"Bangsat!"
Itu makian pertama yang April keluarkan kemudian disusul makian lain begitu kata, 'gue cuma bercanda' keluar dari mulut Saima.
"Emang, ya lawaknya orang yang kebanyakan ngemilin buku levelnya beda. Bukan main, nggak bikin ketawa tapi bikin jantung rasanya mau copot!"
"Segitunya?"
April melotot tak habis pikir. "Untung nggak copot beneran! Kalo beneran, gue benar-benar bakalan gentayangin lo karena bikin gue mati cepat padahal gue belum mulai misi glow-up ala-ala anak toktok biar itu mantan gue yang kek, guguk nyesel mampus karena ninggalin gueee!"
Saima nyengir tetapi terlihat meringis di saat yang sama. Ia tidak berkata apapun namun tangannya bergerak menarik tisu lantas sigap membersihkan kekacauan yang April perbuat karena penyebabnya.
"Bodohnya gue segala kaget." April mendengus. "Padahal yang lo omongin ini tuh, Jaendra Eka Maharga yang jelas-jelas bukan sejenis manusia jadi-jadian kaya mant—shit, bener-bener nggak sudi gue anggap dia mantan tapi gimana? Kenyataan emang gituuu?! Dia brengsek, udah selingkuhin gue! Kampret! Tuhkan jadi inget ... jadi pengen nangis, kan gue ..."
Saima memandang April dengan sesal yang mulai tercipta. "Gue nggak bermaksud—"
"Iye, iye, gue tahu, Beb." April memotong. Kini raut wajah cewek itu kembali baik walau sepasang mata tersebut masih berkaca-kaca. "Lagian kenapa, sih lo? Dapet ilham dari mana sampe niat nge-prank gitu?"
Saima tidak langsung menjawab. Ia mengambil jeda untuk membasahi bibir bawah sebelum mengendikan bahu. "Kak Niken suka Jae."
"Jawaban lo nggak nyambung anj—what? Lo bilang apa tadi? Kak Niken suka sama cowok lo?!"
Saima mengangguk. "Kelihatan jelas."
"Demi?!" April memekik namun setelahnya cewek itu menghela nafas. "Gue tahu cowok lo ganteng, Sai, dan nggak sulit buat para cewek naksir ama doi. Seharusnya sih, gak mengherankan kalo kak Niken juga jadi salah satu dari mereka tapi yeah ... gue tetap kaget meski gue seharusnya merasa terbiasa dan bosan ... maybe? Abisan gimana, ya setiap ketemu orang or kenalan baru yang berjenis kelamin perempuan, pasti! Mereka nggak mungkin nggak naksir sama Kak Jaendra, hadeh! Benar-benar lelaki berbahaya."
"Perasaan Jae gak se-luar biasa itu padahal," sanggah Saima.
"Trus, apa yang bakal lo lakuin sama kak Niken yang kata lo suka sama kak Jaendra?"
Saima menggernyit. "Emang gue harus ngelakuin apa?"
April menatap datar.
Saima menghela nafas. "Ini bukan kali pertama gue tahu kalo ada cewek yang suka sama Jae."
"Tapi, Sai. Kali ini cewek yang suka sama Kak Jaendra beda dari yang lain."
"Gue nggak menemukan perbedaannya."
"Beda Saima!"
"Bedanya?"
"Seperti yang tadi gue bilang, Kak Niken itu ratu kampus. Dia itu kalo diibaratkan pasti jadi Kak Jaendra versi cewek."
"Masalahnya?"
"Kak Niken berada di atas lo."
Saima menatap April.
"Hehehe, dikit. Dikit banget. Cuek lo deh kurang-kurangin makanya."
"..."
"Bukan cuma itu aja." April melanjutkan. "Dengar-dengar Kak Niken juga sering dijodoh-jodohin sama Kak Jaendra."
"Tau dari mana?"
"Gue stalking, hehehe."
"Lo ternyata punya banyak waktu luang," sindir Saima.
KAMU SEDANG MEMBACA
Game Over
Ficção Adolescente"Let's play a game." Memiliki kekasih yang bucin mampus padanya membuat Saima Adara merasa tidak ada yang perlu dikhawatirkan dari hubungannya, sekalipun melihat dari sudut mana saja seorang Jaendra Eka Maharga itu berbeda. Tidak hanya menawan dari...