Hari berganti, saat ini Singto tengah berjalan di koridor kampus menuju kantin. Singto berjalan dengan angkuhnya diiringi kehisterisan mahasiswi/a yang melihatnya.
Saat berjalan menuju kedai minuman, Singto berpapasan dengan Krist dan Gun. Entah mengapa hatinya henghangat setelah melihat sosok manis itu. Namun, Krist sama sekali tak tersenyum dan bahkan mengalihkan pandangannya ke arah lain.
Krist dan Gun memesan beberapa minuman juga untuk yang lain. Singto yang melihat itu mendekat ke arah Krist dan mencoba berbicara...
"Krist?" Panggil Singto
"...." Krist tak menjawab, ia hanya menoleh.
"Minuman yang lain buat siapa?" Tanya Singto melirik beberapa minuman yang ditenteng Gun.
"Oh, buat temen." Jawab Gun.
"Siapa? Tumben banya-"
"Pesanannya." Ujar penjual itu.
Krist mengambil beberapa minuman itu dan menirik Singto sebentar. Krist menundukkan kepalanya diikuti Gun juga. Setelahnya mereka berdua pergi meninggalkan Singto. Singto terdiam, ia bingung kenapa Krist seperti tak mengenalnya? Memang sih, mereka berteman karena taruhan bodoh Singto, tapi setidaknya kenapa Krist jadi seperti itu?
"Dik? Pesen apa?" Ujar ibu penjual disana. Namun tak dibalas.
"Mohon maaf dik, kalo ngga pesen boleh geser ya. Itu yang dibelakang mau pesen juga."
Singto tersadar. Ia melihat ke belakang dan ternyata benar, beberapa mahasiswa/i menunggunya. Wajah mereka tampak kesal, pasti mereka agak emosi, tapi kalo itu Singto ya ga tega lahh...
"Oh, maaf maaf. Saya pesen satu cup es coffe."
"Oke, tunggu sebentar."
Penjual tadi menyiapkan es coffe pesanan Singto, sedangkan Singto menghadap kebelangan dan mencangkupkan tangannya sambil menunduk.
"Dik pesenannya."
"Khap, makasi."
Singto oergi dari kedai itu. Matanya mengedar ke segala penjuru, sampai akhirnya pandangannya jatuh kepada Krist. Anak manis itu tengah bersama temannya, Gulf, New, Gun, dan Win. Tapi tunggu, Off, Bright, Tay, dan Mew juga disana? Sedang apa mereka dengan Krist?
Singto hendak menghampiri mereka namun mereka bangun dan pergi dari meja itu. Singto kembali melangkahkan kakinya menuju meja yang ditempati Krist tadi. Ia bengong sebentar, rasa berat. Ada apa dengan hatinya?
Ia tak sengaja melihat sebuah earphone putih di meja perisi tempat Krist duduk tadi. Ia mengambilnya, ada huruf K disana,itu sudah pasti milik Krist.
Ia mengikuti rombongan Krist yang sudah menjauh. Singto terus membuntuti mereka diam diam. Rupanya mereka pergi ke perpustakaan. Singto tersenyum kemudian berancang ancang untuk menyusul, tapi...
"Phi kiiit!" Teriak seorang gadis berkacamata, rambut pirang kecoklatan alami yang diplintir dua.
Gadis manis itu menghampiri Krist, diikuti seorang gadis lainnya, berambut hitam pendek, badannya lebih tinggi, tubuhnya juga tegap. Kedua gadis itu tersenyum kearah Krist.
Krist pun menyambut gadis itu dengan merentangkan tangannya. Gadis itu masuk ke pelukan Krist dengan senang hati. Dan hal itu tak luput dari pandangan Singto.
Kepalanya memanas, rahangnya sudah mengeras, tanpa sadar ia mengeratkan kepalannya. Entah kenapa ia kesal melihat orang lain bersama pemuda manisnya itu. Singto pergi dari tempat itu dengan tergesa, emosinya sudah memuncak, mahasiswa/i yang melihat itu pun merasa takut dengan aura gelap Singto.
Singto balik ke kantin dan memesan makanan. Lalu ia memakan makanan itu dengan kasar. Ia pun meneguk airnya dengan tak sabaran. Matanya sudah memerah sedari tadi. Setelahnya ia balik ke kelasnya.
Saat dikelas, Off, Tay, Bright, dan Mew tengah mengobrol di tempat mereka biasa mengobrol dulu. Bangku pojok belakang. Mereka yang ditatap Singto pun langsung bubar menuju bangku masing masing tanpa melirik ke arah Singto.
