4. Firasat dan Mimpi

249 58 37
                                    

**

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

**

Rhein masih tersengal-sengal ketika dia terjaga dari tidurnya. Memegang dada, berusaha mengatur napas agar kembali normal. Tampak bahu ramping itu naik turun kala peluh mengalir dari pelipis hingga dagu. Dia menutup mata erat, lalu membuka pelan seiring mengembuskan udara lebih banyak. Gadis cantik itu tampaknya bermimpi buruk.

"Semoga saja hanya bunga dari tidurku dan aku berharap semua baik-baik saja," beonya pelan.

'Tapi kenapa aku mendadak merasakan hal yang tidak enak? Firasat tentang apa ini? Seperti akan terjadi sesuatu,' batinnya dalam hati.

"Ah tidak, mungkin ini adalah perasaanku saja. Aku memang menjadi aneh sejak bertemu dengan hantu sialan itu." Rhein mengomel sendiri.

Rhein kembali duduk di ranjangnya, pandangannya menatap ke arah sofa dekat pintu.

"Aku baru tahu jika hantu bisa tidur juga." Rhein tertawa kecil menatap hantu Akira yang sedang tidur di sofa, akan tetapi tubuhnya sedikit melayang di udara.

'Dia terlihat sangat ringan seperti kapas,' gumamnya tersenyum. 'Hmm, aku perhatikan dia tampan juga.' Rhein mencermati wajah hantu Akira yang sedang tidur.

Mendadak dia menepuk-nepuk pipinya sendiri, membuatnya sadar dari godaan syaiton yang membuatnya terlena pada sosok hantu Akira.

Rhein kembali merebahkan tubuhnya ke ranjang yang empuk dan memiringkan badannya ke kanan. Namun ....

"Hei!" teriaknya langsung bangkit lagi.

"Kau ini ... kenapa mendadak berpindah tempat dan muncul dengan tiba-tiba. Jangan membuat jantungku berhenti berdetak atau jangan-jangan kau memang sengaja ingin membuatku mati karena terkejut?" protes Rhein.

"Aku tidak mengagetkan mu. Kau sendiri yang kaget melihatku." Akira terlihat sangat puas setiap kali membuat Rhein terkejut. Rhein mencebik merasa kesal.

"Wajahku yang tampan seperti ini saja, kau protes sering merasa terkejut. Lalu bagaimana jika wajahku hancur tidak karuan?"

"Ah, minggir sana," usir Rhein.

"Atau jangan-jangan kau terpesona dengan ketampananku ini," lanjut Akira tersenyum manis.

"Dasar hantu tidak ada akhlaknya." Rhein kembali berbaring memunggungi Akira.

"Wah, kau bisa ngambek juga ternyata," cicit Akira meledek.

"Bodoh ah. Aku mau tidur, jadi jangan berisik," ucap Rhein ketus.

Hantu Ganteng (COMPLETED) √Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang