"Lo bisa tanya Niken kalo nggak percaya. Iya, kan, Ken?"
Hening.
Senyap.
Tidak ada lagi suara yang terdengar, bahkan dalam waktu yang terbilang lama.
Saima menunduk, Membaca pesan yang baru datang dari mamanya sebelum memutuskan kembali masuk.
"Jae."
"Iya?" Jaendra menoleh cepat. Terlalu cepat malah.
"Aku harus pulang."
"Kenapa? Terjadi sesuatu, Babe?"
"Mbok Asih datang, kuncinya aku bawa. Beliau nggak bisa masuk."
Jaendra bangkit. "Yaudah, ayo."
"Nggak masalah?" Saima menatap yang lain, tidak berharap banyak sebab rupanya ia dikelilingi oleh orang-orang yang memiliki poker face.
"Ya, nggaklah." Jaendra menggandeng Saima. "Ayo."
"Permainan belum selesai," tahan Theo.
Tian menghela nafas. "Theo—"
"Tapi cewek gue harus pergi sekarang," sahut Jaendra. Suaranya terdengar tertahan.
Atmosfer di sekitar benar-benar mulai terasa tidak mengenakan.
"Bukannya nggak adil banget kalo kalian pergi sekarang?" Timpal Theo tidak mau kalah.
Semuanya diam.
"Melanggar peraturan. Iya, kan?" Imbuh Theo.
"Tapi sepertinya untuk Saima bisa dikecualikan, Yo," anjur Jonathan.
"Oh, ya?" Tangan Theo terkepal.
Jaendra menarik tangan Saima. "Ayo Babe—"
"Kasih kesempatan Theo buat putar botolnya pas kalian masih ada di sini." Dimas tiba-tiba bersuara.
"Nggak—"
Saima menoleh dan berbalik.
"Biar adil?" Tambah Dimas.
Terdengar tawa Niken yang tidak lepas. Cewek itu berdeham, "Lo benar."
"Gue setuju," celetuk Juan yang langsung mendapat lirikan dari Jonathan.
Jonathan mengumpat tanpa suara, cowok blasteran itu juga nampak memijit kepala.
Saima menatap Dimas yang juga menatapnya. "Oke."
Jaendra terlihat jelas tidak setuju saat Saima kembali duduk sekali pun cowok itu melakukan hal yang sama. "Babe ..."
"Putar botolnya," perintah Saima.
Theo melempar tatapan pada Jaendra, cowok itu tersenyum miring.
"Wah." Botol yang Theo putar menunjuk ke arah Saima. "Pas banget. Iya kan, Yudha?"
Yang diajak bicara baru mendongak. Berhenti memandangi Niken dan Jaendra. "Ah, iya."
Saima memperhatikan Yudha.
Yudha telah mengetahuinya. Terbukti jelas bagaimana cara cowok itu memandangnya.
Antara sekarang dan sebelumnya, sangat berbeda.
"Jangan aneh-anehin cewek gue," peringat Jaendra.
Theo hanya tersenyum. Cowok itu beralih ke Saima dengan wajah seolah penuh kemenangan.
Theo merencanakan sesuatu dan Saima menyadarinya.
"Truth or dare?"
"Dare," jawab Saima tanpa mengambil jeda.

KAMU SEDANG MEMBACA
Game Over
Fiksi Remaja"Let's play a game." Memiliki kekasih yang bucin mampus padanya membuat Saima Adara merasa tidak ada yang perlu dikhawatirkan dari hubungannya, sekalipun melihat dari sudut mana saja seorang Jaendra Eka Maharga itu berbeda. Tidak hanya menawan dari...