Jooheon masuk pada ruangan yang amat gelap, benar-benar gelap hingga ia bisa merasakan kengerian di sekitarnya.
Ia meraba dalam kegelapan itu, hingga suatu sinar memperlihatkan seorang wanita yang terbaring pada ranjang dengan seorang pria tengah mengendong bayi.
Terlihat amat bahagia hingga Jooheon mendecih tak suka.
"Sudah kuduga ia amat cantik seperti mommy nya." Pria setengah baya itu menatap bangga pada putrinya yang baru saja lahir.
"Sudah seharusnya seperti itu, tidak seperti Jooheon. Anak itu tidak berguna sama sekali. Kelahirannya pun tidak diinginkan, aku menyesal telah melahirkannya."
"Kau benar, penerus kita haruslah wanita."
Jooheon mengepalkan tangannya erat. Dan kemudian ia menatap bocah laki-laki didepan pintu masuk dengan pandangan menajam.
"Kau mendengar semuanya, Jooheon."
Perlahan Jooheon mendekat, tangannya sudah memegang pisau. Namun tak sebelum sampai pada keluarga bahagia itu, suasana bergulir dirumahnya.
"KAU! KAU APAKAN PUTRIKU! KAU IRI PADANYA KAN, LALU MENGGANGGU NYA!"
Bocah umur 7 tahun itu ditampar. Padahal ia hanya ingin memenangkan adiknya yang menangis.
"A–aku hanya ingin menenangkannya Ibu."
"Dasar anak sialan!".
Lalu Ibunya pergi dengan putri cantiknya yang berumur 2 tahun.
"Kau lemah Jooheon".
Jooheon mendesis. Dadanya sesak saat ia menatap dirinya sendiri yang masih kecil kala itu.
Lalu, suasana kembali berbeda. Di cahaya itu, Jooheon dipaksa masuk pada mobil.
Dan kemudian, orangtuanya meninggalkan dirinya di panti asuhan.
"Uhhh belat."
Jooheon menatap teduh bocah cilik itu, bocah yang menjadi pelita hatinya kini. Bocah yang keberatan membawa kardus kosong untuk di bawa pada gudang.
"Hyong bisa bantu Changkyun, ini belat". Bocah itu menghampiri bocah lain yang berumur 6 tahun lebih tua darinya.
"Tentu saja."
Hingga dimana, pemandangannya berubah riyuh dan gaduh. Bocah cilik kesayangannya tengah di pukuli, di tuduh mencuri barang anak pantai lainnya.
"Hentikan!"
Jooheon berusaha teriak untuk mengehentikan bocah-bocah itu, tapi apa daya, ia tak dapat bergerak seinci pun.
"Jooheon bodoh! Selamatkan Changkyun! Ratu mu tengah disiksa!"
Jooheon berteriak kalut pada dirinya disana. Ia yang masih kecil hanya menatap kosong pemandangan didepannya.
Ia hanya mengingat masa-masa saat ia bersama orangtuanya. Dipukuli dan dicaci.
Semua terasa menyakitkan, hingga Changkyun menjadi koma akibat pukulan berutal bocah-bocah panti lainnya.
Ia marah, kenapa disaat ia mendapatkan kebahagiaan, itu semua selalu diregut begitu saja.
Dan itu karena kedua orangtuanya.
Dunia Jooheon menjadi gelap. Dan saat itu juga, ia keluar dari panti. Mengasah kemampuan dirinya diluar sana dengan keras. Hingga dimana, pesta ulangtahun adiknya yang ke-11, ia kembali pada rumah mewah itu. Menyelinap menjadi seorang tamu. Dan saat acara selesai, ia menjalankan aksinya.
Membunuh kedua orangtuanya, serta adik kecilnya.
Ia tak memiliki kenangan indah apapun pada kedua orangtuanya, hanya Changkyun bocah kecil itu yang membuat hidupnya berwarna.
Jooheon menatap kedua tangannya, ada darah disana. Begitu banyak dan pekat.
"Seharusnya kau melakukan itu sejak dulu Jooheon".
Jooheon menatap bangga dirinya yang berumur 16 tahun didepannya yang berubah menjadi seorang psikopat.
Lalu, polisi tak menemukan bukti apapun. Tersangka pembunuh tak dapat ditemukan hingga kasus ditutup karena Jooheon merelakan semuanya.
Namun suara tangisan bayi membuatnya ketakutan, ia menatap ke sekeliling dan tidak mendapati siapapun.
Semakin lama semakin keras tangisan itu, Jooheon gemetar ketakutan.
"Ryuu sayang kenapa? Apa Ryuu haus?"
Jooheon kemudian membuka matanya, keringat membasahi dahinya. Dan kemudian duduk untuk menatap Istrinya yang menenangkan Ryuu.
"Hanya mimpi". Ia bergumam.
.
.
tbc
Moga-moga kalian paham sama apa yang Misz tulis༎ຶ‿༎ຶ
Karena jujur, mood lagi gak ada. Bawaannya lesu
KAMU SEDANG MEMBACA
HUSBAND ; JOOKYUN [END]
FanfictionChangkyun dinikahi saat ia tidur. LEE JOOHEON X IM CHANGKYUN WARNING!!. BOYXBOY AREA.