Singto menghela napasnya kasar. Moodnya benar benar buruk hari ini. Kalau dulu, setidaknya ia bisa menuangkan semuanya ke sahabat sahabatnya. Tapi kali ini gak bisa. Salahkan egonya hingga membuat persahabatan mereka putus seperti ini.
Kelas dimulai. Dosen mulai menerangkan materi. Jujur saja, saat ini Singto sama sekali tak mendengarkan dosen yang tengah mengomel di depannya ini. Pikirannya jauh menerawang, ia memikirkan Krist, dan sahabat sahabatnya, ditambah dua gadis tadi.
Kuliah selesai pukul 3 sore. Singto masih badmood. Ia hendak ke kafetaria dekat kampusnya, membangkitkan moodnya yang rusak itu. Katanya makanan manis bisa menaikkan mood seseorang.
Ia pun menepi dan berjalan menuju kafetaria yang tak jauh itu. Perlahan ia membuka pintu, membuat lonceng dia atas pintu itu berbunyi.
Namun, pemandangan di depannya membuat moodnya semakin buruk. Krist, orang yang mengusik pikirannya ini tengah bercanda ria dengan sahabat²nya. Tapi, disana juga dua gadis tadi yang didepan perpustakaan itu.
Rahangnya mengeras kembali. Aampai tak sadar kalau dirinya menghalangi jalan masuk. Seseorang dibelakangnya menyentuhnya dengan telunjuk.
"Permisi, bisa kami lewat?" Ujar orang itu dengan sopan.
Singto membalikkan badannya. Dan orang itu adalah Bright, Off, Tay, dan Mew. Singto terbelalak melihat mereka, ia melirik Off, namun Off mengalihkan pandangannya. Tersadar, Singyo segera menyingkir dari sana.
Singto duduk di meja yang agak jauh dari meja Krist, sendirian. Dari sana ia memperhatikan gerak gerik Krist. Ia menghela napas kasar, lalu mengeluarkan laptopnya. Ia bangkit dan menuju kasir, memesan.
Dapat ia lihat Krist tersenyum lebar ke arah gadis itu. Krist mengusap rambut gadis itu, sebenarnya mengacaknya sih, tapi di mata Singto Krist seperti mengusapnya dengan lembut. Ia tersenyum tipis melihat itu. Dari mimik bibirnya, Krist beberapa kali mengucapkan 'narak'.
Singto mengambil oesanannya yang sudah jadi laku kembali ke mejanya. Ia bermain game, berharap itu bisa membuat moodnya naik. Tapi sialnya, ia malah kalah terus, dan justru membuatnya makin frustasi. Sebenarnya sih, dia tak sepenuhnya bermain game, sebenarnya ia mencuri pandangan ke arah Krist dan lainnya.
Ia menghela napasnya berat kemudian mematikan laptopnya dan memasukkannya lagi. Ia menghabiskan pesanannya. Ia melirik lagi ke arah Krist. Dan ia makin panas melihat Krist mencubit pipi gadis itu dengan gemas, diikuti teman temannya yang lain.
Ia membanting gelasnya dan lergi tergesa dari sana. Orang orang yang duduk di dekat meja Singto pun terkejut. Pegawai kafe itu juga heran melihat pelanggannya satu itu.
Dan tentunya hal itu tak terleqat dari pandangan Krist dan lainnya. Krist tersenyum miring. Begitu pula yang lain. Sedangkan dua gadis tadi bingung. Krist hanya tersenyum saja sebagai jawaban,membuat kedua gadis itu makin bingung.
"Bangsat!" Umpat Singto sambil menyetir mobilnya. Ia kembali ke apartemennya dengan pemuh emoai. Ia membanting pintu dan lamgsung merebahkan tubuhnya di kasur.
.
.
.
.
.
.
.*
*
*.
.
.
.Tbc....
Emng eps 11 tu keramat...
Hae guys, gw kambek muehehe.
Sorry lama updet. Maar kalo banyak typo yak.Jangan lupa VOTE & KOMEN
Makasi banyak yang udah baca♡See u~
![](https://img.wattpad.com/cover/266393039-288-k641400.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Be Unique (singtokrist) {On going}
FanfictionKrist Perawat seorang mahasiswa angkatan ke 2 jurusan ekonomi di salah satu universitas Thailand. Pria manis berkulit putih dan memiliki senyuman manis melebihi gula, tampak manis, tampan, cantik, tegas, imut di satu tempat. Dia siswa yang biasa saj...