Game Over, 13

276 46 75
                                    

"Apalagi emangnya? Main, Babe. Nobar bola? Mabar game? Main PS?"

Saima masih menatap Jaendra untuk beberapa saat. Sementara yang tengah ia tatap, tersenyum menenangkan tapi tatapannya berlarian tak tentu arah. 

Saima menghela nafas.

Lagi, Saima melangkah mundur. Tidak hanya itu, ia juga melepas genggaman Jaendra.

Jaendra berdeham, mengekor di belakang Saima. "Kamu masih sibuk, nggak?"

Saima tidak menjawab. Membuka kunci gerbang sepertinya lebih menarik perhatian.

Saima menoleh.

Jaendra cemberut. "Masih sibuk?"

"..."

"Berarti aku ganggu, ya?" Simpul Jaendra, seolah sudah tahu tanpa Saima jawab. "Abis ini kamu mau belajar lagi berarti."

"Ya."

Jaendra cemberut.

Saima membuka pintu gerbang agak lebar. "Mau masuk?"

Jaendra menatap Saima sebentar, seperti sedang meneliti. Cowok itu beberapa kali terlihat akan berbicara sesuatu namun berakhir dengan gelengan kepala.

Saima masih menunggu.

Dan tidak sampai berselang lama, walau terlihat keberatan, Jaendra menggeleng. "Aku sebenarnya pengin main, kangenku sama kamu belum ilang—gila aja, lima hari nggak ketemu ya, kali cepet ilang. Tapi nggak, deh." Cowok itu menggerling. "Soalnya aku nggak bisa menjamin tahan, buat nggak ganggu kamu belajar."

"Oh."

Sebelah tangan Jaendra terulur, menggapai pipi Saima lalu kemudian mengelus. Dengan tatapan memelas cowok itu meminta, "Tapi janji, kalo udah selesai belajar kamu harus telepon aku."

"Iya."

"Iya apa, Babe?"

"Kalo nggak lupa."

Jaendra berdecak. "Jangan lupa dong, kali aja abis itu kamu bisa aku ajak jalan."

"Aku sibuk."

Bibir Jaendra terlengkung ke bawah. "Beneran nggak bisa?"

Saima menarik turun tangan Jaendra yang masih bertengger di pipinya. "Aku masuk."

"No kiss good-bye?"

Saima menatap Jaendra.

Jaendra menipiskan bibir, tertawa kecil. "Oke. Kayaknya bener, deh."

"Apa."

"Aku pikir ini cuma firasat nggak bener tapi ... bukan kelihatan lagi, kamu emang lagi badmood."

Tanpa sadar, Saima menipiskan bibir.

"Pms?" Tanya Jaendra. "Tapi kayaknya nggak mungkin, seingat aku ini bukan tanggal-tanggal kamu."

"..."

"Aku hafal kapan waktu kamu mulai pms, kan aku kasih pinned di tanggal itu setiap bulannya."

Jaendra mendekat. Dan, Saima tidak bisa menghindar ketika cowok itu kembali memeluknya dengan cara yang sama. Erat.

"Sayangnya aku lagi badmood," gumam Jaendra. Nafas cowok itu terasa menyapu di sisi lehernya saat bertanya lembut, "Mau cerita?"

"..."

Jaendra menghela nafas.

"Take your time," bisik Jaendra. "Kamu bisa mulai cerita kalo kamu udah siap, Babe. Aku bakal ada sama kamu, aku bakal maju buat omelin siapapun dan apapun yang udah buat kamu jadi gini!"

Game Over Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang