19.

529 70 10
                                    

Yah, Singto dan Krist sudah baikan, tapi Krist masih saja seperti menghindarinya, atau ia risih? Entahlah hati Singto kadang sangat sakit saat ia ditinggal Krist demi Joss.

Seperti saat ini, sebenarnya bukan saat ini saja, kejadian ini sudah berlangsung selama seminggu setelah sesi maaf maafan itu.

Singto berdiri di ujung kantin, dekat koridor, sambil membawa kotak makan untuk dirinya dan Krist, dengan sabar ia menunggu disana, sekitar 10 menit datanglah Krist, tapi tak sendiri, bersama sahabat sahabatnya tentunya.

"Kit" sapa Singto.

Krist tak menjawab, ia hanya tersenyum ke arah Singto. Dengan semangat dan bahagia Singto berjalan ke arah Krist, ia berdiri tepat didepan Krist.

"Kit, phi buatin kamu makanan, dimakan ya?" Harap Singto.

Namun, Krist menatap kotak makan itu dengan tatapan yang sulit diartikan. Ia tersenyum canggung ke arah Singto yang menatapnya penuh harap.

"Emm, maaf phi, bukannya aku ngga menghargai makanan phi, tapi aku baru abis makan bakso sama phi Joss." Jawab Krist.

Retak.

Hati Singto rasanya retak.

Rasanya sakit.

Senyuman Singto buyar begitu saja. Matanya menyiratkan kekecewaan, dan kesedihan. Padahal ia bangun pagi untuk menyiapkan makanan ini untuk mereka berdua makan bersama saat jam istirahat.

"Emm phi sing? Aku minta maaf ya?"

"Ah iya ngga papa kok, santai aja. Emm kalo gitu phi ke situ dulu ya, bye."

"Iya phi, maaf ya, bye." Balas Krist.

Singto beranjak dari sana menuju taman tempatnya merenung seperti biasa dengan lesu. Sakit, rasanya benar benar sakit. Kecewa saat sesuatu yang ia siapkan dengan segenap hati ditolak oleh pujaan hatinya. Ditambah lagi Kitnya menyebut nama orang yang paling ia musuhi, Joss.

"Haahh kucep..." lirih Singto.

Singto perlahan menyendok makanannya dengan lemah lesu letoy. Moodnya benar benar benar sangat hancur saat ini. Kalau sekali dua kali boleh lah ditoleransi, tapi ini sudah seminggu meng!!

Helaan napas dikeluarkan berkali kali. Mulutnya selain mengunyah juga terus menggumam tak jelas. Ia terus menggerutu tak jelas.

"Haahhh sialan nasi gorengnya abis!! Padahal gue udah bayang bayangin gue makan nasi goreng arrghh!"

Umpatan seseorang mengalihkan perhatian Singto. Ia terkejut, yang mengumpat itu juga terkejut karena ia kira disini sepi, pasalnya sebentar lagi jam kuliah dimulai.

"Eh, maaf. Gue ngeganggu ya?" Ujar pemuda itu.

"Oh enggak kok. Kirain siapa tadi."

"Eer lo sendirian?" Orang itu mendekat lalu duduk di kursi seberang Singto.

"Iya, lo sendiri?"

"Sama nih, gue pengenya beli nasi goreng di situ, tapi udah habis, hahh mana jauh banget lagi dari kelas gue, sialan."

"Ooh, btw lo kelas apa?"

"Teknik elektro, kenapa?"

"Wah, kan jauh tu, kenapa jauh jauh keesini?"

"Yah kan gue udah bilang gue pen beli nasi goreng disono! Lo gimana sih ah. Btw lo ga masuk? Lo sendiri ngapain disini?"

"Ooh, gue males, pen bolos sekali, ntar bilang aja boker, aman."

"Owalahh. Sialan boker."

"Hahahaha."

"Lo belum jawab kenapa lo disini."

Be Unique (singtokrist) {On going}Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang