"Aku akan pulang larut, Nam-Il akan mengantarkan makanan kekamar."
Jooheon mengecup dahi Changkyun, kemudian turun untuk melumat sebentar bibir Istrinya.
"Dan satu lagi, jangan keluar kamar."
"A–aku mengerti."
Setelah itu, Jooheon mengacak surai Changkyun dan keluar dari kamarnya.
Melangkah dengan angkuh pada istananya yang kelam. Ia tak merubah apapun pada rumah itu. Semua sama ketika ia masih kecil hingga sekarang, ia suka akan suasana yang mencekam tentang jerit ketakutan keluarganya dulu.
"Neraka pun tak mau menerima kalian." Jooheon tersenyum sinis, matanya menatap tajam entah pada siapa.
"Kita langsung ke bandara sekarang." Ia berucap setelah duduk di mobil hitamnya.
Ia akan ke Jepang hari ini, menyuntikkan dana untuk perusahaan yang hampir bangkrut. Sebuah kesempatan dalam otak liciknya.
Perusahaan itu milik teman mendiang orangtuanya, perusahaan yang sama yang bergerak di bidang fashion.
Bukan,
Ia tak bermaksud mengembangkan bisnis itu, ia akan mengubahnya menjadi perusahaan saham atau teknologi.
Semuanya mudah karena ia memiliki banyak uang.
Disegani orang karena keberadaan perusahaannya yang amat berpengaruh. Induk maupun cabang, sama-sama membuat para pembisnis berhati-hati.
"Kita harus cepat, aku tak bisa lama-lama meninggalkan Istri serta anak ku di rumah sendiri."
.
Ryuu berhenti menangis ketika Ibunya telah mengganti popoknya. Kini, ia berada di gendongan sang Ibu di balkon. Kebetulan balkon kamar begitu sejuk di siang hari.
"Daddy akan pulang larut, Ryuu jangan sedih ya?" Changkyun mengajak Ryuu berbicara meskipun tak mendapatkan tanggapan.
Maklum masih bayi, usia hari pula.
Ryuu bersuara, lidahnya terjulur memberikan kode pada Ibunya.
Tak kunjung mendapat respon, Ryuu kembali menangis.
"Shuuu..shuuu... Ryuu kenapa? Lapar? Ryuu lapar?" Changkyun kemudian masuk, duduk di kasur dan menyusui Ryuu.
Dan tak lama, Ryuu menutup matanya dengan masih menyusu. Changkyun lantas menarik putingnya dengan perlahan, namun sayangnya, tidur Ryuu belum pulas dan kembali menangis.
Changkyun segera memberikan lagi putingnya pada Ryuu, ia menepuk nepuk kecil pantat anaknya.
Nam-Il masuk dengan membawa troli, berisi makan-makan bergizi yang pastinya sehat bagi Changkyun.
"Nyonya saatnya makan siang." Kata Nam-Il sembari meletakkan makanan di meja kamar tersebut.
"Ryuu masih menyusu Bibi." Ujar Changkyun.
"Setelah Ryuu selesai tentunya." Jawab Nam-Il dengan tersenyum.
.
Jooheon benar-benar pulang larut. Namun ia membawa buah tangan untuk Istri serta anaknya.
Ketika ia masuk kamar, Changkyun tidur dengan Ryuu di sampingnya. Ia tak langsung menghampiri, ia segera mandi. Ia lelah dan butuh istirahat.
Pekerjaannya sukses dan berjalan lancar. Jika ia seperti ini, apa kedua orangtuanya mau menerima dirinya?
Masa bodoh, ia tak mau memikirkan itu.
Setelah mengenakan jubah tidurnya. Ia segera bergabung dengan Istrinya. Tidur dengan lengan memeluk Istrinya.
Anaknya berada di tengah-tengah di antara kedua orangtuanya.
Kemudian Jooheon mencondongkan tubuhnya untuk mengecup kening Changkyun, lalu berganti pada kening Ryuu.
"Kalian begitu indah dan rapuh. Aku janji akan menjaga kalian, menjadi tameng hidup bagi kalian berdua." Ucap Jooheon sebelum ia juga terlelap.
Perlahan Changkyun membuka matanya dan menatap Jooheon yang sudah menutup mata. Terlihat tampan dan damai.
Changkyun bersemu merah saat bau maskulin Jooheon ia hirup begitu dalam.
Sesungguhnya ia merindukan Jooheon, suaminya. Meskipun ia masih takut, tapi sejujurnya rasa itu memang tumbuh.
"Aku mencintaimu."
.
.
tbc....aja lah
Btw Misz udah ngurus bayi pas umur 14 tahun, tapi ya gimana yaaa dah lupaa🙂.
KAMU SEDANG MEMBACA
HUSBAND ; JOOKYUN [END]
FanfictionChangkyun dinikahi saat ia tidur. LEE JOOHEON X IM CHANGKYUN WARNING!!. BOYXBOY AREA.