Pembalut

705 86 4
                                    


Selamat malam 😊
.
Abella up
.
Semoga suka
.
Jangan lupa Votement'a
Agar author tahu kalian semua suka ceritanya atau nggak
Nggak sulit kok cuman tekan ☆ doang
Kalau sudi comment juga boleh, biar author makin semangat 😊
.
Happy reading 😘
.
.
.
.

Reno Surya Pranoto

Hari ini, aku pikir bisa menjadi hari yang membuat gadis yang aku cinta bahagia, karena bisa bertemu dengan kedua sahabatnya, setelah sekian lama terpisah, entah apa penyebabnya yang membuat tiga sahabat itu terpisah. Tapi ternyata aku salah, pak Dharma rekan bisnis Dhika yang Dhika undang di acara ulang tahun Alvand, karena sekaligus akan mengumumkan Alvand sebagai putranya, untuk pertamakali di dunia bisnis, justru membuat gadisku pergi sebelum acara dimulai.

Akhirnya terjawab sudah rasa penasaranku pada pria yang tempo hari sering muncul saat aku bersama gadisku, pria yang selalu membuat gadisku badmood, dia Edoluardo Sanjaya, putra dari Ardo Sanjaya saingan bisnis papah.

Dhika memberitahuku beberapa hal mengenainya, yang membuatku cukup terkejut. Aku tidak menyangka jika pak Dharma menjodohkan putrinya dengan Edo, awalnya aku kecewa dan merasakan sakit yang teramat sangat saat tahu gadisku sudah memiliki tunangan. Tapi berkat penjelasan dari Dhika, aku bersumpah bagaimanapun caranya, akan membebaskan gadisku dari tangannya.

Gadisku berhak bahagia dengan pria pilihannya, meskipun bukan aku tak masalah, asal dia bahagia aku rela mengubur rasa cintaku padanya, siapapun pria pilihannya asal jangan bersama Edo.

Selesai acara, aku tak langsung pulang tapi aku melajukan mobil menuju pantai, sepertinya aku butuh ketenangan di sana, hati dan pikiranku sedang kacau, aku butuh suasana damai yang akan menentramkan hati dan pikiranku.

Tiba di pantai, belum juga turun dari mobil, mataku melihat tubuh yang sangat aku kenal, tubuh yang memakai dress putih tanpa lengan sedang duduk di atas pasir. Aku keluar dari mobil berjalan mendekatinya, tak aku sangka semakin aku mendekat suara isak tangis itu semakin terdengar, tubuhnya yang biasa terlihat gagah berani dengan seragam lorengnya, kini terlihat sangat rapuh.

Aku melepas jas yang aku pakai, memakaikannya pada gadis yang belum menyadari kedatanganku, hingga membuatnya berjingkat kaget dan menatapku.

Mata itu, mata yang suka menggodaku, mata yang sudah membuatku jatuh hati sejak dia masih menjadi mahasiswiku, mata indah yang selalu memancarkan binar bahagia setiap kali aku tatap, saat ini mata itu hanya memancarkan kesedihan, mata itu seperti penuh luka dan kesakitan.

Sakit, itu yang aku rasakan saat ini, sudut hatiku seakan ada yang mencubit. Sungguh aku tak tega melihat gadisku berurai air mata, ini untuk kedua kalinya aku melihatnya menangis dalam kesendirian.

"Tak baik, gadis cantik menangis seorang diri di tepi pantai, apalagi hari sudah mulai gelap. Apa saya boleh menemani?" Kataku mengawali pembicaraan dan dia mengangguk.

Cukup lama kami di pantai, aku yang menjadi sandarannya menumpahkan air mata, aku hanya ingin memberinya kenyamanan, aku ingin dia tahu, kalau dia tidak sendiri, ada aku yang selalu siap kapanpun dia butuhkan.

Adzan maghrib berkumandang, aku mengajaknya untuk shalat tapi ternyata sedang berhalangan, jadi aku memintanya untuk menungguku di dalam mobil, aku sendiri langsung berjalan menuju masjid.

Selesai shalat, aku langsung menuju mobil, tak aku sangka saat aku membuka pintu, pertama kali yang aku lihat gadisku sudah memejamkan mata indahnya, sepertinya dia sangat lelah sampai ketiduran, padahal aku hanya sebentar.

Abella My Beautiful Dokmil Kowad (E-book Tersedia Di Playstrore)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang