Langit menjadi gelap, Arion baru pulang ke rumah yang masih terlihat gelap, tanda pemilik rumah tidak menyalakan lampu. Seharian Arion bekerja menghapus penatnya saat bertengkar dengan April tadi pagi.
Arion menyalakan lampu ruang tengah, lampu depan, dan lampu dapur lalu ia berjalan ke kamarnya mencari keberadaan April.
Gelap. Segera Arion menyalakan lampu kamarnya, gorden kamarnya juga masih terbuka padahal sudah malam, angin malam dengan bebas memasuki kamarnya. Ia melihat April tertidur di balut selimut tebal di atas kasur. Wajahnya pucat.
'bbbbrrrkk'
Perut April berbunyi, April lapar. Namun matanya masih terpejam kuat.
Arion berjalan ke kamar mandi untuk membersihkan diri. Selang 20 menit Arion keluar dari kamar mandi sudah menggunakan piyama, ia melihat April masih tertidur.
"Gue sendirian sekarang." April mengigau.
Arion mendekati ranjang, ia duduk di pinggiran ranjang lalu memegang dahi April yang berkeringat dingin.
"Demam." Arion segera mengambil kotak P3K yang sudah April sediakan dari awal mereka menikah.
Ia mengecek suhu tubuh April menggunakan termometer.
"37,2 derajat Celcius. Pril bangun." Arion menepuk pelan pipi April.
"Gak ada yang peduli sama gue." Karena demam tinggi itu menyebabkan April bicara melantur hingga menangis seperti sekarang ini.
"April kita ke rumah sakit." Arion mengangkat April pelan-pelan takut menyakiti anaknya.
***
April dan Arion keluar dari ruang periksa, Arion menuntun April untuk duduk di kursi tunggu.
"Gue ngasih resep obat dulu." Arion berjalan cepat menuju apotek lalu kembali membawa air minum.
"Minum dulu sambil nunggu di panggil." Arion membukakan tutup botol minuman tersebut lalu memberikan nya pada April.
"Jangan banyak pikiran ya! Jangan telat makan juga, gue gak tega liat lo lemas gini." Arion menyandarkan kepala April di dadanya, mengusap rambut April sangat lembut.
"Mulai sekarang gue yang atur jadwal makan dan makanan apa aja yang harus lo makan. Paham?" Arion mengambil keputusan seperti ini karena April sangat susah makan, terlebih lagi April tidak suka sayuran. Tetapi demi janinnya, April harus memaksa kan diri.
"Iya." April yang lemah itu mengeratkan pelukannya di dada Arion.
***
Pagi harinya Bibi sudah menyiapkan sarapan spesial untuk April. Seperti permintaan Arion tadi malam, setiap hari Bibi akan menyiapkan sarapan empat sehat lima sempurna untuk April.
April dan Arion datang bersamaan ke meja makan, mereka segera duduk membiarkan Bibi melayani mereka.
"Gue gak suka ikan goreng." April hanya mengambil tahu dan tempe goreng lalu ia simpan di atas piringnya.
Arion menatap April tajam "mau gak mau lo harus makan."
"Gak mau. Bau amis." April menutup hidungnya supaya tidak menjadi mual.
Arion menatap jengah April yang sedang manja. Mengapa April sangat pilih-pilih perihal makanan?
"Pril, berkoban demi anak kita. Ikan bagus buat mereka, kali ini aja lo coba dulu kalau tetep ga enak lo boleh ganti lauk." Arion berusaha menormalkan nada bicaranya. Sebenarnya ia agak kesal pada April.
KAMU SEDANG MEMBACA
APRIL
Teen FictionSequel My Beloved Bad girl April dan Arion di jebak, sehingga pada malam itu mereka melakukan hal yang sangat di luar batas. April tidak menyangka akan tumbuh janin di dalam perut nya itu. April gadis dingin turunan dari Ayah nya.Biasanya cowok yan...