8Eight8

40.8K 3.3K 84
                                    

Kabarnya.

Wanita yang menyakiti dan menghina Changkyun, benar-benar menjadi gelandangan.

Hidupnya yang mewah seolah melambaikan tangannya. Mengucapkan selamat tinggal karena telah menyakiti ratu hati Jooheon.

Tentu saja. Si cantik ini tidak tau.

Kini. Si cantik kini tengah kelelahan.

Tidur telentang di lantai dengan keringat bercucuran di tubuhnya.

Ia sehabis apa?

Mengepel?

Atau menyapu?

Tentu semua salah.

Jooheon mana mau mengizinkannya melakukan hal seperti itu.

"Hoammm Changkyun mengantuk." Ia sedikit mengucek matanya. Melihat jam yang tertempel di dinding dengan mewahnya.

"Sudah terlalu sore untuk tidur." Gumamnya lagi.

Lantas ia beranjak dari tidurnya. Duduk di tepi ranjang.

Menyenangkan sekali permainannya. Sebenarnya ia hanya bermain didalam kamarnya.

Ia tak sengaja menemukan sepotong kapur. Ia mendapat nya sudah lama. Ia bermain dengan membentuk pola kotak di lantai. Ia memainkan nya dengan berloncat-loncat. Mengikuti pola tersebut.

Itulah mengapa ia berkeringat.

Ia hanya bosan. Tak melakukan apapun untuk memicu keringat pada tubuhnya.

"Changkyun mandi saja." Ia sejenak berpikir. Biasanya yang menyiapkan mandi adalah kepala pelayan. Nam-Il. Namanya.

Tapi kini. Memang belum waktunya untuk mandi. Bibi Nam belum masuk pada kamarnya.

Dengan langkah ragu, ia menuju pintu. Dinding pembatas antara dunia luar dan dunianya.

Sedikit membuka, ia menolehkan kepalanya ke kanan dan kiri.

"P-permisi."

Suara yang begitu lembut mengalun pada gendang telinga dua pelayan yang memang sedang lewat kamar Tuan besar mereka.

"Ya Tuan muda. Ada yang bisa kami bantu?" Tanya mereka begitu senang.

Maklum saja. Tuan mudanya ini tak pernah keluar kamar, pengecualian jika ada Tuan besar mereka.

Teramat susah melihat Berlian yang disembunyikan oleh Jooheon ini.

"Bibi Nam ada?" Tanya Changkyun dengan sopan.

"Tentu ada Tuan. Mau saya panggilkan?"

"Heum iya. Terimakasih." Setelah mengatakan itu, Changkyun langsung menutup pintu.

"Tuan muda begitu cantik. Aku ragu jika ia laki-laki. Pantas Tuan besar begitu posesif pada Tuan muda."

"Kau benar. Lihat saja kulitnya yang begitu putih dan mulus. Apalagi suaranya yang begitu merdu. Dan juga senyumnya yang begitu manis."

"Eh sudah. Nanti jika Tuan besar tau, kita bisa dipecat".

.

Jooheon pulang.

Datang dengan sebuket bunga mawar pink yang amat besar. Tentu . Harganya juga mahal.

Ia masuk. Pelayan membungkuk hormat.

Tak bertanya pun ia tau, dimana Istri cantiknya berada.

Masuk pada kamar.

Ia tak mendapati Changkyun.

Mungkin berada di perpustakaan.

Melangkah kesana.

Tidak ada juga.

Was-was dengan rahang mengeras.

Jooheon keluar dari kamarnya.

"Nammmm!!!!" Teriaknya menggelegar.

"Y-ya Tuan." Nam-Il datang dengan tergopoh-gopoh.

"Istri ku tidak ada! Kemana dia?! Apa kau membiarkan dia kabur!?" Katanya dengan murka.

"T-tidak Tuan. Tuan muda ada dikamarnya." Cicit Nam-Il takut.

"Kau pikir aku buta apa bagaimana?! Jelas tidak ada di kamar!" Bentak Jooheon.

"S-sepertinya ada di kamar mandi Tuan. T-".

Belum selesai Nam-Il berbicara, Jooheon langsung melongos pergi pada kamarnya.

Membuka pintu kamar mandi. Benar saja, Changkyun ada di bathub tengah berendam dalam keadaan tertidur.

Melangkah mendekat. Ia berjongkok demi mensejajarkan diri dengan wajah cantik Istrinya.

"Apa kau tidur dengan nyenyak disini? Suamimu pulang."

Jooheon menyingkirkan anakan rambut Changkyun yang menutupi sebagian matanya.

"Kau cantik." Jooheon terkekeh.

Lantas membawa Changkyun dalam gendongannya.

.

Changkyun mengerenyit kan dahinya kala sesuatu mengenai wajahnya.

Tetesan demi tetesan hinggap dipermukaan wajahnya.

Lantas ia membuka matanya.

Ia langsung terkejut kala apa yang ia lihat.

Jooheon dalam keadaan menggukung dirinya.

Habis mandi. Rambutnya yang basah, menitik mengenai wajah cantik Istrinya.

Masih dalam berbalut handuk di pinggang.

"Apa kau lelah? Hingga kau tertidur didalam bathub?"

"T-tidak. C-changkyun hanya ingin berendam. Dan Changkyun tak sengaja tertidur."

Oh manis sekali Istrinya. Dalam keadaan mencicit, dengan tatapan ketakutan.

"Lihat. Suami mu yang tampan ini membawakan hadiah, dan kau tidak langsung menyambut ku." Jooheon mengambil satu tangkai mawar tersebut dan membelaikannya pada wajah Changkyun.

"M-maaf." Cicit Changkyun takut.

"Buku mulut mu."

Menurut. Changkyun membuka mulutnya.

"Julurkan lidah mu."

Lagi Changkyun menurut.

Jooheon segera meraup lidah Changkyun. Membelitkannya seolah mengajak bertarung.

Changkyun yang tak tau apapun dengan hal seperti itu hanya mampu diam saja.

"Little Jooheon sudah berdiri sejak melihat tubuh telanjang mu sayang. Jadi biarkan ia masuk pada sarang nya".

Selanjutnya kamar besar tersebut hanya terisi oleh suara desahan dan geraman nikmat keduanya.

.

.

tbc... aja lah...

HUSBAND ; JOOKYUN [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang