10Ten10

39.1K 3.1K 245
                                    

Changkyun itu memang polos. Ada banyak hal yang tak ia ketahui. Namun, ia tak bodoh untuk menyadari bahwa orang hamil artinya adalah akan memiliki anak.

Didalam perutnya ada nyawa lain disana.

Ia memang takut pada Jooheon. Amat takut. Tapi naluri sebagai Ibu membuatnya berani menolak keinginan Jooheon.

"T-tidak!" Changkyun setengah berteriak.

Membuat Jooheon tentu memandang tajam Changkyun. Wajahnya mengeras.

Keinginannya baru saja ditolak.

"Dalam pernikahan ini aku tak pernah menginginkan bayi! Tidak akan pernah!" Jooheon berteriak. Lebih besar dari suara Changkyun.

Changkyun menggeleng ribut. Air matanya mulai keluar.

Jooheon memang menakutkan. Tapi sebelumnya belum pernah ia berteriak murka padanya.

"Kau Ayahnya. Kau yang menghadirkannya hyung!"

Jooheon memejamkan matanya. Amarahnya mudah tersulut. Apalagi jika ada yang menentangnya. Ia akan benar-benar marah.

"Tapi aku tak butuh bayi! Dan tidak akan ada bayi ditengah-tengah kita!."

Jooheon pergi, dengan mengambil jasnya. Membuka pintu dengan kasar, begitu pula saat menutupnya

Dentumannya membuat Changkyun berjingkit kaget.

"Hikss... Jangan takut sayang. Ada Ibu disini hikss..." Changkyun mengelus perutnya. Seakan menenangkan anaknya yang sedang menangis.

Lantas ia merangkak. Mendekati nakas dan menekan tombol disana.

Ia harus mandi agar keadaannya lebih segar.

.

Sore menjelang.

Changkyun asik memakan mangga muda. Ia menginginkannya. Terasa segar dan nikmat.

Changkyun amat menikmatinya. Sebenarnya tadi Nam-Il menolak keinginan Changkyun. Karena jika Jooheon tau, pasti seluruh pelayan akan kena imbasnya.

Namun tatapan memohon Changkyun mampu membuat Nam-Il luluh. Ia akhirnya mencari mangga muda yang segar, meskipun sulit mendapatkannya.

Changkyun jarang meminta. Itu juga salah satu alasan Nam-Il mengabulkan permintaan Nyonya besar Jooheon.

"Aku masih menginginkannya." Changkyun memandang piring yang kini telah kosong.

Menghela nafas panjang. Changkyun beranjak. Ia ingin keluar kamar kali ini.

Dengan membawa piringnya. Changkyun membuka pintu besar kamarnya.

Dan ketika itu. Banyak pelayan menatapnya.

"Tuan muda?" Mereka menghampiri.

"A-aku mau turun. Di-dimana Bibi Nam-Il?" Kata Changkyun dengan gugupnya.

Ia itu pemalu. Juga pendiam. Namun ia ramah.

"Mau saya panggilkan?"

"Tidak. A-aku akan menghampirinya saja. Bisa antarkan aku?"

"Tentu Tuan muda." Pelayan itu tersenyum. Dan menuntun Changkyun untuk turun.

Setelah sampai dapur. Changkyun memanggil wanita yang sudah ia anggap seperti Ibu sendiri.

"Bibi?"

"Ya Tuhan, Tuan muda sedang apa Anda kemari?" Nam-Il panik.

Lantas mengiring Changkyun untuk menjauhi area dapur.

HUSBAND ; JOOKYUN [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang