first kiss

752 85 5
                                    

Selamat malam 😊
Masih ada yang belum tidurkah?
Up Abella
Semoga suka
Jangan lupa Votement'a
Happy reading 😘
.
.
.
.

Hari ini aku sengaja izin tidak masuk kerja, syukurlah Dhika mengizinkan setelah aku memberitahu alasan kenapa izin. Aku butuh mempersiapkan jiwa dan ragaku untuk hari ini, hari yang tak pernah aku bayangkan akan datang, ternyata datang menghampiriku dalam waktu yang tidak aku duga.

Melajukan mobil ke Restoran yang sudah aku reservasi, rasanya sudah tidak sabar ingin bertemu dengannya, mengatakan semua yang sudah memenuhi pikiran sampai - sampai aku tidak bisa konsentrasi saat bekerja. Aku tidak ingin membuatnya menunggu lama, karena manager Restoran yang tak lain sepupuku sudah menghubungi, jika tamu undanganku sudah datang.

Sampai di Restoran aku segera memarkirkan mobil, turun dari mobil merapikan pakaian yang aku kenakan saat ini, bukan hanya pakaian tapi juga mempersiapkan diriku sendiri agar tidak gugup di depannya, karena jujur saja rasanya sangat gugup, aku seperti ABG yang akan bertemu gebetannya.

Melangkahkan kaki memasuki Restoran, menuju private room yang sudah aku pesan, semakin dekat semakin cepat detak jantungku, tepat di depan pintu yang bertuliskan VVIP 1 kembali aku menenangkan diri sebelum membuka pintu, aku tidak boleh terlihat gugup, setelah aku rasa cukup siap, segera aku membuka pintu.

Ceklek

Pintu terbuka dan mataku langsung bertemu dengan seseorang yang amat sangat aku rindukan, dia terlihat terkejut dengan kehadiranku di tempat ini, mata indahnya terus saja menatapku, mata yang sudah berhasil membuatku jatuh cinta.

"Hai Abella, apa kabar? Boleh saya masuk?" Sapaku pada Abella, ya memang benar jika yang aku temui ini Abella, semua ini sudah aku dan dr. Ari rencanakan. Pertemuanku dengan dr. Ari di cafe membuat sebuah keputusan, hari ini aku harus menemui Abella, mengakhiri semua yang sudah bertahun - tahun di tutup rapat.

"Bo .... boleh, silahkan pak." Jawab Abell membuatku tersenyum, aku mengangguk, melangkahkan kaki memasuki room, memilih duduk tepat di depannya, wajah Abell yang terlihat sangat tegang kembali membuatku tersenyum, demi apapun Abell selalu terlihat cantik dimataku, meski dalam keadaan apapun dia sangat cantik.

"Kamu belum jawab pertanyaan saya Bell?" Tanyaku lagi, Abell menatapku, "Apa kabar Abella Dwi Dharma?" Lanjutku sambil tersenyum.

"Ba .... baik pak." Jawabnya, aku kembali mengangguk, oh ya ampun rasanya kenapa canggung sekali, seperti baru pertama kalu duduk satu meja dengan wanita yang baru aku kenal, padahal sejak semalaman aku sudah merangkai apa yang ingin aku katakan hari ini, tapi apa ini, kenapa mendadak hilang semuanya, aku justru terpesona dengan Abella yang saat ini terlihat sangat cantik dengan dress berwarna mocca, riasan wajahnya sederhana tapi justru membuatnya semakin elegant.

"Alhamdulillah, senang mendengar jika wanita yang sangat saya cinta baik - baik saja." Jawabku, membuat Abell yang sudah menunduk kembali menatapku, "Lalu, mau sampai kapan kamu memainkan drama ini? Sampai kapan menyiksa diri kamu sendiri dan juga saya?" Lanjutku.

"Ma .... maksud bapak?"

"Saya sudah tahu semuanya, dr. Ari sudah memberitahu." Wajah Abella terlihat semakin tegang, "Jadi, mau sampai kapan Abella? Sampai kapan kita hidup saling tersiksa? Jika kita bisa bersama, kenapa harus kau ciptakan jarak yang tak seharusnya ada?"

"Pak Re ...."

"Abell, saya tulus mencintai kamu dengan semua kelebihan dan juga kekuranganmu, saya tidak peduli dengan keadaan kamu saat ini, karena cinta yang saya miliki untuk kamu tak memandang apapun." Aku menatap Abella yang saat ini juga tengah menatapku, matanya mulai berkaca - kaca, aku harus sabar dalam membujuknya.

"Maafkan saya pak Reno." Abell mengusap air matanya yang saat ini sudah keluar dari mata indahnya, lagi - lagi aku melihat air matanya, membuat dadaku terasa sakit, "Saya mau bapak mendapatkan wanita yang baik, wanita sempurna yang tak ada cacat seperti saya, saya tidak pantas ada di sisi bapak karena berdiripun saya tidak mampu hiks hiks hiks." Lanjut Abell yang saat ini air matanya makin deras keluar, sungguh rasanya begitu menyakitkan melihat semua ini.

Aku segera berdiri, berjalan memutari meja mendekati Abella yang menunduk, menarik tubuhnya yang saat ini tengah bergetar karena berusaha menahan tangis, aku memeluknya dengan sangat erat. Aku tidak ingin mendengar tangisannya lagi, sudah cukup gadisku bertahun - tahun menanggung kesedihan seorang diri, aku tak akan pernah membiarkannya, dia hanya milikku yang akan berbagi suka duka hanya denganku, bukan dengan orang lain.

Cukup lama aku memeluk Abella, hingga tangisnya mereda, aku melepas pelukan, membingkai wajahnya dengan kedua tanganku, wajah cantik yang saat ini terlihat sembab membuatku kembali merasakan sakit.

"Abella Dwi Dharma dengarkan apa yang akan saya katakan saat ini, dengar Abell, saya tidak peduli bagaimanapun bentuk fisik kamu saat ini, saya tegaskan sekali lagi, saya mencintai kamu tulus bukan karena fisik, tapi karena apa yang saya rasakan saat melihat ataupun berada di dekatmu, bahkan hanya mendengar namamu di sebut saja sudah membuat saya merasakan sesuatu yang tak pernah saya rasakan pada wanita manapun, hanya kamu yang mampu menggetarkan hati ini, hanya kamu yang berhasil membuat saya jatuh cinta, sejatuh - jatuhnya tanpa harus melakukan apapun, saya mohon kembalilah Abell, saya mohon."

"Pak ...."

Aku menggeleng, "Saya hanya mau mendengar kata siap, seperti yang sering saya dengar jika seorang prajurit mendapatkan perintah, say yes Abella." Kataku, tapi Abell justru menggeleng, menolak permintaanku, "Kenapa?"

Abell menyentuh kedua tanganku, menurunkan perlahan dan menggenggamnya, "Dengarkan saya pak, saya percaya jika bapak menerima saya, tapi saya tidak akan pernah tega melihat pria yang saya cinta harus menghabiskan sisa hidupnya dengan gadis cacat seperti saya, keluarga bapak butuh keturunan, sebagai generasi penerus, bapak bisa mendapatkan yang lebih baik dari saya, wanita sempurna dan ...."

"Cukup!" Kataku menghentikan ocehannya yang tak ada gunanya, "Cukup, sudahi semua omong kosongmu itu Abell, saya tidak butuh itu semua, karena yang saya butuhkan dan saya mau hanya kamu Abella, hanya kamu, bukan wanita lainnya."

"Pak ...."

"Saya tidak peduli dengan semua kata penolakanmu, meski ribuan kali kamu menolak, saya akan tetap memastikan jika kamu hanya milik saya Abella, maaf jika saya terlalu percaya diri ataupun lancang, sudah cukup siksaan yang kamu rasakan sendiri dan juga berikan pada saya, kali ini tidak akan lagi Abella, sudah cukup, you are mine forever Abella."

Cup

Satu kecupan, ya satu kecupan aku berikan pada Abella, bukan di pipi atau dahinya tapi di bibirnya, entah dapat keberanian dari mana sehingga aku berani melakukan ini, first kiss aku berikan hanya untuk Abella, membuat tubuhnya saat ini terlihat tegang, aku menatap mata indahnya dengan lekat, aku tak peduli jika Abella menamparku saat ini, aku hanya ingin dia tahu keseriusanku, seorang Pranoto tidak akan main - main dalam urusan hati.

.
.
.

Halloooo selamat malam, Abella sudah tersedia versi E-book ya
Pembelian bisa lewat playstore / playbook
Jika ada kendala, bisa chat saya atau penerbit langsung, no Wa tertera di Bio ya ☺😘😍
.
.
.

Halloooo selamat malam, Abella sudah tersedia versi E-book yaPembelian bisa lewat playstore / playbookJika ada kendala, bisa chat saya atau penerbit langsung, no Wa tertera di Bio ya ☺😘😍

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

💕💕💕
Terima kasih
Yang sudah memberi Votement
😊😘
.
.
Bagaimana part kali ini?
.
.
Jika suka karyaku jangan lupa tambhkan ke library + follow my Acc
🥰💞

🎉 Kamu telah selesai membaca Abella My Beautiful Dokmil Kowad (E-book Tersedia Di Playstrore) 🎉
Abella My Beautiful Dokmil Kowad (E-book Tersedia Di Playstrore)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang