Andai

862 94 2
                                    

Selamat malam 😊
.
Up Abella part 3
.
Semoga suka
Jangan lupa Votement'a
Happy reading 😘
.
.
.
.

Abella Dwi Dharma.

Saat ini aku benar - benar sedang kesal, karena pria menyebalkan yang berstatus sebagai tunanganku karena keterpaksaan, kembali datang ke Jakarta dan menggangguku. Pria yang tak mempunyai sopan santun membuat aku selalu kesal, dia Edo.

Entah apa yang ada di pikiran papah, sampai menjodohkanku dengan pria mesum yang selalu saja mencari kesempatan untuk menyentuhku, sayangnya aku selalu peka dan jiwa prajuritku selalu siap siaga, setiap terlihat gelagat dia yang akan mencium atau sekedar menggenggam tanganku, dengan cepat aku bisa mengelaknya.

Aku tak sudi jika dia menyentuhku, jauh di lubuk hatiku yang terdalam, aku hanya mau satu pria saja yang bisa menyentuhku, pria yang sangat aku cinta sejak aku masih menjadi mahasiswi kedokteran, tapi sayangnya hal itu tak akan mungkin terjadi, karena saat ini aku sudah menyerah untuk berjuang mendapatkan pria itu kembali, aku sadar diri.

"Mau pesan apa sayang?" Tanya Edo, saat aku dan dia sudah duduk manis di restoran untuk makan siang.

"Terserah." Jawabku singkat.

"Oke, Steak Tenderloin dengan kematangan medium well favorit kamu, minumnya apa sayang?" Aku menatap Edo, rasanya jijik sekali setiap dia memanggilku sayang, karena pastinya bukan hanya denganku, tapi juga dengan para callgirl yang selalu bersedia menemaninya.

Aku tidak heran jika dia tahu makanan kesukaanku, karena papah sudah membocorkan semua tentangku, bahkan sampai sabun dan shampo yang aku pakai papah juga sudah memberitahu Edo, betapa istimewanya pria di depanku ini untuk papah.

"Air mineral." Jawabku singkat.

"Steak Tenderloin dengan kematangan medium well dua ya mbak, minumnya air mineral satu dan ice lemon tea satu." Kata Edo pada waiters.

Aku menatapnya yang saat ini juga sedang menatapku, "Sampai kapan lu di Jakarta?" Tanyaku.

Edo membuang nafas kasar, memajukan tubuhnya di atas meja, "Bisa nggak sih Bell, sopan sedikit sama calon suami? Bisa 'kan nggak usah pakai bahasa gue lu? Aku calon suami kamu, ingat itu."

Aku berdecih dan tertawa kecil, mudah sekali bibirnya bicara calon suami, "Terserah gue, ini gue yang asli, jika lu nggak suka, silahkan tinggakkan gue, akhiri pertunangan konyol ini." Kataku dengan menekan setiap kata yang aku ucapkan.

Edo tertawa, "Jangan mimpi Abell, aku sudah lama menunggumu untuk menjadi istriku, tidak semudah itu aku melepaskanmu Abell."

"Terserah." Jawabku malas.

"Aku di sini sampai semua urusan selesai, lagian di sini aku betah ko sayang, 'kan ada kamu." Jawab Edo tersenyum, senyum yang membuat aku mual.

Iya, mungkin Edo betah tapi tidak denganku, aku merasa terganggu karena Edo selalu datang ke Yonkes, membuat aku menjadi bahan becandaan rekan kerja, apa lagi ada beberapa rekan yang terang - terangan mengatakan ketertarikannya pada Edo.

Aku akui Edo tak terlalu jelek, dia tampan sebagai seorang pebisnis, dengan postur tinggi dan kulit putihnya yang memang lebih putih dari pak Reno, pak Reno? Ya ampun, kenapa aku justru membandingkan Edo dengan pak Reno.

Makanan datang, aku dan Edo menyantapnya dalam diam, jika sedang makan aku memang tak banyak bicara, apa lagi makan dengan Edo, aku lebih suka diam.

Abella My Beautiful Dokmil Kowad (E-book Tersedia Di Playstrore)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang