Berharap?

679 80 8
                                    

Selamat malam 😊
.
Up dokter tampan
.
Semoga suka
.
Jangan lupa Votement'a
Agar author tahu kalian semua suka ceritanya atau nggak
Nggak sulit kok cuman tekan ☆ doang
Kalau sudi comment  juga boleh, biar author makin semangat 😊
.
Happy reading 😘
.
.
.
.

"Sorry Ren, hanya itu yang bisa gue bantu." Kata Dhika menatapku.

"It's okay Dhik, thanks lu sudah banyak bantu gue." Jawabku tulus pada Dhika, sudah tiga hari Dhika membantuku lewat om dan relasinya yang ada di Lebanon untuk mencari tahu keberadaan Abella, tapi hingga detik ini masih buntu, kami belum bisa tahu keadaan Abella di sana, sungguh aku tersiksa karena terus memikirkannya.

Bagiku tiga hari bukanlah waktu yang singkat, tiga hari berasa begitu amat sangat lama, konsentrasiku dalam bekerja sampai buyar karena terus memikirkan Abella.

Hanya bisa memantau perkembangan di layar TV dan juga media online, selalu menyimak jika ada rilis korban baru, tiada hentinya aku berdoa Abella tidak berada pada list korban yang meninggal dunia, aku belum siap kehilangan dia, aku belum membahagiakan dia, gadis hebat yang selalu tersenyum di balik dukanya.

Aku juga tak mungkin menyalahkan Dhika yang gagal mencaritahu keberadaan Abella, Dhika sudah berusaha semaksimal mungkin, Dhika sampai mencari tahu di setiap rumah sakit yang berada di Lebanon, tapi tetap sama, tidak ada nama Abella Dwi Dharma, entah berada di mana dia. Om-nya Dhika sudah memastikan jika Abell pergi ke pelabuhan Beirut, tapi saat tiga anggota lainnya kembali ke rumah sakit darurat, Abell meminta izin untuk tetap berada di pelabuhan dengan alasan menghabiskan waktu sore.

Abell tidak sendirian, karena dr. Ari yang aku ketahui sebagai senior Abell juga berada di sana, sama seperti Abell, dr. Ari juga tidak diketahui keberadaannya. Menurut om Dhika, ada puluhan jenazah yang hancur dan membutuhkan waktu untuk dilakukannya otopsi juga tes DNA, jantungku nyaris lepas dari rongganya saat mendengar itu.

Bukan hal baru mengenai otopsi dan tes DNA, bedanya kali ini menyangkut gadis yang aku cinta, aku tidak berharap Abell berada dalam list potongan tubuh yang ikut menjalani serangkaian otopsi dan juga tes DNA, aku berharap Abell baik - baik saja dimanapun dia berada, aku harap rasa khawatirku ini akan berbuah manis dengan kembalinya Abell yang baik - baik saja dan sehat.

"Apa rencana lu selanjutnya Ren?" Tanya Dimas, membuat aku mau tak mau menatapnya, aku hanya bisa membuang nafas kasar, aku juga bingung harus bagaimana lagi,  segala cara sudah di lakukan untuk mencari keberadaan Abell, sejujurnya aku ingin terbang ke Lebanon, mencari sendiri keberadaan Abell, tapi larangan untuk memasuki negara itu membuat aku tak bisa berkutik, inginku tidak berpasrah diri, tapi keadaan mengharuskanku berpasrah diri, sambil menunggu update kabar terbaru dari sana.

Andai saja aku bisa terbang ke Lebanon, aku akan sangat bersyukur, sayangnya om Dhika melarang keras aku untuk kesana, jadi tak ada pilihan selain memantau dari sini, menunggu setiap kabar yang akan di rilis otoritas pemerintah setempat.

Aku menggeleng, memberikan jawaban pada Dimas, karena aku memang tak tahu apa yang harus aku lakukan, "Mungkin hanya bisa mendoakan dari sini Mas, jika ada keajaiban bisa terbang ke Lebanon, sungguh itu yang gue mau." Kataku.

Dimas hanya mengangguk, mungkin dia juga sama sepertiku, bingung harus menjawab apa, karena benar - benar buntu.

"Apa pak Dharma sudah tahu keadaan putrinya?" Tanya Dhika, membuat tatapanku pada Dimas beralih padanya.

Aku mengangguk, "Sudah."

"Apa tanggapannya?"

"Itu yang gue bingung Dhik, putri tunggalnya sedang mendapat musibah, tapi dengan santainya dia bicara jika Abell layak mendapat itu semua, karena Abell anak durhaka yang tidak mau menuruti kemauan orang tuanya, gila nggak?" Kataku kesal.

Abella My Beautiful Dokmil Kowad (E-book Tersedia Di Playstrore)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang