**
Langit sudah mulai menjingga. Waktu sudah menunjukkan pukul empat sore, akan tetapi kedua orang tua Rhein belum juga sampai di rumah. Padahal tadi sang Ayah sudah memberi kabar bahwa mereka akan berangkat pukul delapan. Enam jam perjalanan, seharusnya kedua orang tua Rhein sudah sampai di rumah pada pukul dua siang. Tapi ini sudah menunjukkan pukul empat sore.
Rhein tampak mulai tidak tenang, hatinya mulai resah gelisah tidak menentu. Dia kembali mengingat semua firasat dan mimpi buruknya. Dia mulai berjalan mondar-mandir di depan pintu utama sambil menggigit kukunya. Hantu Akira yang memperhatikan Rhein berjalan seperti sebuah setrika hanya menggelengkan kepalanya. Tangan Akira sibuk memencet remote TV.
"Kenapa kau berjalan mondar-mandir tidak menentu seperti itu?" seru Akira "Kau membuat kepalaku pusing, lebih baik kau duduk di sini dan menemaniku menonton TV." Akira menepuk sofa tepat di sampingnya mengisyaratkan pada Rhien untuk duduk di sampingnya.
Namun, perkataan hantu Akira tidak digubris sama sekali. Pandangan Akira langsung tertuju pada sebuah berita di TV.
"Rhein!" panggil Akira. Rhein langsung menoleh ke arah jari telunjuk Akira lalu Rhein melihat berita di TV tanpa berkedip.
Mendadak terdengar kilatan petir menggelegar dan setelah itu hujan turun dengan derasnya. Akira berjengkit kaget dan segera mematikan televisinya. Rhein langsung mengangkat kedua kakinya ke atas sofa dan menutup kedua telinganya.
Setelah dirasa sudah tidak ada suara petir. Rhein berlari menuju jendela, membuka tirainya dan melihat keadaan di luar. Hujan memang turun sangat lebat disertai petir yang menggelegar juga angin yang bertiup sangat kencang.
Pertanda apa ini? gumam Rhein dalam hati. Dia semakin resah gelisah ketika matanya melirik jam dinding.
"Sudahlah, kau tenang saja," hibur Akira.
"Bagaimana aku bisa tenang dalam keadaan seperti ini," ujar Rhein berapi-api dan benar-benar khawatir. "Mana ponsel kedua orang tuaku sulit untuk dihubungi."
"Mungkin mereka masih berhenti untuk beristirahat di suatu tempat. Apalagi dalam keadaan cuaca seperti ini." Akira menghibur Rhein.
Mendengar kata-kata hantu Akira, Rhein mulai berpikir positif tentang keluarganya. Dia mulai duduk di sofa dan tiba-tiba sebuah cangkir melayang-layang di depan muka Rhein. Gadis itu langsung melirik ke arah Akira dan mendapat Akira tersenyum dengan mengangkat dua jarinya membentuk huruf "V".
"Minumlah. Untuk melemaskan sarap mu yang tegang. Percayalah padaku," cicit Akira.
Rhein meraih cangkir yang melayang-layang di udara. Secangkir teh hangat yang entah kapan Akira membuatnya. Rhein langsung meneguk teh tersebut dan benar saja, dia yang tadinya merasa resah gelisah dan tidak tenang perlahan mulai santai.
KAMU SEDANG MEMBACA
Hantu Ganteng (COMPLETED) √
Horror©HenZie An 2023 Akira Tan sosok pemuda yang mendahului takdirnya untuk mati. Arwahnya tidak diterima di alamnya dan dia masih berkeliaran di dunia hingga pada akhirnya Akira bertemu dengan Rhein. Ingatan hantu Akira sedikit hilang. Dengan adanya Rhe...