23. Pesan dari Akira

87 18 1
                                    

**

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

**

Sebuah kehebohan terjadi di rumah Rhein sore kala itu. Tidak ada yang menyangka jika hal itu akan terjadi. Tidak ada firasat yang dirasakan oleh Rhein. Tapi, Akira lah yang merasakan akhir-akhir itu. Jemari tangannya kadang menghilang. Hantu itu sudah merasakan bahwa dalam waktu dekat dia akan pergi ke tempat yang dituju.

Hal itu tidak pernah dia beritahukan pada Rhein. Jika dia memberitahukannya, Rhein pasti akan merasa sedih. Namun, saat inilah Rhein yang paling menderita. Bagaimana tidak? Semua orang-orang yang dia sayang menghilang satu persatu. Kini tinggallah Rhein seorang diri.

Rhein terisak di tempat terakhir kali Akira berdiri dan menghilang. Buliran bening mengalir tanpa bisa dicegah oleh Rhein. Rhein terisak menangis menyesalinya.

"Aku belum mengatakannya, tapi kenapa kau sudah menghilang?" teriak Rhein meninggi dan menekan kata-katanya. "Akira, kembalilah———" ucapnya lirih dengan suara memelan. "Aku menyukaimu hiks ...," lanjut Rhein.

Rhein tidak bisa berhenti menangis.

"Aku masih membutuhkanmu. Siapa yang akan menjagaku?" ujarnya di sela-sela isakkan tangisnya. Tiba-tiba sebuah vas bunga terjatuh, Rhein langsung menoleh dan tersenyum.

"Akira ... kau kah itu?" Rhein segera berdiri, tapi dia tidak mendapatkan apa-apa.

Vas bunga itu terjatuh karena tiupan angin yang menerbangkan korden sehingga menyenggol vas bunga sampai jatuh. Rhein kembali termenung. Dia begitu terlihat lemah dan tidak bersemangat. Rhein berjalan gontai masuk ke dalam kamarnya dan menjatuhkan tubuhnya di ranjang. Dia terlihat sangat tidak karuan, bahkan napsu makannya pun hilang.

"Apakah kita akan bertemu lagi?" Rhein memiringkan tubuhnya dan meraba ranjang yang sering dipakai Akira tidur.

"Aku berharap besok pagi setelah aku membuka mata, aku akan melihatmu di sini." Rhein pun memejamkan matanya.

Waktu menunjukkan pukul tujuh malam. Bibi Aina yang tengah sibuk mengelap tangan tuan muda mendadak berteriak histeris.

Bibi Aina kaget ketika memperhatikan jari jemari tangan tuan mudanya bergerak-gerak.

"Tu-tuan muda———" Wanita paruh baya tersebut lalu berteriak memanggil Dokter Sora. Hal itu membuat Sora dan Leonard segera berlari menuju kamar pasien.

"Ada apa?" tanya Sora.

"Tu-tuan muda menggerakkan jari tangannya," jelas Bibi Aina.

"Benarkah?" Sora terlihat tidak percaya. Dia pun segera menghampiri pasien dan memperhatikan jari jemari tangannya. Begitu juga dengan Leonard. Melihat hal itu, Leonard pun tersenyum.

Hantu Ganteng (COMPLETED) √Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang