"A-aku mau nanya." Ujar Singto dengan bingung.
"Nanya apa?"
"Emm itu.. kok kamu mau aja sih aku anter?" Singto melirik ragu ragu ke arah Krist.
"Eh.... iya juga."
Hening....
Detik berikutnya Krist panik dan mencoba membuka pintu mobil. Singto ikut panik melihat reaksi Krist, memang tadi apa yang dipikir bocah manis itu sampai mau mau saja menerima ajakan orang yang baru dikenal?
"E e ehh nongg?! Kamu ngapain? Ini lagi dijalan, ntar bisa kecelakaan kitaa." Singto bicara sambil memegang sebelah tangan Krist dengan tangannya sebelah lagi memegang setir kemudi.
"Kau siapa hah? Kenapa aku disini?!"
Singto menatap tak percaya Krist. Bukannya tadi ia yang menurut?
"Lahh.. kan kamu yang mau ikut"
"Masak?"
"Iya ishh."
"Ha? Tunggu²... apa jangan² lo pake sesuatu biar gue mau ikut?!" Krist bertanya dengan nada sinisnya.
"Apaan si?! Lah orang emang lo nya yang mau2 aja gue ajak!"
"Tapi kenapa lo ngajakin gue?!"
"Arghhh...! Udah! Gue tadi disuruh sama temen gue! Puas lo?"
"Temen lo nyuruh lo mau gitu? Lo bego atau tolol si?"
"Siapa yang tolol ha?! Gue kan cuma nurutin maunya temen gue doang, kasian muke nya kea kaga dikasi makan tiga hari. Ck, perasaan tadi imut lembut, napa tiba² kea monster gini dah." Singto bergumam diakhir kalimat, tapi masih bisa terdengar karena mereka hanya bersebelahan.
"Siapa yang lo panggil monster ha?!"
"Gueee. Gue monsternya udah puas lo?"
"Ck!"
Singto menghela napasnya. Ia tak menyangka kalau ini akan sesulit kacau dan sekonyol ini.
Krist memasang muka sinisnya dan memalingkan pandangan ke samping.
"Woy?"
"Apalagi si bangs*t?!"
"Bjirr.. gue gak nyangka lo bisa ngumpat juga." Singto memegang dadanya karena terkejut pria manis disebelahnya ini bisa mengumpatnya.
"Ya bisa lah bego! Gue kan punya mulut juga! Udah, lo mau ngomong apa lagi sih ?!"
"Lo jangan nge gas bisa kagak sih? Ck, sekarang tunjukin arah rumah lo"
"Ish. Gue mau turun sini aja! Mending gue naik taksi." Krist memutar bola matanya.
"Udah tunjukkin aja! Atau gue tabrakin nih ya?!"
"Eee.. jangan jangan! Lo kalo mau bunuh diri sendiri aja napa! Gue masih mau idup bajingan! Udah gue tunjukkin, ntar diperempatan belok kiri......"
Singto mengikuti arah panduan Krist, dengan menahan emosi tentunya. Krist menuntun Singto menuju rumahnya. Setelah menempuh perjalanan sekitar 45 menit, mereka sampai di rumah Krist.
Singto menepi dan berhenti di depan gerbang rumah Krist. Pintu dibukakan oleh pekerja disana. Krist turun dan mendapati Maenya tengah duduk di teras depan rumahnya.
Menyadari sang anak pulang, wanita paruh baya itu menghampiri anaknya. Namun, ada yang mengalihkan perhatiannya.
"Kit pulang sama siapa? Kok asing?"batinnya.
Singto ikut keluar menghampiri Krist dan maenya. Ia memberi salam dengan sopan dan tersenyum pada maenya Krist.
"Au, Kit? Nak ini siapa sayang?" Tanya maenya sambil mengusap rambut anaknya dengan sayang.
KAMU SEDANG MEMBACA
Be Unique (singtokrist) {On going}
FanfictionKrist Perawat seorang mahasiswa angkatan ke 2 jurusan ekonomi di salah satu universitas Thailand. Pria manis berkulit putih dan memiliki senyuman manis melebihi gula, tampak manis, tampan, cantik, tegas, imut di satu tempat. Dia siswa yang biasa saj...