3.

2.9K 292 16
                                    

" Mau kemana? " Tanya Tsunade setengah berteriak. Sakura tidak menyangka kalau Kakaknya sudah bangun, dan matanya terbuka lebih lebar lagi begitu melihat Ayahnya tengah duduk dimeja makan bersama Kei juga Temari, sahabatnya.

Bukankah jam enam sangat pagi sekali untuk melakukan sarapan? Biasanya mereka akan sarapan pukul tujuh. Papa nya hanya diam, duduk dengan tenang menatap Sakura yang sudah rapi dengan setelan semi formal. Wanita itu pasti bersikeras ke kantor.

" Aku akan kekantor dan melihat keadaan " Jawabnya setengah gugup, Tsunade masih belum mandi. Terlihat dari rambutnya yang acak-acakan dan matanya pun sembab. Mungkin sisa-sisa pertengkaran Kakaknya dengan kekasihnya masih membekas hingga wanita itu kembali membentaknya.

" Melihat keadaan, are you kidding me? " Tsunade menatap Sakura meremehkan, wanita itu menarik lengannya hingga Sakura mengikutinya sampai didepan Ayahnya. Kizashi menatap Sakura, bukannya marah pria itu malah tersenyum. Dan hal itu membuat Tsunade semakin kalut saja.

" Kamu berjanji hanya melihatnya bukan? " Sakura mengangguk lalu pandangan Kizashi mengarah kepada Tsunade. Anak sulungnya itu ingin sekali menggantikan posisinya, Dia ingin Kizashi menyerahkan jabatannya kepadanya hingga Tsunade bisa duduk dikursinya. Alasannya sebenarnya masuk akal, ia ingin Kizashi istirahat total dan menjalani perawatan dengan teratur.

Masuk akal sebenarnya hanya saja Tsunade sangat terburu-buru kalau mengambil keputusan. Wanita itu keras kepala dan sulit diatur, alih-alih membangkitkan perusahaannya yang hampir pailit, wanita itu mungkin saja akan menghancurkannya dalam beberapa detik.

" Kenapa? Papa meragukanku? Lantas apa bedanya dengan Sakura? " Wanita itu tampak meledak-ledak. Kei turun dari kursinya dan berjalan kearah Sakura, Sakura yang mengerti kalau anaknya takut akhirnya menggendongnya.

" Aku tidak meragukanmu Tsunade " Sakura duduk sembari memeluk anaknya. Wanita itu tampak mengusap lengan Ayahnya yang mulai meledak-ledak.

" Ya Papa meragukanku. Apapun yang aku lakukan tidak pernah dapat perhitungan. Bagimu hanya Sakura lah yang paling hebat. Untuk apa aku berkuliah sampai ke Amerika kalau memegang perusahaan saja tidak boleh " 

" Tsunade! "

" Tidak, biarkan aku menyelesaikannya. Apakah Sakura yang membantumu mencairkan dana dibank untuk membayar gaji para karyawan? " Temari bangun dari posisinya, ia pamit pada Sakura untuk membawa Kei dan juga mengambil tas milik anaknya karena tahu kondisi sedang tidak mengenakkan.

" Dengarkan! Kalau aku tidak percaya kepadamu aku tidak mungkin mempercayaimu untuk melepas saham-saham kita ke pasar " Terdengar dengusan kasar, sepertinya waita itu masih belum juga puas untuk beradu argumen dengan Ayahnya. Sakura hanya diam, wanita itu sudah sangat mempersiapkan diri untuk pertemuannya dengan Uchiha.

" Kita masih pemegang saham mayoritas. Kalaupun kita melepaskan beberapa persen lagi tidak akan terlalu berpengaruh. Kita butuh dana yang besar Pah "

" Dan kamu tahu sendiri kan itu salah siapa? " Sakura merasakan pusing dikepalanya mendengar mereka yang saling menuduh. Ia bangkit dari posisinya dan mulai menaiki tangga. Lalu sahutan kembali terdengar membuatnya semakin tidak tahan berada disini.

" Ya memang itu salahku! Tapi aku sedang berusaha memperbaikinya "

" Dengan menjual perusahaan kita? Kamu bahkan berciuman dengan Kakashi yang jelas-jelas merupakan sekertaris dari Uchiha Itachi. Kalian berpacaran dan kamu membocorkan semua masalah yang ada di perusahaan " Sialan! Pantas saja, awas saja Kakakshi. Jangan harap pria itu bisa lolos begitu saja. Apa jangan-jangan ia sudah dibutakan dengan cinta hingga tidak melihat lagi latar belakang manusia silver itu?

a Romantic Story About Sakura (SASU x SAKU) ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang