Game Over, 25 [END]

405 39 68
                                    



"Cantik."

Saima yang sedang meladeni teman kelasnya yang tengah memberi selamat padanya itu menoleh.

"Iya, kamu yang paling cantik." Kehadiran Jaendra yang berdiri mengenakan pakaian formal di ambang pintu kelasnya itu tidak hanya mengagetkan Saima tetapi juga yang lain. "Sini, sini."

Jaendra sangat populer ketika sekolah dulu, makanya jangan heran jika meski sudah menjadi alumni—masih banyak yang mengenalnya, buktinya gerombolan yang sebelumnya mengerumuni Saima kini berpindah pada seorang yang pernah menjadi kapten basket paling dibanggakan.

Butuh beberapa menit untuk Jaendra menyudahi kerumunan tersebut dan sepenuhnya menghampiri Saima.

Sekarang, tinggal mereka berdua saja yang berada di kelas.

"Kok kamu disini?" Pasalnya Saima masih mengingat jelas jika Jaendra berkata tidak bisa menghadiri acara kelulusannya karena ada urusan kuliah.

"Cantiknya ..." Alih-alih menjawab, Jaendra justru mengomentari kebaya yang Saima kenakan kemudian turun menatap meja yang terdapat sebuah piala penghargaan dan tumpukan banyak buket bunga. "Cie, yang tenyata diem-diem populer. Mau nyaingin aku, heh?"

"Apa, sih, Jae."

"Banyak banget yang ngasih kamu bunga."

Saima juga tidak menduganya. Sebab, selama tiga tahun sekolah ia selalu merasa tidak punya teman selain April. Bukannya pilih-pilih teman, ia paling tahu bagaimana dirinya dan seperti apa kekurangannya dalam bersosialisasi dan mengejutkan semuanya datang. Bukan semata-mata memberi selamat karena ia menjadi murid peringkat pertama, tapi juga ikut merasa senang karena bisa menjadi teman satu sekolah meski tidak selalu bertegur sapa tetapi katanya mereka paling tahu seperti apa orang baik.

Jaendra tertawa.  "Tapi, nggak apa-apa, nih kamu dikasih bunga? Kamu nggak suka, kan?"

Saima mengangguk.

"Terus mau kamu apain?"

"Yang jelas nggak dibuang," tegas Saima. Ia berpikir sebentar sebelum menjawab, "Kasih ke mama."

"Ide yang yang bagus aku setuju." Jaendra mengusap rambut Saima yang ditata, digulung rapi ke atas dan mengenakan aksesoris. "Aku juga nyiapin hadiah buatmu. Special, nanti kita lihat barengan, ya?"

"Oke.

"Congratulations for your gradution, Babe."

Saima melingkarkan tangan di tubuh Jaendra saat cowok itu memeluknya.

"Gimana sama hasilnya?"

"Aku puas."

Mendengarnya, Jaendra merenggangkan pelukan untuk menatap Saima seraya mengerling. "Ouh ..." Cowok itu menyentuh dada. "Nggak sia-sia ternyata aku begadang tiap malem buat nemenin kamu belajar."

Saima menggeleng tak setuju, tidak lama karena ia kemudian berkata, "Makasih."

Jaendra mengulum senyum. "Buat?"

Game Over Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang