19 : Si Otong

1.5K 95 18
                                    

Hari terakhir Ujian Sekolah, April dan Arion berangkat menggunakan mobil. Rencananya setelah pulang Ujian nanti mereka akan pergi bermain melepas penat setelah ujian.

Arion membuka mulut nya lebar lalu sesendok nasi pun masuk ke mulut Arion. Karena tangannya sibuk menyetir mobil akhirnya April menyuapi Arion.

"Lo juga makan." Ucap Arion sambil membenarkan kacamata photocromic yang dipakainya.

Tidak menjawab, April memasuki satu sendok nasi ke mulutnya.

Beberapa menit setelah sarapan mereka habis, mereka juga sampai di parkiran sekolah.

"Semangat utun-utun Papa." Arion mengusap perut April yang tertutup seragam sekolah.

"Ini roknya gak ketat emang?" Tanya Arion meraba rok April.

"Enggak. Longgar kok, nyaman." Jawab April, ia sedikit melonggarkan sabuknya.

"Yaudah yu turun." Arion turun terlebih dahulu.

Arion memutari mobil untuk membukakan pintu sebelah April. April tersenyum melihatnya, ia telah menjadi ratu. Arion merangkul pinggang April mesra, menandakan bahwa April miliknya. Tidak boleh ada yang mengambil April darinya. Dengan merangkul pinggang April sesekali Arion mengelus perut April yang sedikit membesar hingga sampai di depan ruangan April.

"Pulang tunggu disini, nanti gue jemput." Ucap Arion, ia mengecup kening April.

Setelah melihat April berjalan memasuki ruangan Arion pun melangkahkan kaki menuju ruangannya, di koridor ia bertemu dengan Bima.

"Bim, kita harus ngobrol tentang kejadian malam itu." Arion menatap Bima dengan raut wajah yang serius. Ia ingin pelakunya cepat di temukan.

"Oke, cafe pinggir sekolah beres ujian. Gue bawa istri gue, lo juga!" Mendengar kata 'istri' dari mulut Bima membuat Arion terkekeh geli. Pasalnya Bima yang terkesan kaku dan benci wanita kini terpaksa jadi memiliki istri karena perbuatannya sendiri.

"Apaan lo nyengir?" Bima menatap Arion yang terkekeh geli.

Arion merangkul Bima lalu membisikkan sesuatu "Ternyata masuk lubang enak juga ya! HAHAHAHA." Arion semakin tertawa geli hingga memegang perutnya.

Bima tersenyum tipis "Bangsat. Enak banget!" Tidak bisa di pungkiri karena nyatanya memang enak. April dan Yasmin masih perawan, ya jelas enaklah.

"Sstt. Bentar lagi kita jadi Ayah, harus contoh yang baik!" Bisik Arion pada Bima.

"Tapi sperma gua bagus ya, sekali masuk langsung tumbuh kecebong." Bima yang kaku itu akhirnya tertawa melihatkan giginya.

"Gue juga lah. Bibit unggul nih boss." Arion merangkul Bima kembali.

Sungguh obrolan mereka sangat tidak jelas. Hari masih pagi dan mereka sudah membicarakan hal yang 'iya-iya'. Setelah mereka kembali tenang Arion dan Bima menuju ruangannya masing-masing.

***

April berjalan pelan keluar ruangan, ia mengikat rambutnya karena terasa gerah. Namun tiba-tiba tangannya di cekal.

"Jangan di ikat!" Arion menatap April datar.

"Kenapa?"

"Leher mulus lo kelihatan, gue gak suka." Arion merapikan rambut April kembali.

April tersenyum mendengar ucapan Arion, ternyata Arion posesif juga.

"Ke kafe dulu ya. Kita harus ngobrol sama Bima tentang jebakan itu." Sambil berjalan ke kafe Arion merangkul pinggang Arion.

APRILTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang