Ny. Abella

632 78 2
                                    

Selamat Siang 😊
.
Up ibu kowad cantik
.
Semoga suka
.
Jangan lupa Votement'a
Agar author tahu kalian semua suka ceritanya atau nggak
Nggak sulit kok cuman tekan ☆ doang
Kalau sudi comment  juga boleh, biar author makin semangat 😊
.
Happy reading 😘
.
.
.
.

Abella Dwi Dharma POV

Menikmati waktu sore di taman menjadi kesukaanku sejak dulu, karena di taman aku bisa menenangkan hati dan pikiran disaat sedang kacau dan entah kenapa, hari ini aku ingin sekali datang ke taman ini, taman yang memiliki banyak kenangan bersama pria yang aku cinta.

Aku memang salah, harusnya tidak datang kemari, karena hanya kembali menambah luka dan rasa sakit di hatiku, aku juga bingung kenapa sangat menginginkan untuk datang ke taman ini, seperti ada yang menarik dan berbisik di telinga, agar aku datang.

Menatap hamparan bunga yang bermekaran di sore hari, ditambah sinar mentari senja yang makin mempercantik mereka, membuat suasana hatiku sedikit lebih tenang, tak perlu pergi jauh hingga keluar negri, bagiku pergi ke taman, pantai atau berdiam diri di kamar sudah cukup menjadi healing terbaik.

"Mbak, bisa tinggalkan saya?" Kataku pada mbak Ayu, asisten rumah tangga yang diutus dr. Ari untuk menemaniku saat beliau kerja.

"Tapi bu, nanti bapak marah, saya 'kan harus jaga ibu." Tolak mba Ayu.

"Nggak papa mbak, saya ingin sendiri, nanti kalau mau pulang saya telfon mbak, saya mohon." Jawabku sambil memelas, karena aku benar - benar ingin sendirian.

"Baik bu, kalau ada apa - apa segera hubungi saya ya bu."

"Siap mbak, terima kasih ya." Jawabku lagi, mbak Ayu mengangguk dan pergi meninggalkanku seorang diri.

Aku memejamkan mata, menarik nafas dalam - dalam, kembali merangkai kenangan indah bersama pria yang sangat aku cinta, pria yang sudah mencuri seluruh hatiku sampai tak tersisa. Sakit, sungguh rasanya sangat sakit, saat melihat matanya yang biasa menatapku dengan penuh cinta, tapi harus menatap dengan penuh luka karena diriku.

Sungguh aku sangat berdosa padanya, tapi mau bagaimana lagi, tak ada pilihan lain, aku harus meninggalkannya, semua demi kebaikannya juga.

Genggaman tangannya hingga detik ini masih aku rasakan, genggaman tangan yang memberiku rasa nyaman sekaligus rasa sakit secara bersamaan, aku yang menyakiti tapi aku juga yang merasakan sakitnya.

Aku masih ingat saat pertama kalinya bertemu Atikah, pertemuan pertama sejak aku kembali ke tanah air, dimana Atikah marah besar karena aku menghianati pria yang sudah sangat mencintaiku, pria yang dengan gigihnya dan tak pernah menyerah, selalu yakin jika aku baik - baik saja dan pasti akan kembali lagi. Tapi syukurlah, saat aku memberitahu alasanku apa, Atikah bisa menerima dan bersedia membantuku mengantarkan undangan.

Hujatan dan cemooh dari mereka yang tidak menyukaiku sempat membuatku down, tapi dr. Ari selalu menguatkanku, aku sudah yakin dan mantap mengambil keputusan ini, maka aku harus siap menerima segala konsekwensinya, biarkan mereka menghujat dan menerka sesuai dengan pemikiran mereka masing - masing, tak perlu aku menjelaskan pada mereka alasan kenapa aku meninggalkan pria baik yang sudah sabar menungguku.

Kenapa harus dr. Ari? Kenapa bukan Edo? Pria yang jelas menjadi tunanganku, pria pilihan papah untuk diriku. Jangankan Edo, papah yang aku harapkan bisa memberiku pelukan, bisa menjadi alasanku untuk pulang saja tak mau bertemu denganku, papah menutup semua akses agar aku tak lagi bisa menghubungi papah, sejak hari dimana aku berpamitan untuk Satgas ke Lebanon.

Aku sudah berusaha menghubungi papah, bahkan dr. Ari juga turut menghubungi papah, tapi jawaban beliau membuatku ingin menghilang untuk selamanya dari muka bumi ini, menyusul mamah ke surga.

Saat itu dengan lantang papah mengatakan, jika aku bukan lagi anak beliau, hidup dan matiku beliau sudah tak peduli lagi, karena aku bukanlah anak yang membanggakan untuk beliau, aku hanya benalu yang sudah tinggal di dalam keluarga Dharma.

Duniaku hancur seketika, saat mendengar semua perkataan papah, sumpah serapah beliau semakin membuatku merasakan sakit yang bertubi - tubi, orang bilang papah atau ayah itu cinta pertama bagi anak perempuannya dan ya aku pun merasakan seperti itu, jika papah cinta pertamaku. Cinta pertama yang selalu aku banggakan, meskipun selalu menorehkan luka dan rasa sakit yang tak pernah ada habisnya.

Di saat aku terpuruk, dr. Ari lah yang selalu ada di sampingku, beliau selalu menguatkanku. Rasanya memang aneh, beliau yang awalnya sangat membenciku, selalu saja mencari - cari kesalahanku, tiba - tiba saja berubah 180°, menjadi pria yang sangat perhatian dan selalu menjadi garda terdepanku, selalu mengatakan jika aku tidak sendiri, karena ada beliau yang siap 24jam untukku.

Roda kehidupan berputar dengan cepatnya, tak terasa sudah satu tahun lebih aku menjalani hidup yang datar ini, tawaku bukan tawa lepas bahagia, tapi hanya untuk menghargai dr. Ari yang sudah berusaha menghiburku, senyumku jelas senyum penuh kepalsuan, karena tawa dan bahagiaku sudah hancur menjadi kepingan - kepingan, saat hari dimana untuk terakhir kalinya aku bertemu dengan pria yang sudah membutku jatuh cinta begitu dalamnya.

Sakit, rasanya benar - benar sakit jika teringat semuanya, aku yang menyakitinya tapi aku yang sangat tersakiti, aku ingin melupakan tapi semua kenangan bersamanya justru terus hadir dipikiranku, bahkan semakin menumbuhkan rasa yang hingga saat ini masih untuknya.

Aku membuka mata perlahan, hari sudah mulai gelap, lumayan lama aku berada di sini, sepertinya harus cepat kembali, jangan sampai dr. Ari mencariku, aku segera mengambil ponsel, mencari nomor mbak Ayu agar datang menjemputku, belum juga aku mendial nomornya, suara seseorang membuatku terkejut.

"Taman ini masih sama, tak ada yang berubah, bunga dan tatanannya masih sama seperti dulu, hanya saja hati pengunjungnya yang telah berubah."

Deg, suara itu? Suara yang sangat aku kenal, suara yang selalu aku rindukan, suara dari seseorang yang sejak tadi memenuhi isi kepalaku.

Aku menoleh samping kiriku, di sana berdiri menjulang tinggi pria yang sudah membuatku terus menangis karena merindukannya, matanya yang sudah membuatku jatuh cinta kini tengah menatapku, membuat jantungku nyaris lepas, aku tak menyangka akan bertemu dengannya saat ini.

"Hai, apa kabar Nyonya Abella .... Baskara?"

💕💕💕
Terima kasih
Yang sudah memberi Votement
😊😘
.
.
Bagaimana part kali ini?
.
.
Jika suka karyaku jangan lupa tambhkan ke library + follow my Acc
🥰💞

Abella My Beautiful Dokmil Kowad (E-book Tersedia Di Playstrore)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang