Sepi

390 77 3
                                    

Selamat malam 😊
.
Up Kowad cantik Abella, setelah lama tertidur
.
Semoga suka
.
Jangan lupa Votement'a
Agar author tahu kalian semua suka ceritanya atau nggak
Nggak sulit kok cuman tekan ☆ doang
Kalau sudi comment juga boleh, biar author makin semangat 😊
.
Happy reading 😘
.
.
.
.

"Bapak dimana mbak?"

"Ada di ruang kerja bu, baru saja saya antar kopi ke sana."

"Semalam pulang mbak?"

"Pulang bu, sepertinya ketiduran di ruang kerja karena ada selimut disana."

Aku hanya mengangguk memberikan jawaban, sudah tiga hari sejak kejadian di taman, dr. Ari mendiamkanku, sudah tiga hari juga aku tak bertemu dengannya. Baru saja aku akan menjalankan kursi roda menuju ruang kerja dr. Ari, tapi disaat yang bersamaan pintu ruang kerja terbuka, memperlihatkan si pemilik ruangan yang beberapa hari ini sudah mendiamkanku, mata kami saling bertemu.

"Kenapa?"

"Aku ingin bicara."

"Tentang?"

"Pertemuanku dengan dr. Reno kemarin, maaf kalau aku ..."

"Tak perlu minta maaf, karena aku yakin pertemuan kalian bukan karena kesengajaan."

"Apa kamu marah?"

"Marah? Karena apa? Karena melihat kalian berdua bertemu?" Aku mengangguk, "Jujur sebenarnya aku kecewa, tapi mau bagaimana lagi, toh mungkin takdir yang memang berperan mempertemukan kalian berdua, lalu aku bisa apa?" Lanjut dr. Ari lagi.

"Maaf." Kataku lagi.

"Abella, mau sampai kapan? Sampai kapan kamu mau menyakiti diri sendiri? Ingat Bell, bukan hanya kamu yang terluka, tapi juga dr. Reno, dia yang paling tersakiti, bukan kamu saja Bell!"

Tak terasa aku meneteskan air mata, mendengar perkataan dr. Ari, dia benar kalau aku sudah menyakiti pria sebaik dr. Reno, aku wanita jahat yang bersembunyi di balik rasa kecewa, namun tetap saja mengorbankan dia yang tak bersalah, dr. Ari berjalan mendekat, berlutut tepat di depanku, menggenggam kedua tanganku.

"Jika dr. Reno sumber tawa dan juga bahagiamu, kembalilah Bell, kembalilah pada dia yang juga merasakan sakit karena perpisahan ini, aku tak apa, jangan pikirkan aku, kejar bahagiamu." Kata dr. Ari, aku menatapnya, air mataku keluar makin deras, entah kenapa sejak kejadian di Lebabon itu, aku lebih mudah mengeluarkan air mata, tingkat baperku naik berkali - kali lipat.

"Mau 'kan kejar bahagiamu? Setidaknya demi aku yang selalu ingin melihat kamu bahagia." Lanjut dr. Ari.

Aku menggeleng, mencoba tersenyum meski rasanya sangat susah, "Aku sudah cukup bahagia dengan hidupku saat ini, dr. Reno memang pernah menjadi sumber tawa dan juga bahagiaku, tapi itu dulu, karena sekarang semuanya sudah berubah."

"Bell ...."

"Aku mohon, biarkan semuanya seperti ini, aku yakin seiring berjalannya waktu, semua akan menjadi biasa." Kataku memohon, aku tak ingin melibatkan dr. Reno dalam hidupku lagi, biarkan dr. Reno mencari kebahagiaannya lagi, dia pria baik pasti akan mendapatkan yang terbaik juga.

"Baiklah, kalau itu sudah menjadi keputusanmu, tapi harus janji jika air mata yang saat ini keluar untuk yang terakhir kalinya, aku tak ingin lagi melihat air mata kesedihan dari mata indah ini, aku yakin dr. Reno pun tak akan pernah menyukainya, janji?"

Aku kembali tersenyum dan mengangguk dengan cepat, "Aku janji." Jawabku, dr. Ari tersenyum, mengusap ujung kepalaku, kemudian berdiri, membuatku mau tak mau harus mendongak agar bisa melihatnya.

Abella My Beautiful Dokmil Kowad (E-book Tersedia Di Playstrore)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang