9Nine9

40.6K 3.3K 458
                                    

Changkyun membuka matanya kala rasa mual mendera perutnya.

Ia menoleh ke samping dan mendapati wajah tampan sang suami. Ia langsung membekap mulutnya dan lari pada kamar.

"Huekkkk-Coungh-hueekkk." Changkyun memuntahkan seluruh isi perutnya.

Memang.

Beberapa hari terakhir ia merasa tak enak badan. Seperti mual dan pusing. Dan sepertinya sakitnya menjadi lebih parah.

Changkyun segera membasuh wajahnya dan menatap pantulannya sendiri di cermin.

Ia nampak pucat.

Setelah dirasa mualnya berhenti. Changkyun kembali ke kamar.

Jam masih menunjukkan pukul 4 pagi. Wajar bila Jooheon belum bangun.

Tapi ia selalu tau dengan pergerakan kecil disekitarnya. Ia terbangun.

Memandang Changkyun dalam cahaya remang.

"Ada apa?" Tanyanya yang kini sudah mendudukkan diri.

"T-tidak. A-aku hanya buang air kecil." Jawab Changkyun takut-takut.

"Baiklah. Sekarang kembali tidur. Aku tak mau kau kehilangan waktu tidur mu." Jooheon menepuk kasur di sampingnya. Tempat Changkyun tidur.

Melangkah maju. Changkyun segera berbaring.

Menghadap Jooheon yang juga menghadapnya.

"H-hyung." Cicitnya memanggil.

"Ya sayangku?" Jooheon merengkuh pinggang Changkyun.

"B-boleh cium disini?" Changkyun menujuk dahinya dengan lucu.

"Tentu saja." Dengan senang hati Jooheon mengecup dahi Changkyun dengan dalam.

"Tidak dibibir sekalian?" Tanya Jooheon.

"T-tidak." Jujur Changkyun.

"Kau menolak ku?" Jooheon berujar rendah. Membuat Changkyun bergidik takut.

"B-baiklah."

Jooheon segera mencumbu Changkyun dengan dalam. Menelusuri goa basah sang Istri.

Changkyun merasa aneh. Mana pernah ia meminta hal seperti tadi.

Begitu pula dengan Jooheon. Tapi Jooheon senang. Setidaknya ada perubahan dalam diri Changkyun. Yaitu lebih berani meminta hal intim kepadanya.

"Sekarang tidur." Jooheon menyudahi ciumannya dengan kecupan di hidung. Lantas membawa Changkyun dalam pelukannya.

Changkyun menyamakan diri. Ia yang kecil, merasa terlindungi oleh tubuh besar Jooheon. Begitu hangat meskipun Jooheon kejam.

Pagi harinya.

Changkyun kembali mual dan muntah-muntah. Hanya mengeluarkan cairan bening, karena ia belum memakan apapun.

"Huekkk- coughh- coughh- Hah-hah..." Changkyun menahan tubuhnya dengan berpegang pada pinggiran wastafel.

Keadaannya semakin memburuk sepertinya.

"Sayang kau yakin tidak apa-apa?" Jooheon datang. Dengan raut khawatir.

Memegang bahu Changkyun dengan lembut.

"Kau begitu pucat. Apa kau yakin tak berbuat macam-macam saat aku pergi?" Tanya Jooheon begitu mengintimidasi.

Changkyun hanya menggeleng lemah. Memilih menyadarkan tubuhnya pada Jooheon.

"Pusing." Setelah mengatakan itu. Changkyun tak sadarkan diri.

"Changkyun hey! Astaga!" Panik Jooheon dan segera mengendong Changkyun.

Membawanya pada ranjang dan memanggil kepala pelayan.

"Kau yakin tak ada bahan yang kotor masuk pada makanan Changkyun?" Tanya Jooheon dengan tajam.

"Tidak Tuan. Semua makanan sudah sesuai standar kualifikasi dari Tuan."

"Apa Changkyun bermain tanah." Lagi tanya Jooheon.

"Tuan muda selalu dikamar Tuan".

"Kenapa dia bisa sakit?" Masih dengan nada tajam nya Jooheon berkata demikian.

"Maaf Tuan. Sebaiknya anda memanggil Dokter kemari. Dari pada menerka-nerka sakit dari Tuan muda."

"Kau bisa pergi." Jooheon melepas kasar jasnya. Menyisakan rompi dan kemejanya saja.

Mengambil ponselnya. Ia memanggil Dokter pribadinya.

Beberapa menit kemudian. Sang Dokter datang. Segera masuk pada kamar Jooheon.

"Periksa tanpa membuka bajunya."

Bukan permintaan. Tapi mutlak bagi sang Dokter.

Sang Dokter, menempel kan stetoskop nya di piyama Changkyun.

Memeriksa.

Detak jantung.

Denyut nadi.

Hembusan nafas.

Bertanya apa keluhan Changkyun.

"Dia muntah-muntah dan katanya pusing."

Sang Dokter tersenyum simpul.

"Tak ada yang perlu dikhawatirkan. Itu wajar karena sedang mengalami morning sicknees, Tuan muda Changkyun hanya perlu istirahat yang cukup karena tengah mengandung. Perkiraan usia nya adalah 2 Minggu 3 hari. Selamat Tuan. Anda akan menjadi ayah. Dan ini vitamin penambah stamina untuk Tuan muda Changkyun". Ujar sang Dokter panjang lebar.

"Baiklah kau bisa pergi". Jawab Jooheon.

Jooheon kini duduk di samping Changkyun. Menunggu kelopak mata tersebut terbuka.

"Eghhhh". Changkyun mengerang saat sadar. Dan kini menatap Jooheon yang menatapnya datar.

"Kata Dokter kau hamil. Tapi aku mau bayi itu digugurkan."

.

.

tbc.....aja lah...

Mataku dah nahan ngantuk.... Ya sudahlah.

HUSBAND ; JOOKYUN [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang