Sakura menatap pria tampan yang duduk disebelahnya. Siapa lagi kalau bukan Leon Frod Alfred, dia adalah orang yang tidak pernah Sakura prediksi akan bekerja dengannya untuk menjadi seorang supir.Sebenarnya apa motifnya? Terakhir melihat Leon kalau tidak salah tujuh tahun yang lalu, saat dia melahirkan Kei dirumah sakit milik Kakeknya. Dan hari itu merupakan hari perpisahannya karena Leon harus pulang ke negeranya untuk melanjutkan pendidikannya di New York.
Dan tidak disangka-sangka pria itu sudah kembali dan menjadi.. supir. Apakah pria itu gila? Percuma dia lulusan Columbia University tapi bekerja menjadi supir anaknya yang masih duduk ditaman kanak-kanak.
" Sakura, tolong jangan menatapku seperti itu " Bagaimana tidak salah tingkah, Sakura menatapnya seakan-akan wanita itu begitu menginginkannya? Oh Sial! Entah kenapa jantungnya berdebar.
" Menatap seperti apa? Aku hanya penasaran kenapa kamu membuang sia-sia gelarmu. Aku tidak habis pikir dengan cara orang kaya membuang-buang uang " Wanita cantik itu melipat tangannya didada. Leon terkikik geli karena ucapannya, malam ini mereka putuskan untuk ke klub malam karena Sakura membutuhkan alkohol untuk menjernihkan pikirannya.
" Cmon, ini hanya iseng. Aku melihat iklan online dan ternyata yang membuatnya itu ayahmu " Sakura langsung mengalihkan pandangannya kepada Leon yang masih fokus menyetir. Pria itu mengangkat bahunya acuh karena ucapannya barusan.
" Apa? " Tidak mungkin! Pria itu pasti punya alasan yang disembunyikan dari dirinya.
" Benar! Paman Kizashi membutuhkan seorang supir untuk cucunya dan aku mendapatkan pekerjaan tersebut. Paman Kizashi juga tidak percaya kalau aku yang melamar pekerjaan menjadi seorang supir " Ayahnya? Ya Tuhan, Sakura tahu ayahnya khawatir supir lamanya akan kelelahan karena harus mengantar Tsunade dan juga anaknya pergi belajar tapi tidak perlu mengiklankannya di internet.
Sakura terlihat terdiam, wanita itu memutuskan pandangannya dan menatap kearah jendela. Lima menit lagi mereka sampai dan Sakura masih bingung apakah ia harus mabuk atau tidak malam ini.
" Bagaimana kabarmu? Apa kamu masih sering menangis? " Sakura hanya tersenyum kecil, wanita cantik itu menatap Leon dengan pandangan hangat.
Ia merasa bersalah karena meninggalkan Sakura bertahun-tahun lamanya. Walaupun tahu ada Temari yang akan menjaganya tetap saja ia kebingungan ditambah Sakura mengganti nomernya hingga mereka sulit berkomunikasi.
" Anakmu pintar sekali, dia tumbuh menjadi pria kecil yang sangat kuat " Tambahnya lagi. Sakura memberikan senyum terbaiknya karena Leon memuji anaknya.
" Aku melihat Sasuke, apa kalian kembali bersama? " Ingin tahu sedikit tidak masalah bukan? Lagipula ia penasaran dengan alasan perpisahan mereka berdua. Keduanya disebut sebagai maskot kampus karena terlalu mencolok satu sama lain sudah begitu mereka dijuluki sebagai pasangan paling romantis sekampus. Itulah yang membuat Leon bingung.
" Aku sendiri masih tidak percaya kalau Sasuke kembali " Sakura menatap Leon dalam. Pria itu mengusap rambutnya karena melihat wajahnya yang tegang.
" Kamu bisa cerita masalahmu kepadaku, kita ini teman bukan? " Wanita cantik itu tersenyum dan membuka seatbelt miliknya saat mereka sudah sampai diparkiran klub malam yang menjadi tempat tujuan mereka kali ini.
Sakura berbalik untuk menggandeng lengan Leon tapi tangannya tersenggol oleh seseorang yang sangat tidak asing baginya. Pria itu berambut silver, tinggi , tampan dan ada luka didekat matanya. Tunggu dulu.. bukankah pria ini adalah mantan kekasih kakaknya?
Pria itu terlihat tersenyum kepada Sakura. Leon yang merasa ada yang tidak beres langsung menarik Sakura kearahnya dan merangkul bahunya. Siapa pria ini? Apakah Sakura mengenalnya? Tapi kalau dilihat dari gelagat Sakura sepertinya memang saling kenal.
KAMU SEDANG MEMBACA
a Romantic Story About Sakura (SASU x SAKU) ✔
Fanfiction📍 Mature for Language Content 📍 Sakura sudah lelah bersembunyi bersama anaknya. Wanita itu mengambil keputusan sepihak demi menyelamatkan keluarga, rumah , dan juga perusahaannya. Tapi melakukan pilihan demikian tak membuat kedua Uchiha jera. Mere...