Bab 30

25.7K 1.5K 32
                                    

Darren turun dari mobilnya dengan terburu-buru. Beberapa menit yang lalu dia mendapat kabar kalau Alika datang ke rumah sakit, mungkin kali ini Darren bisa menemui perempuan itu dan menjelaskan duduk permasalahan keduanya. Seharusnya Darren datang lebih pagi, tetapi lantaran baru bisa tidur dini hari membuat lelaki itu sampai bangun kesiangan.

Tiba di ruangan Alika, dia menghela napas panjang. Ruangan itu kosong, sama sekali tidak ada tanda-tanda kehadiran Alika. Dan sepertinya ruangan itu belum dikunjungi oleh pemiliknya karena suhu ruangan yang sangat dingin. Dugaan Darren, Alika belum sampai di ruangannya.

Semangatnya mulai turun, tetapi dia belum menyerah. Ketika berbalik, dia tidak sengaja melihat Andin. Tiba-tiba saja ide cemerlang berhasil muncul di kepalanya. Sosok Andin yang baru menyadari keberadaan Darren justru berbalik arah dan berlari kabur sampai menghilang di persimpangan lorong. Darren mengerjap pelan, dia kecolongan!

"Dar!" Aden melambaikan tangan, keningnya mengernyit. "Lo sehat kan?"

Darren menoleh dengan ekspresi seperti orang linglung. "Andin mana, Den?"

"Eh?" Aden mengerjap pelan. "Sejak kapan lo kepoin adek gue?"

"Tadi gue liat Andin di sana, gue kejar dia tapi dia hilang gitu aja."

"Lo kenapa sih?" Aden menggelengkan kepalanya. "Gue jadi takut sama lo. Lagi ada masalah?"

Darren mengangguk. Banyak banget, Den. Kepala gue sampai pusing!

"Cerita sama gue. Ada hubungannya sama adek gue?"

Darren mengangguk, kemudian menggeleng. Hal itu justru membuat Aden kebingungan. Belum cukup membuat Aden penasaran plus kebingungan, Darren berbalik dan pergi begitu saja. Pikirannya saat ini benar-benar kacau. Alika yang ingin dia temui belum kesampaian. Andin yang ingin dia tanyai justru melarikan diri. Kepalanya malah berdenyut nyeri dan perutnya kelaparan lantaran belum diisi sama sekali.

"Selamat pagi, Dokter Darren," sapa Suster Eni yang kebetulan berpapasan dengannya. Suster Eni tampak ceria dan tersenyum lebar sangat berbanding terbalik dengan Darren.

Darren tak menjawab, lelaki itu hanya melirik kemudian mengangguk-anggukkan kepalanya. Laki-laki itu sedang tak ingin banyak bicara.

"Gimana kabarnya, Dok? Makin tampan aja. Kelihatannya sedang senang nih."

Darren mendengus. Dibilang sedang senang bukannya puas, justru merasa seperti diejek. "Suster Eni kalau mau bohong lihat-lihat sikon dulu."

Suster Eni tersentak. "Lah, kok?"

Darren melengos pergi. Dilihat dari tampangnya saja dia tidak mencirikan laki-laki yang sedang senang. Tampilannya semrawut, mandi tadi pagi saja dia syukur-syukur karena masih ingat. Yang lebih anehnya lagi dipuji tampan padahal Darren dalam kondisi lusuh, kumel dan kucel.

Darren tak bisa membayangkan hidupnya tanpa Alika selanjutnya. Belum ada 24 jam tidak bertukar kabar dengan perempuan itu sudah membuatnya seperti mayat hidup. Namun, Darren sadar. Ujiannya kali ini bisa jadi karma karena telah menyakiti Alika beberapa tahun yang lalu. Darren sadar konsekuensi yang harus dia terima demi bisa menjadikan Alika sebagai pendampingnya.

Sebuah harapan menghampiri Darren yang kini sedang berpikir keras. Setelah mencari keberadaan Alika yang tidak kunjung dia temukan, Darren beralih kepada Andin. Dan beruntungnya karena teman Alika itu sedang bersama rekan sesama dokter yang lain. Darren tebak, Andin tidak akan bisa menghindarinya lagi.

"Andin!"

Seperti panggilan alam yang tidak bisa ditolak lagi. Begitu melihat sosok Darren di depan matanya, Andin menghela napas panjang. Kali ini dia tidak bisa melarikan diri lagi. Rekan sesama dokternya pamit pergi ketika sadar kalau Darren memiliki urusan penting dengan Andin.

Oh, My Ex! (END) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang