Krist di bawa pulang ke apartemennya. Semua sahabat sahabatnya menemani Krist sampai malam, baru mereka pulang.
Sesudah semuanya pulang, Krist mandi dengan meringis karena sedikit luka sayatan di lengan dan kakinya. Kepalanya di perban jadi ia tak membasuhnya.
Krist keluar dari kamar mandi dalam keadaan yang lebih segar. Ia berjalan menuju ranjang setelah memakai baju dan menyisir rambutnya. Ia melirik jam yang menunjukkan pukul 10 malam.
Ia merebahkan dirinya di kasur miliknya yang khusus satu irang itu. Matanya tak sengaja menangkap sebuah kotak merah di atas meja nakas di samping ranjangnya. Ia mengambulnya dan membukanya sambil tersenyum lebar.
"Iihh, gemoy banget sih dia. Isi kasihin coklat sama foto. Aaa... suratnyaaa."
Krist gemas dan berteriak kecil sambil memeluk sepucuk surat kecil dari Singto tadi. Ia tersenyum gemas lalu melihat surat itu lagi, lalu gemas lagi dan memeluknya lagi.
"Muah muah... "
"Gue sayang lo, gue sayang lo, gue sayang loo... aaaaa... anjirrr"
Ia mencium cium surat itu. Ia menghafalkan kata kata terakhir surat itu yang berisi 'gue sayang lo'. Ia amat gembira karenanya.
Saking gemasnya Krist sambil berguling guling ke kanan kiri sambil menutup mulutnya dengan surat tadi.
Tapi senyumnya pudar saat mengingat beberapa perilaku buruk Singto terhadapnya dulu. Seperti saat di mall dulu saat ia di maki dan ditinggalkan di tengah perhatian banyak orang, lalu saat ia mencium Krist dilapangan sampai banyak yang membenci Krist dan merupakan penyebab ia saat ini.
"Huuhhffth apa dia cuma kasi gue kata kata manis aja ya?"
"Tapi seinget gue dia ada di tempat waktu gue dipukulin."
"Tapi gatau juga si. Gue inget separuh, apa jangan jangan dia yang merintahin mereka buat mukulin gue ya?"
"Eh tapi ini kotak kenapa bisa ada di gue?"
"Aaarrgh au ah mau tidur aja pusing."
"Yes besok gosah kuliah yey yey"
Krist menaruh kembali surat beserta kotak itu ke nakas tadi. Ia membenarkan posisi tidurnya, menyamping. Saat ingin tidur, ia melupakan sesuatu sampai membuka matanya lagi.
"Eh anjir lupa matiin data."
"Nah udah."
Ia menaruh kembali hp nya dan mengambil posisi lagi. Ia memejamkan matanya.
1 detik
2 detik
10 detik
Mata Krist terbuka lagi. Ia membalikkan tubuhnya terlentang, dan masih sama. Ia terus mengguling gulingkan tubuhnya mencari posisi nyaman, namun nihil.
"Ishh napa gue ga bisa tidur sih?!"
"Perasaan kipas angin idup kok."
Ia membalikkan tubuhnya lagi. Tapi tetap sama, ia terjaga. Ia jadi mengusap usap matanya dan menatap langit langit kamar.
"Apa maksudnya dia sayang gue? Tapi kenapa dia lakuin ini ke gue?"
"Apa jangan jangan dia udah tau ya, kalo gue suka sama dia, jadi berusaha buat gue mundur?"
"Hmm, masuk akal sih. Tapi ga gini juga, apa seburuk itukah gue?"
Air mata Krist mulai menetes dari ujung matanya dan mengalir di pipi mulus miliknya. Napasnya mulai sesak, ia menagis dalam diam.
KAMU SEDANG MEMBACA
Be Unique (singtokrist) {On going}
Fiksi PenggemarKrist Perawat seorang mahasiswa angkatan ke 2 jurusan ekonomi di salah satu universitas Thailand. Pria manis berkulit putih dan memiliki senyuman manis melebihi gula, tampak manis, tampan, cantik, tegas, imut di satu tempat. Dia siswa yang biasa saj...