa, saran macam apa itu?" Farren menyela tidak terima.

"Kamu juga diam dulu, Ren. Papa tidak menyuruh kamu bicara." Arga menghela napas panjang. "Laki-laki sebucin Darren, bagaimana ceritanya bisa sampai selingkuh?" tanyanya heran.

Oh, My Ex! (END) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang