13Thirteen13

35.5K 2.9K 164
                                    

Sejak itu, Jooheon sedikit memberi jarak dengan Changkyun. Ia hanya akan mengecup pipi ataupun kening Changkyun jika hendak bekerja atau akan tidur.

Ia tidak mau terlalu dekat dengan Changkyun karena bayi itu. Ia juga lebih banyak diam. Entah mengapa, tapi Jooheon sedikit berbeda.

Namun Changkyun merasa kehilangan.

Changkyun sedikit merindukan sikap over Jooheon. Yang mana begitu menjaganya, melindunginya dan berperilaku lembut meski menekannya.

"Jangan banyak bergerak." Jooheon mengecup kening Changkyun di depan pintu kamarnya, setelah ia kembali mengantar Changkyun sehabis sarapan.

Changkyun menunduk, lantas menarik ujung mantel Jooheon.

"Pe–peluk Cha–Changkyun." Ia mencicit.

"Maaf, aku harus bekerja." Jooheon hanya tersenyum dan mengelus rambut Changkyun. Setelah itu pergi.

Usia kandungan Changkyun sudah memasuki bulannya. Maka dari itu, Jooheon tidak merasa nyaman dengan perut besar Changkyun.

Ia sedikit trauma dengan tendangan bayi di dalam sana.

Changkyun mengusap air matanya yang menetas. Lantas segera masuk pada kamar.

Kemudian duduk di kasur, dengan bersandar pada kepala ranjang. Lalu?

Seperti biasa, rutinitasnya adalah mengelus perutnya. Jika tidak, ia akan membaca buku ataupun menonton televisi.

Perubahan Jooheon tentu berdampak pada dirinya. Ia takut akan ucapan wanita pada pesta waktu itu.

Apa Jooheon akan benar-benar meninggalkannya?

Seandainya iya, maka ia akan hidup dengan bayi kecilnya nanti dan sebisa mungkin hidup dengan bahagia.

Jika memang perpisahan yang diinginkan Jooheon, ia akan menerimanya.

Tentu saja, karena Jooheon akan membuang anaknya juga.

"Shhh...akhhh." Changkyun meringis menahan sakit pada perutnya.

Terasa sakit, amat sakit. Lantas ia menurunkan kakinya pada lantai.

"Uhhh...ahh." Changkyun tetap memegangi perutnya dengan meringis sakit.

Sesuatu mengalir melewati pahanya, awalnya sedikit dan lama kelamaan semakin deras.

Dan Changkyun tidak kuat lagi, maka ia segera berteriak, tangannya menggapai gapai tombol diatas nakas.

"Bibi!!! Bibii!!!"

"Tuan muda!!!"

.

Jooheon dengan perasaan tercampur aduk segera pulang pada istananya.

Dengan panik, ia menuju kamarnya.

Membuka pintu dengan kasar.

Hal yang pertama ia lihat hanya kekosongan, mata sipitnya menelisik dan mendapati darah, baik di seprei maupun dilantai.

Jooheon sedikit pucat memandang itu.

"Tu–tuan, Tuan muda Changkyun sudah dibawa pada rumah sakit." Salah satu pelayan memberanikan diri memberitahu Sang Tuan besar.

"Kenapa ada banyak darah?" Jooheon bertanya pada diri sendiri dengan berlari menuju mobilnya.

Cemas. Takut. Kalut.

Perasaannya tercampur aduk bersamaan dengan kesedihan.

Nafasnya memburu dengan keringat membasahi keningnya.

Si supir mengemudi dengan kecepatan tinggi karena Jooheon yang meminta.

Dan setelah sampai, Jooheon langsung menuju kamar operasi.

Karena sebelumnya ia bertanya pada Nam-Il.

Ia pulang karena alarm sirene berbunyi, itu artinya Changkyun keluar dari batasnya.

Dan sekarang apa?

Changkyun masuk rumah sakit entah karena apa.

"Nam-Il?" Ia memanggil.

Matanya segera melihat satu penjaga yang berlumur darah pada kemeja putihnya.

"Kenapa ada banyak darah?" Ia bertanya takut.

"Tu–tuan, ma–maaf sebelumnya sa–saya tidak memberi tahu. I–itu karena sa–saya panik, Tu–tuan muda Changkyun mengalami pendarahan dan harus di operasi se–sekarang juga." Jelas Nam-Il dengan takut.

Ia tak sempat menghubungi kondisi Changkyun tadi pada Jooheon, namun ia segera tersadar saat Jooheon menelfon akan ruangan Changkyun berada.

"Istri ku?" Tanya Jooheon dengan pandangan kosong.

"Sedang berjuang antara hidup dan matinya didalam sana Tuan, semoga Tuhan memberikan kelancaran akan operasi itu." Harap Nam-Il.

Tuhan?

Jooheon sudah lama meninggalkan, hatinya telah menggelap. Dan apakah Tuhan masih mau mendengarkan doanya?

Ia terduduk di kursi dengan menyembunyikan wajahnya dengan kedua tangannya.

"Tuhan ku mohon, biarkan pelita hatiku tetap berada disisi ku."

Dan tak lama.

Suara didalam kini didominasi oleh suara tangisan bayi. Seolah protes mengapa dikeluarkan dari tempat teramannya dari marabahaya dunia.

Jooheon langsung memalingkan wajahnya pada ruangan operasi tersebut.

Apa bayinya telah lahir?

.

.

tbc....aja lah.

Skuyyyy pertanyaan di jawab. Meskipun kadaluarsa 😅

Pertanyaan dari @horange_99
Q: joo kenapa kamu gak mau memiliki keturunan?

A: Kalo dijawab spoiler kayanya... wkwk hmm kalo dari jalannya cerita, Joo gak mau kasih sayang Changkyun terbagi.

Pertanyaan dari @chijeumandu
Q: Juhon punya keluarga ngga sih? Kok dia sendirian aja kayaknya

A: Punya dong...

Pertanyaan dari @mxdrom_
Q: Joo kamu punya kakak atau adik? Kenapa tiba tiba nikahan Changkyun saat tidur 😡

A: mengandung spoiler again🤤, kenapa tiba-tiba dinikahin pas tidur? karena Joo cinta Kyun. Udah itu aja😭

Pertanyaan dari @iam_Elly
Q: Misz... Bulan puasa udah mau tiba, kamu udah ready belum???

A: Udah dong😁😍✊

Pertanyaan dari @Iyayem
Q: Kak Misz kapan cerita yang baru di publish?🙁

A: kapan ya??...wkwkwk kalo semua book yang di tulis ini end. Dengan kata lain book baru itu pengganti book yang lagi on going ini^^

Masih adakah pertanyaan yang belum terjawab?

HUSBAND ; JOOKYUN [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang