16. Rencana

87 22 6
                                    

**

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


**

Malam semakin menjalar selayaknya sebuah tanaman yang tumbuh serta awan hitam bergulung-gulung di atas sana. Namun, buka berarti hujan akan turun. Seorang pemuda memasuki sebuah rumah yang berukuran cukup kecil. Melepaskan topi, masker, dan juga hooddie yang dia kenakan. Dia langsung masuk ke dalam kamar mandi guna membasuh mukanya. Selesai membasuh muka, tangannya terangkat dan mengelap cermin yang ada di depannya. Kini terpampanglah wajah pemuda itu di cermin, dia tersenyum smirk, lalu kembali dia membasuh mukanya untuk kedua kalinya. Saat dia menatap cermin itu untuk kedua kalinya, pemuda itu tersentak kaget dengan apa yang dilihatnya.

Matanya membulat sempurna, bibirnya menganga. Dia seperti orang gagap yang susah untuk bicara. Pemuda itu langsung menoleh ke belakang, tapi dia tidak menemukan apa-apa. Kembali dia menatap cermin yang di sana terdapat pantulan bayangan dirinya dan tepat di belakangnya dia melihat sesuatu yang sedang tertawa menyeringai. Tiba-tiba lampu kamar mandi berkedip-kedip sendiri seolah mengajak pemuda itu untuk berdisko. Pemuda itu mendongak menatap langit kamar mandi. Bulu kuduknya mulai berdiri, rasa takut mulai menyerangnya. Pemuda itu berlari keluar dari kamar mandi dan masuk ke dalam kamarnya.

Dia langsung berbaring dan menutupi seluruh tubuhnya dengan selimut. Seperti orang kedinginan, dia menggigil di dalam balutan selimut yang rapat menutupi tubuhnya.

"A-apa itu tadi? Ha-ntu? Mu-mulai kapan rumah ini berhantu?" kata pemuda itu tergagap.

Beberapa saat setelah itu, dia merasakan sesuatu yang aneh pada selimutnya. Selimut yang menutupi tubuhnya dengan rapat, perlahan ada yang menarik pelan ke bawah sana. Pemuda itu lantas menarik selimut kembali hingga hingga menutupi tubuhnya.

Pada akhirnya terjadi adegan saling tarik-menarik antara dia dengan makhluk astral yang tidak berwujud itu. Hal itu membuat dirinya memilih untuk melarikan diri keluar dari rumahnya dan menghilang ditelan gelapnya malam dan hujan yang mulai turun rintik-rintik.

~♡♡♡~

Leonard merapikan kemeja putih dan memasang dasi berwarna hitam. Setelah itu dia melangkah menuju meja makan. Di atas meja sudah tersedia sarapan pagi untuknya.

"Selamat pagi, Tuan Leonard," sapa seorang wanita paruh baya.

"Pagi juga, Bi," jawab Leonard dengan senyum ramahnya. Leonard menarik kursi ke belakang dan duduk dikursi itu. Sembari menikmati sarapan yang telah Bibi Aina siapkan, matanya menyapu ke seluruh ruangan.

"Bi, apa Nona Sora belum datang?" tanyanya.

"Sepertinya belum, Tuan. Bibi juga belum melihat Nona Sora dari tadi."

"Biasanya jam segini dia sudah datang." Leonard melirik jam yang melingkar di tangan kirinya.

Setelah Leonard selesai sarapan, Akari Nara belum juga datang. Lantas Leonard memakai jas hitamnya dan bergegas melangkah menuju kamar yang ada di lantai bawah. Di dalam kamar, tampak seseorang terbaring lemas dengan selang infus yang tertancap di tangan kirinya dan selang oksigen di hidungnya.

Hantu Ganteng (COMPLETED) √Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang