14.

591 80 5
                                    

"What? Kejar bocah itu katanya?" Gumam Singto yang sudah sampai apertemennya dan tengah merebahkan dirinya di kasur.

"Dihh ngapain juga gue ngejar dia, toh dari awal kita cuma kenal karna taruhan." Singto hendak memejamkan mata.

"Eh tapi katanya mau dijodohin?" Singto kembali membuka mata.

"Anjir napa gue sewot sih. Buat apa juga." Singto hendak menutup mata lagi.

"Tapi bocah itu unik sih, tapi... aarrgghhh bikin opertingking aja sialan!"

"Atau gue jangan jangan emang suka sama dia ya?"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Atau gue jangan jangan emang suka sama dia ya?"

"Eh enggak enggak anjing! Gue ngelantur apaan dah! Mending tidur!"

Singto menyamping dan tidur hadap ke samping. Matanya tak sengaja menangkap kamera diatas meja nakasnya.

Ia mengambil kamera itu dan membukanya. Ia menekan nekan tombol geser foto foto itu. Tak disadari ia tersenyum melihat gambar gambar Krist yang tengah bermain di dekat danau sana waktu itu.

"Kalo diliat liat, dia manis juga, cantii malah, tapi ganteng juga..." ujarnya tanpa sengaja.

"Eh? Anjir! Nggak nggak! Gantengan gue!"

Senyum Singto meredup mengingat bagaimana wajah Krist waktu terakhir kali ia lihat. Menangis, wajah menangis Krist dan bagaimana ia pergi dengan mengusap air matanya.

"Apa gue salah ya?"

"Apa gue terlalu egois?"

"Apa gue suka sama bocah unik tu?"

"Gue aja sebenernya gatau di gay atau ngga. Kayaknya gue emang egois deh..."

Singto kembali menggeser geser gambar dikameranya sambil termenung.

"Apa gue harus minta maaf?"

"Tapi... hufhh.. ngga Singto! Terakhir kali lo ga minta maaf lo malah bikin masalah!"

"Jadi gue harus minta maaf gitu?"

"Tapi.... aarghh udah ah, gue minta maaf aja."

Singto melihat lihat foto foto Krist yang ia ambil dengan angle yang pas itu. Krist terlihat sangat manis disana. Singto tersenyum melihatnya.

"Gue cetak ahh... hehe"

Singto meletakkan kembali kamera tadi ke meja nakas. Ia mengirim pesan ke tempat cetak foto langganannya agar mencetak foto tadi. Ia memposisikan dirinya kemudian bersiap untuk tidur. Ia memejamkan matanya, menjemput mimpi.

.
.
.

*

.
.
.

Keesokan harinya Singto bergegas ke kampusnya dengan semangat. Ia sudah menyiapkan segalanya untuk minta maaf ke Krist dan Off dan memperbaiki semuanya.

Be Unique (singtokrist) {On going}Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang