Game Over, 24

359 48 60
                                    

"Dengar-dengar Kak Jaendra hari ini pulang ya, Sai?"

Tanpa menoleh pun, Saima tahu jika April yang duduk di sampingnya pasti tengah memperlihatkan raut wajah meminta jawaban, lengkap dengan wajah yang maju lebih dekat—terbukti dengan nafas cewek itu yang terasa jelas menerpa leher Saima.

"Gue stalking akun menfess kampus Kak Jaendra, lagi rame tuh bahas doi yang katanya mau pulang hari ini." Sama seperti sebelumnya, kali ini pun April tidak menggunakan nada suara keras seperti biasa, cewek itu berbisik-bisik dikarenakan kondisi kelas yang hening sebab jam pelajaran sedang berlangsung. "Pada mau jenguk, soalnya pas masih di rumah sakit nggak dibolehin buat pada jenguk, cuma orang deket aja."

Saima masih meluruskan pandangan, memperhatikan seorang guru yang tengah menjelaskan materi di depan sana. Barulah ia benar-benar menoleh pada April ketika guru perempuan tersebut sudah memberi salam untuk mengakhiri pembelajaran.

"Parah banget nggak sih, keadaan Kak Jaendra? Lo, kan sempet absen tuh buat jengukin meski nyebelinnya lo nggak mau spill apapun. Cih."

Saima menatap April. "Nanti juga lo tahu."

April mengernyit.

"Hari ini ada bimbel?" Tanya Saima.

"Gue? Nggak, adanya besok."

"Berarti bisa."

"Kenapa emang?" April ingin tahu.

"Ikut gue." Saima menutup buku tulisnya. "Jenguk, Jae?"

"Eh, serius?!"

Saima mengangguk seraya memasukan buku ke dalam tas.

"Seharusnya ngajakinnya kemarin-kemarin, pas lo absen gitu," protes April.

Saima tidak langsung menjawab karena bel istirahat berbunyi.

Saima melirik sekilas. "Kalo nggak mau ya, udah."

"HEH!" April spontan memekik, menahan pundak Saima ketika ia akan berdiri. "Mana ada begitu! Gue mau banget!"

"Oke."

"Lo mau kemana?" Tanya April setelah tidak lagi menahan pundak Saima.

"Perpus."

"Ngapain?"

"Belajar."

"Emang fokus?" April mengekori Saima keluar kelas.

"Kenapa harus nggak?"

"Pacar lo abis kecelakaan lho, Sai."

Saima berhenti berjalan. "Tahu."

April berkacak pinggang. "Gue pikir karena hal itu, lo bakalan—boro-boro fokus belajar, saking khawatirnya makan aja pasti sampe lupa."

"Nggak," bantah Saima. "Gue makan."

"Lupa mandi."

"Gue bukan lo."

April nyengir. "Kalo gitu lupa nafas."

"Lebay."

"Iya, sih." April mengangguk setuju. "Lihat gimana lo kayaknya nggak mungkin sampai segitunya."

Game Over Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang