10.

664 94 5
                                    

Yah setelah kejadian di mall saat itu, Krist benar benar menjauhi Singto, jujur ia sekarang takut dengannya.

Sedangkan Singto? Ia acuh dan tak memperdulikan hal itu. Toh dari awal juga bukan keinginannya kan? Batinnya.

Seperti saat ini, suasana kantin sangat ramai, tentunya karena ini waktu istirahat. Krist, dan keempat teman sohibnya itu tengah mengantri memesan makanan, biasanya kan cuma Gulf dan Win yang memesan, tapi sekarang semuanya minta ikut, bosan katanya.

Disisi lain, Singto dan gengnya berjalan  dengan angkuhnya ditengah keramaian itu, sebagian mahasiswa/i disana menjerit histeris tapi geng yang berisi pemuda tampan itu menghiraukannya begitu saja.

Seluruh isi kantin sekarang menatap kelompok pemuda tampan itu, tak terkecuali Krist dan teman temannya. Netra Krist dan Singto aaling bertemu sejenak, namun Krist segera mengalihkan pandangannya kembali ke penjual makanan di didepannya, setelahnya ia diiringi yang lainnya pergi menuju tempat duduk yang agak sepi dengan sedikit tergesa.

Singto menyadari hal itu, begitu juga teman temannya. Singto tak mempermasalahkan hal itu. Ia tak berfikir jika ia belum menyelesaikan taruhan bodohnya itu.

Singto dan gengnya memesan makanan dan duduk di tengah tengah keramaian disana. Namum Singto dan Off sama sekali tak menggubris orang orang yang mendekati mereka. Tapi pandangan mereka terfokuskan ke atah Gun dan Krist yang tengah tertawa ria disana, sungguh manis. Tay yang sadar akhirnya menepuk bahu Singto.

"Kenapa woy?" Tanya Tay.

"Gaada." Jawab Singto singkat,padat, tak jelas.

"Owh. Klo lo peng? Lo kenape?"

"Byasalahh liat Gunnie bunnie sweety gue."

"Jancok! Gue kira apaan dah." Tay hampir melayangkan pukulannya.

"Yee, ampun bapak tawan." Off menyatukan kedua telapak tangannya seperti meminta maaf.

"Lo kalo soal crush lo pasti no 1 off" Mew ikut nimbrug.

"Oh jelass. Gue tipe orang terbuka btw. Nahh gue dah dapet alamatnya si Gun coyy. Hebat kaan??" Bangga Off.

"Dia mau ngasi alamatnya ke jamet kea lo off" Bright ikut juga.

"Engga si. Waktu ini lagi hujan, abistu gue nganterin dia, akhirnya doi mau setelah bujukan kesekian kali dari gue. And finally gue dapet alamatnya awokwkkwwk" Off tertawa bangga.

"Cihh homo.." Singto bergumam namun masih bisa didengar.

"Apa lo bilang?!" Ujar Off tak terima.

"Apa? Bener kan gue bilang? Lo homo" Singto menekankan kalimat terakhirnya.

"Oke fine. Gue akui gue emang gay, tapi cuma karna satu orang asal lo tau ya. Gue gamau ngebohongin perasaan gue sendiri, toh kalo gue bohongin diri sendiri, yang jadi malah gue yang tersakiti, doi juga pasti. So gue ga terlalu mentingin image sih kalo soal perasaan. Klo lo gamau temenan sama gue lagi tinggal bilang, gue gaakan deketin lo lagi kok." Off menghela napas sebentar, kemudian beranjak dari sana.

Tay dan Bright menyusul Off, sedangkan Singto seolah tak terjadi apa apa, bangsat emang. Mew masih disana, perlahan ia bangkit dan mendekat ke samping Singto lalu menepuk pundaknya pelan.

"Hey, jangan pake keegoisan lo waktu lo sama sahabat lo sendiri. Kalo lo ga bisa terima, seenggaknya hargai. Tinggal skip aja, gausah ngehujat gtu, lo kira orang ga sakit lo gituin? Cuma gara gara kekurangan orang itu aja. Gue bukannya sok bijak Sing, tapi gue cuma pengen ngasi tau, kalo kesempatan yang sama gaakan dateng dua kali." Kemudian Mew pergi dari sana menyusul Off.

Be Unique (singtokrist) {On going}Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang