Jaendra Eka Maharga: Babe...
Jaendra Eka Maharga: I am thinking of you.
Jaendra Eka Maharga: Akhir-akhir ini kamu susah banget dihubungi. Beberapa kali aku samperin ke rumah... kamu selalu nggak ada.
Jaendra Eka Maharga: Aku tau gimana rasanya jadi anak kelas 12, but... apa iya sampe sesibuk itu. I mean... sampe nggak ada kabar sama sekali?
Jaendra Eka Maharga: I miss you. Really.
Jaendra Eka Maharga: It's okay kamu nggak angkat telponku, tapi bisa kan balas pesanku? Please...😭😭😭
"Gue udah mengikuti perintah lo. Terus angka yang ini, biar hasilnya segini, gue harus hitung kaya gimana?"
"..."
"Saima?"
Saima mendongak. Tidak lagi menatap ponselnya. "Apa?"
Juanda mendengus. Sorot tajam pemuda itu memandangi Saima remeh. "Lo boleh aja jadi siswa paling berprestasi di sekolah, tapi ... kayaknya Bu Hanum perlu berpikir ulang buat menjadikan lo sebagai murid kesayangan sekaligus murid yang ditunjuk untuk membantu gue."
Saima tidak menjawab. Malas. Bukannya takut, meski sosok di depannya merupakan cucu satu-satunya pemilik sekolah dan betapa orang-orang begitu menyegani cowok itu.
"Gimana gue bisa cepet pinter kalo lo-nya aja begini?"
Saima menatap datar, cuek-cuek saja meski Juanda mengemasi barang-barangnya lalu pergi.
"Buang-buang waktu."
Saima tetap kukuh pada pendiriannya, tidak menjawab atau bahkan menahan kepergian Juanda.
Tidak sampai berselang dari kepergian Juanda, April memasuki kelas dan tentu tatapan cewek itu segera mengheran mendapati kepergian Juanda.
"Kenapa tuh, sama si Yang Mulia?"
Sekedar info, 'Yang Mulia' memang sudah menjadi nama yang kerap kali disebut begitu menyinggung seorang Juanda Ari Sanjaya.
Saima sepenuhnya bersandar di kursi. "Marah."
April menarik kursi dan duduk tepat di depan Saima. "Iya gue tau, tuh cowok marah. Tapi maksud dari pertanyaan gue adalah ... marah karena apa?"
"Nggak fokus ngajarin dia tadi."
April berdecak. "Udah tahu tuh, anak sensinya ngelebihin cewek pms, lo segala nggak fokus."
"Salah gue?"
"Nggak. Salahnya Park Jae-eon, kenapa jadi cowok kok gitu banget."
"Oh."
"Emang lo tau siapa Park Jae-eon yang gue maksud?"
"Siapa?"
April memajukan wajah. Berdeham, lalu memasang wajah sok cool. "Mau lihat kupu-kupu?"
Saima berkedip datar.
Mendapatinya, bibir April terlengkung ke bawah. "Dahlah! Bubar, bubar, bubar," seru cewek itu histeris sebelum beranjak dari duduk kemudian pergi. "Mengecape!"

KAMU SEDANG MEMBACA
Game Over
Novela Juvenil"Let's play a game." Memiliki kekasih yang bucin mampus padanya membuat Saima Adara merasa tidak ada yang perlu dikhawatirkan dari hubungannya, sekalipun melihat dari sudut mana saja seorang Jaendra Eka Maharga itu berbeda. Tidak hanya menawan dari...