SPECIAL : AFTER FIFTEEN YEARS 0.9

27.7K 2.1K 42
                                    

Setelah sarapan bersama di dalam kamar, Ryuu langsung pergi ke perusahaan. Jooheon sendiri tetap tinggal. Ia ingin Ryuu mandiri dan bisa mengatasi masalah yang terjadi di kantor selama ia tak berada di samping anaknya.

Kali ini, Jooheon membuka perban yang melilit tubuh cantiknya. Sudah waktunya di ganti karena perban itu sudah kotor akibat bercak darah.

Sesekali Changkyun meringis menahan sakit akibat itu.

"Sayang ku, apa kau lapar? Mau makan cemilan?" Jooheon bertanya, hanya alibi untuk menutupi rasa marahnya. Ia selalu marah jika melihat cantiknya kesakitan akibat siksaan yang di berikan oleh Minho dan Suji.

Lukanya banyak, beberapa ada yang dalam juga besar. Darahnya kadang keluar bersama dengan cairan bening.

Bentuk punggung Changkyun seperti tak berbetuk lagi, tak ada kulit putih mulusnya yang terlihat. Hanya luka dan luka.

"Ti–tidak, Aku masih kenyang...emnhh.." Changkyun meringis sakit saat Jooheon memberikan salep obat lukanya.

"Baiklah, aku mengerti." Jooheon lalu bangkit, obat salepnya harus di biarkan beberapa menit agar menyerap pada luka itu. Setelah menyerap, baru akan ia perban.

Jooheon masuk walk in closet, mengambil baju untuk cantiknya. Mantel berbulu putih, kemeja putih satin, celana kain longgar putih. Sneaker putih tak lupa ia ambil.

Ia kembali dengan membawa itu semua, cantiknya masih duduk ditengah-tengah kasur sambil tertunduk.

"Permata ku?" Panggil Jooheon.

"E–eum, y–ya hyung?" Changkyun segera menoleh pada suaminya.

"Apa yang kau pikirkan di kepala cantikmu?"

"Ti–tidak ada, ha–hanya eumm.... A–aku sepertinya menganggu mu hyung, ka–kau tidak bekerja karena di–diriku... ma–maaf." Ungkap Changkyun.

Jooheon tersenyum, dan kemudian ikut bergabung duduk di tepi ranjang. Memperbaiki rambut Changkyun untuk ia selipkan di telinga cantiknya.

"Tidak sama sekali, kebetulan ini waktu yang tepat untuk Ryuu belajar langsung di lapangan. Jadi tak masalah."

"Be–benar?"

"Sure baby, nah sekarang berbalik aku akan membalut luka mu."

Changkyun menurut, Jooheon segera melakukan tugasnya. Dengan hati-hati ia melilitkan perban di tubuh Changkyun.

Penyembuhan Changkyun hanya di bantu oleh obat saja, seharusnya itu dilakukan secara intensif oleh dokter karena lukanya yang parah.

Tapi Changkyun, ia terlanjur takut dengan dunia luar. Di luar sana benar-benar menyakitkan.

"Selesai, sekarang pakai baju." Kata Jooheon sembari membuka kancing baju itu untuk ia pakaikan pada Changkyun.

Changkyun hanya menurut meskipun ia di landa kebingungan, selama ini ia hanya mengenakan piyama baik itu siang maupun malam. Tapi kenapa sekarang jenis pakaiannya berbeda.

Jooheon melanjutkan memakaikan celana Changkyun, ia tersenyum begitu cantiknya semakin cantik. Putih, warna yang cocok untuk Changkyun.

"Kau cantik sayangku, kau indah." Jooheon tak pernah berhenti memuji Changkyun, setiap detik, menit, jam, hari bahkan tahun ia tak akan pernah bosan.

Ada rona merah jambu hinggap di kedua pipi tembem Changkyun. Meskipun masih terdapat luka di beberapa bagian wajahnya, tak menutupi rasa bahagia juga malu itu di sana.

Jooheon kemudian meraih dagu Changkyun, mendekatkan wajahnya untuk menggapai bibir cantiknya. Namun, Changkyun segera memalingkan wajahnya begitu tau maksud suaminya.

"Ada apa?" Tanya Jooheon. Masih dengan posisinya.

"A–aku–" Sebelum Changkyun menyelesaikan ucapannya, Jooheon terlebih dahulu memasukkan lidahnya pada mulut Changkyun. Menyesap lidah Changkyun dengan lembut, mengulum bibir itu dengan cinta.

"Tak apa, aku akan menghilangkan jejak perbuatannya. Dan kau hanya akan selalu mengingat sentuhan ku, permataku."

.

"Tidak mau... tidak mau keluar...takut....sakit...hikss.." Changkyun menggeleng cepat, menolak untuk keluar dari kamarnya.

"Sekarang kau keluar bersama ku, tak ada yang perlu di takutkan. Jika kau mau, aku akan menyewa polisi untuk menjaga mu." Jooheon dengan sabar membujuk cantiknya.

Ia ingin membawa Changkyun pada dokter kulit agar lukanya dapat teratasi dengan baik. Agar bisa cepat kering dan sembuh tak meninggalkan jejak sedikit pun. Tapi Changkyun justru menahan tubuhnya sendiri agar tak dibawa oleh suaminya.

"Changkyun tidak mau keluar, ada banyak penjahat. Tidak mau, nanti...nanti mereka akan menangkap Changkyun lagi... hikss....sakit hyung...sakit."

Jooheon segera memeluk Changkyun ketika Changkyun merasa ketakutan lagi, trauma nya tidak mudah untuk dihilangkan.

Kecupan kecupan manis hinggap di pucuk kepala Changkyun.

"Jangan menangis, kau tau aku tak suka melihatnya. Jika tidak mau tidak apa-apa, aku akan memanggilnya kemari."

Mungkin, biayanya jauh lebih mahal dari pada biasanya. Namun Jooheon tak perduli, cantiknya lebih berharga dari pada uangnya. Maka dari itu, dokter spesialis kulit itu harus bertemu dengan Changkyun.

"Su–sungguh?"

Jooheon melepaskan pelukannya, menatap Changkyun sembari tersenyum "Pernah aku mengingkari ucapan ku?"

.

Ketika Changkyun tidur siang, Jooheon langsung keluar untuk menemui tamunya.

Tamu spesial untuk Minho juga Suji.

Ia segera pergi pada ruang bawah tanah nya, begitu tamu-tamu itu sudah lebih dulu kesana.

"Tuan Lee, apa mereka yang kau janjikan itu?" Tanya salah satu diantaranya.

"Ya tentu, apa masalah?"

"Ti–tidak Tuan, hanya saja mereka terlihat sudah tak bernyawa".

Jooheon terkekeh, lantas masuk pada penjara itu. Membangunkan kedua peliharaannya dengan kakinya.

"Yak! Bagun! Kesenangan kalian sudah tiba!!"

Mereka berdua menggeliat, lalu samar melihat Jooheon dengan beberapa orang berbadan besar di luar penjara.

Jooheon berjongkok, mensejajarkan diri dengan Minho "Permata ku tak mau disentuh olehku karena dirimu, sungguh bajingan. Ia sudah bersuami dan kau sentuh begitu saja seolah permata ku barang jualan. Dia hak ku, aku yang berhak atas seluruh hidupnya. Aku yang menjaganya, aku yang membanting tulang agar ia hidup mewah, dan kau? Merusak apa yang sudah aku bangun. Dan aku sebagai suaminya, tak pernah terima atas kelakuan mu."

Entah keberanian dari mana, Minho meludahi wajah Jooheon. Hingga ludahnya menetes mengenai rompi sang pemilik.

Tak main-main, bahkan Jooheon sudah menamparnya amat keras. Jooheon melepaskan rompi nya, lalu mengelap wajahnya. Membuang kasar rompi itu di lantai "Keparat." Jooheon mengatakan itu dengan suara biasanya, namun terdengar mengerikan.

Ia segera berjalan keluar, "Pastikan, cairan sperma kalian masuk dalam perutnya. Hanya pastikan itu, dan aku akan membayar lebih."

.

.

tbc

Demi apa si! Misz akhir-akhir ini suka lupa sama hari༎ຶ‿༎ຶ

Bahkan lupa Up cerita si mungil O_o

HUSBAND ; JOOKYUN [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang