Bebet, Bibit, Bobot

731 92 10
                                    

Selamat malam 😊
.
Kowad cantik Up
.
Semoga suka
.
Jangan lupa Votement'a
Agar author tahu kalian semua suka ceritanya atau nggak
Nggak sulit kok cuman tekan ☆ doang
Kalau sudi comment  juga boleh, biar author makin semangat 😊
.
Happy reading 😘
.
.
.
.

"Pagi, sayang."

Jantungku langsung bergemuruh, badanku rasanya seperti tak bertulang melihat siapa yang datang, sungguh sangat mengejutkan.

"Pak Reno, bapak di mana?" Aku menoleh kebelakang, suara gadisku dari dalam memanggil namaku.

"Mampus!" Gumamku, menepuk jidat.

"Siapa itu?"

"Eyang putri kapan datang? Kenapa nggak kasih tahu Reno kalau mau datang?" Tanyaku panik sengaja mengalihkan perhatian.

Ya, yang datang Eyang putri dari pihak papah, wanita kesayanganku yang satu ini lebih mengerikan dari mamah, jika jari Eyang sudah menunjuk tak ada yang berani membantah, jangankan aku papah saja langsung diam tak berani membantah.

Eyang tinggal di Solo, biasanya jika akan berkunjung ke Jakarta selalu memberitahuku, mamah juga nggak kasih kabar kalau Eyang akan datang, biasanya mamah paling heboh karena Eyang paling jago memberi kritik pada mamah, kritik yang bikin papah dan mamah berujung saling diam sampai beberapa hari.

Pletak

"Aww, sakit Eyang! Kenapa Reno dipukul?" Aku terus mengusap kepalaku karena di pukul menggunakan kipas yang selalu ada di tangan Eyang, rasanya benaran sakit, asli nggak bohong.

"Cucu nggak punya sopan santun, ini yang mamahmu ajarkan? Suara sopo iku? Kamu kumpul kebo le?" Tanya Eyang sambil menatapku tajam, tatapan yang selalu sukses membuatku gelagapan.

"Nggak Eyang, ayo Eyang masuk dulu biar Reno kenalkan." Kataku mengajak Eyang masuk, gadisku tengah berdiri menatap kami, wajahnya tampak sangat kebingungan.

"Lanang opo wedok le? Rambutnya pendek, bajunya juga kenapa baju pria?"

"Perempuan Eyang, namanya Abell, rambutnya pendek karena dia anggota kowad alias TNI perempuan, tapi dia bagian kesehatan, karena dia dokter, dulu mahasiswi Reno." Jelasku.

"Opo iyo le?"

Abell berjalan mendekat, mencium punggung tangan Eyang yang masih menatap Abell kebingungan. Ada rasa bahagia, karena tanpa diminta Abell tahu diri dengan menyalami Eyang.

"Benar Eyang, salam kenal saya Abell, senang bertemu dengan Eyang pak Reno." Kata Abell, Eyang menatapku.

"Pak?" Cicit Eyang dan aku mengangguk.

"Rubah panggilanmu toh cah ayu, panggil Reno mas, jangan pak karena cucu Eyang belum terlalu tua, paham?" Abell mengangguk patuh.

Benarkan, baru bertemu saja Eyang sudah mengatur dan tak ingin di bantah juga pastinya, begitulah Eyang.

Eyang berjalan ke sofa dan duduk, memerintahkan aku dan Abell untuk duduk hanya dengan gerakan kepala, kami pun duduk tepat di depan Eyang.

Abella My Beautiful Dokmil Kowad (E-book Tersedia Di Playstrore)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang