20Twenty20

35.6K 2.7K 27
                                    

Changkyun dengan hati-hati memandikan anaknya, di sampingnya ada Nam-Il yang memperhatikan sekaligus memantau.

"Anda sudah bisa melakukannya sendiri." Nam-Il tersenyum ketika Nyonya muda itu membasuh rambut anaknya dengan amat hati-hati.

"Benarkah Bi?" Ucap Changkyun dengan gembira.

"Tentu saja Nyonya."

Changkyun tersenyum senang dan melanjutkan memandikan Ryuu.

Bayi itu hanya diam dengan pergerakan kecilnya, matanya mengerjap memperhatikan. Kadang ia bersuara seolah bermain.

Ryuu juga tidak rewel, bayi itu bisa dengan mudah beradaptasi.

Changkyun melakukan semuanya dengan baik, dari memandikan hingga mengenakan pakaian.

"Saya akan kembali." Nam-Il undur diri dan keluar. Changkyun menatap Ryuu yang ada di gendongannya.

Bibir Ryuu bergerak-gerak, kemudian ekspresi wajahnya berubah hendak menangis.

"Ryuu sayang jangan menangis." Changkyun tertawa dan segera membuka kancing piyamanya.

Ryuu segera menyesap puting itu dengan rakus.

Matanya tertutup, bibirnya mungilnya terlihat lucu dengan puting Ibunya disana.

Changkyun memperbaiki topi rajut Ryuu, kemudian menunduk untuk mengecup kening kecil anaknya.

"Hmm wangi, Ibu suka...eh....Ibu atau Mama...atau Mommy seperti yang Jooheon hyung inginkan...hmmm selalu aneh-aneh jika Jooheon hyung pulang dari bekerja." Gumamnya,

Pertama, Jooheon ingin Ryuu memanggilnya Mama, dan satu hari kemudian Mommy. Sedangkan Changkyun sendiri menginginkan Ryuu memanggilnya Ibu.

Tak sadar jika Ryuu melepaskan putingnya yang kini bayi itu terlelap.

Changkyun kemudian beranjak dari duduknya dan segera menuju kasur dan meletakkan Ryuu secara hati-hati.

Setelah itu, ia melihat jam dan waktunya ia mandi. Ia segera memanggil Nam-Il untuk menyiapkan airnya. Maklum saja, selama ia disini. Tak sekalipun ia menyetuh peralatan mandi yang modern di sana.

"Aku akan mandi cepat, Bibi jaga Ryuu saja." Changkyun segera mandi dan Nam-Il keluar untuk menjaga buah hati majikannya.

Belum lama Changkyun mandi, Jooheon sudah pulang dan mengusir Nam-Il dari kamarnya.

Jooheon duduk di tepi ranjang dan menatap anaknya dengan lembut, Ryuu tidur amat pulas dan itu sangat menenangkan, lantas ia mengambil ponselnya untuk memotret bayinya.

Changkyun keluar dengan handuk kecil di lehernya. Ia menjadi gugup saat melihat Jooheon di kasur.

"H-hyung?"

"Kau sudah selesai?" Jooheon segera menoleh pada Istrinya dan menghampirinya.

Menarik pinggang ramping sang Istri dan mengecup kening Changkyun.

Lantas menyerukan kepalanya di leher Changkyun, mengendus sana sini aroma segar Istrinya.

"Aroma mu manis, aku suka."

"Mmmm." Changkyun mengkerut, tubuhnya semakin merapat pada suaminya.

"Aku sedang memikirkan bagaimana caranya agar mereka tak melihat dua permata ku, terutama Ryuu yang akan semakin besar nanti." Jooheon melangkah mundur, kemudian duduk di tepi kasur dengan Changkyun di pangkuannya.

"Sayang kau tau? Diluar sana begitu kejam, banyak orang egois untuk kepentingan mereka, jika perlu, membunuh pun mereka lakukan agar keinginan mereka tercapai."

"A–apa h–hyung akan me–membunuhku?" Changkyun mencicit takut.

Jooheon terkekeh dan memeluk Changkyun dengan begitu erat.

"Jika kau kabur dan selingkuh akan aku lakukan, mati pun kau harus dengan izin ku."

"K–kau menyeramkan." Dada Changkyun sesak akan jawaban Jooheon.

Jooheon melepaskan pelukannya dan menatap Changkyun,

"Itu memang aku, dan hanya kau yang mampu meluluhkan aku. Maka dari itu jangan tinggalkan aku lagi." Matanya menyendu di akhir ucapannya.

Jooheon tak ingin memaksa Changkyun untuk mengingatnya. Biarkan saja seperti ini, seperti dua orang yang baru mengenal dengan ingatan baru, dan juga suasana baru yang telah berubah seiring berjalannya waktu.

.

.

tbc....aja lah.

Mau bikin one shoot kok males:"

HUSBAND ; JOOKYUN [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang