16 : Maaf

1.7K 88 5
                                    

Sudah dua jam April menunggu Arion, namun tidak ada tanda-tanda Arion pulang. April sangat khawatir, ia mencoba menelepon Arion berkali-kali namun tidak di jawab. Kini April mencoba menelepon Wisnu.

"Apa April malem-malem gini nelepon?" Terdengar suara Wisnu serak bangun tidur.

"Arion sama lo?" April harap Arion bersama Wisnu.

"Enggak. Gue lagi tidur, gak ada jadwal main juga sama anak-anak Pril."

"Oke"

April menggigit jarinya "Lo kemana sih?"

April mencoba memanggil Arion lagi. Dan yap di jawab.

"Halo."

"Arion lo dimana?"

"Lo ceweknya Arion? Arion kecelakaan." Bagai di sambar petir, April terduduk lemas di sofa.

"Gue mau bawa Arion ke Rumah Sakit Sentosa Raya, lo susul ke sana ya!" Telepon di matikan.

April segera mengambil helm lalu menyalakan motornya ia menjalankan motor maticnya dengan kecepatan tinggi. Badannya terasa dingin, April baru ingat ia tidak memakai jaket. April hanya mengenakan daster tidur selutut. Tubuhnya sedikit menggigil saat angin malam menerpa.

Setelah sampai April berlari ke UGD ia melihat Arion sedang ditangani, ia juga melihat helm full face Arion tidak mulus lagi.

"Lo ceweknya Arion?" Tanya seorang laki-laki bertato di lengannya.

"Iya." April sedikit takut.

"Gue Sandy, yang nolongin Arion. Biar gue ceritain kronologisnya."

Sandy menceritakan dari awal Arion datang untuk ikut balap liar ia juga bilang bahwa Arion butuh hiburan untuk menenangkan pikirannya hingga akhirnya Arion menabrak pohon dan tubuhnya terlempar jauh dari motor.

"Gue balik dulu, ini dompet dan hp Arion." Sandy menyerahkan barang Arion.

"Makasih."

Ponsel Arion menyala, ada satu pesan dari Wisnu.

Wisnu
Lo dimana tai, si April nyariin

April salah fokus dengan lockscreen ponsel Arion yaitu foto dirinya. April tersenyum melihatnya.

"Keluarga Arion?" Tanya dokter.

"Iya saya-- istrinya."

"Arion harus di rawat inap untuk memulihkan tubuhnya. Sekarang mbak bisa urus administrasinya." Dokter melenggang pergi.

April berjalan ke bagian administrasi. Ia mengurus semuanya, ia juga mengambil kamar VIP untuk Arion.

"Mbak gak dingin pake daster tangan pendek." Tanya salah satu perawat.

"Dingin mbak, saya lupa bawa jaket." April tersenyum. Ia mengikuti perawat yang membawa Arion ke ruangan VIP.

"Kami memberi obat tidur pada pasien, pasien akan bangun nanti pagi." Perawat itu pergi meninggalkan Arion dan April.

"Udah tawuran, balap liar, nanti apa lagi?" April mengusap pipi Arion. Ia memeluk Arion yang tertidur kaku.

April berjalan menuju sofa, ia membaringkan tubuhnya di sana lalu memakai selimut yang telah di sediakan.

***

Arion membuka matanya, hal yang pertama kali ia lihat adalah atap bercat putih. Arion menoleh ke sebelah kiri terdapat wanita yang meringkuk di sofa mengenakan daster tersingkap naik yang kini paha mulusnya terekspos.

"Sshhh." April meringis mengusap leher dan punggungnya. Ia terbangun.

April melirik ke bankar Arion, terlihat Arion yang juga menatapnya. April segera menghampiri Arion, ia membantu Arion untuk duduk lalu memberikan segelas air minum untuk Arion.

"Ada yang sakit?" Tanya April khawatir.

"Enggak. Kenapa lo tidur di sofa?" Tanya Arion.

"Terus harus dimana? Gak papa juga kok." Jawab April.

"Lo gak mikirin kenyamanan bayi kita. Kenapa gak tidur di rumah aja?" Ucapan Arion berhasil membuat April baper 'bayi kita.'

"Sini." April mendekat saat Arion menyuruhnya mendekat.

Tak disangka Arion memeluk erat tubuh April, kepala Arion tepat di dada April.

"Jangan tinggalin gue." April menghindar, ia menutup mulutnya lalu berlari ke toilet.

Hueekk

Arion yang melihatnya segera turun dari bankar, mengabaikan kakinya yg masih sakit ia membawa infusan yang menempel di tangannya untuk menghampiri April.

Dengan lembut Arion memijat tengkuk leher April menggunakan tangan yang terpasang infusan.

"Huh." April membersihkan bekas muntahannya. Ia berbalik badan lalu memeluk Arion, tidak erat April hanya butuh peyangga.

Tangannya ia lampirkan ke bahu Arion yang tinggi, ia berjalan dengan pinggangnya di rangkul erat oleh Arion. Arion cukup kesulitan merangkul April sebelah tangan dan sebelahnya untuk memegang infusan.

"Di sofa aja." Mata April memerah.

Namun Arion membawa April ke bankar tempat ia berbaring. April prioritas nya. Arion mengangkat kaki April ke bankar.

"Udah sarapan?" Tanya Arion, ia menyelipkan rambut yang menghalangi wajah cantik istrinya itu. April menggeleng.

Bertepatan dengan perawat yang mengantar makanan untuk Arion. Perawat itu cukup terkejut melihat pasiennya berdiri sedangkan bankarnya di isi oleh April.

"Selamat sarapan kak."

Arion mengambil sesendok nasi dan sayur lalu diarahkan ke mulut April.

"Bayi kita gak boleh kekurangan gizi. Semenjak nikah sama gue badan lo kurusan, gue gak mau orang tua lo ngira gue gak nafkahi lo." Karena lapar April melahap makanan itu sampai habis.

Arion hanya perhatian pada bayinya dan orang tua nya. Ia tidak peduli pada April.

"Kenapa lo balap liar? Bosen hidup?" Tanya April berturut-turut.

"Gue butuh hiburan." Arion tidak berani menatap April.

"Buat apa ada gue di rumah kalo lo masih cari hiburan di luar?" Benar, untuk apa?

Arion diam.

"Sebeban itu gue buat lo? Lo anggap gue beban kan makannya cari hiburan diluar." April menatap Arion yang menundukkan kepalanya. April wanita dingin itu kini menjadi cerewet.

April memegang tangan Arion "Jawab Arion."

"Sorry."

Arion memeluk April dengan erat penuh kasih sayang.

"Maaf maaf maafin sikap gue selama ini maaf April maaf. Selama ini gue belum siap jadi ayah gue belum bisa terima bayi itu maaf April. Maaf gue gak ngurus lo selama ini, gak peduli sama lo padahal kita satu rumah maaf." Arion menangis.

Cowok tengil semacam Arion akhirnya bisa menangis karena wanita dingin seperti April. Bukan Arion yang terbawa beku oleh sikap April namun April yang terbawa mencair oleh sikap Arion.

"Gue kangen lo Arion." Ucap April di dada bidang Arion.

Arion melepas pelukan mereka, ia menunduk menatap perut April. Arion menciumi perut April penuh sayang. Membisikkan sesuatu yang April pun tidak mendengar bisikan itu saking kecilnya.

"Kita check up ya hari ini, berhubung masih di rumah sakit. Gue ambil nomor antrian dulu." Arion berjalan keluar ruangan. Ia mengambil nomor antrian untuk periksa kandungan April.

Arion kembali ke ruangan, ia melihat April sedang memakan buah Apel.

"Ayo, sebentar lagi di panggil." April dan Arion berjalan bersama.

Tangan Arion tidak lepas dari pinggang April begitu juga tangan April yang berada di pinggang Arion.

***

APRILTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang