11. Penampakan

133 28 14
                                    

**

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

**

Akira mencoba memahami keadaan Rhein saat ini, terlebih lagi dia adalah makhluk tak kasat mata. Hanya hantu yang sedang tersesat dan sebagian ingatannya hilang. Akira membanting kan tubuhnya ke atas ranjang yang halus dan empuk. Menatap langit-langit kamar, lalu tersenyum sendiri.

"Wah, ada apa dengan diriku?" ucapnya lirih saat menyadarinya. Akira menggelengkan kepalanya beberapa kali. "Aku tidak boleh seperti ini. Aku harus memberi semangat pada Rhein. Bagaimana pun juga, dia sekarang adalah anak yatim piatu." Perlahan tubuh Akira mengambang di awang-awang, memposisikan dirinya terlentang di udara. Menatap langit-langit ruangan, kembali pikirannya melayang mengingat kejadian waktu itu. Senyum simpul menghiasi bibirnya yang merah dan seksi. Tangannya bergerak terulur memegangnya. Senyuman itu kembali hadir mempercantik wajahnya.

Di lain tempat di waktu yang sama, Rhein melangkahkan kakinya dengan ringan. Rhein mengenakan setelan celana jeans warna biru dipadu dengan kaos warna putih dan tottebag yang di selempang kan di bahunya. Dia berjalan dengan memperhatikan ke sekelilingnya.

Hari itu, Rhein berniat mencari pekerjaan agar dia ada kesibukan setelah lulus. Rhein memang tidak ada niat untuk kuliah, karena selain bingung masalah biaya, dia juga harus memutar otak untuk membiayai hidupnya. Akhirnya dia mengambil keputusan memilih untuk bekerja.

Namun, tujuan utama Rhein saat itu adalah toko bunga. Ya, Rhein berniat akan mengunjungi makam kedua orang tuanya dan dia bermaksud untuk menyampaikan keinginannya untuk bekerja. Semasa hidup, Tuan Daniel memang ingin Rhein bisa kuliah, tapi sepertinya Rhein tidak bisa mengabulkan keinginan sang ayah.

Rhein menatap foto kedua orang tuanya, tidak terasa air mata itu kembali mengalir. Tangannya meraba foto yang terpajang di dalam sebuah lemari.

"Ayah ... Ibu ... maaf, aku tidak bisa mengabulkan cita-cita kalian. Aku harus memilih jalan ini, karena aku pun harus tetap bertahan hidup hiks ...." Rhein mengusap air matanya, lalu dia tersenyum menatap ke depan. "Aku berharap, Ayah dan Ibu tidak marah padaku. Kalian juga tidak perlu khawatir. Aku pamit pulang." Rhein menunduk kepalanya dan melangkahkan kakinya keluar.

Dalam perjalanan pulang, Rhein berjalan sambil melamun. Pandangannya kosong. Dia berjalan melewati sebuah gang yang tidak jauh dari kota.

Tanpa disadari oleh Rhein saat dia berjalan seorang diri di sebuah gang. Rhein terus dibuntuti oleh dua orang pria. Tadinya Rhein bersikap biasa-biasa saja dan tidak menaruh curiga sama sekali. Rhein berpikir mungkin kedua pria itu punya tujuan pulang ke rumah yang kebetulan jalannya searah dengan dirinya.

Namun, Rhein mulai waswas ketika kedua pria itu mulai berjalan menghimpit tubuh Rhein.

Rhein mulai ketakutan saat salah satu dari mereka menarik kasar tangan Rhein dan mendorong tubuh Rhein hingga membentur tembok. Hal ini membuat Rhein berteriak dan mengerang kesakitan.

Hantu Ganteng (COMPLETED) √Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang